Jerman Kesal, Perusahaan Energi Minta Bantuan Padahal Untung Besar
loading...
A
A
A
JAKARTA - Pemerintah Jerman menegaskan tidak akan memberikan bantuan bagi perusahaan energi domestik yang meraup keuntungan besar selama krisis energi di Eropa belakangan ini. Hal itu ditegaskan Menteri Ekonomi Jerman Robert Habeck dalam sebuah wawancara dengan radio Deutschlandfunk pada Selasa (30/8) lalu seperti dikutip RT.com.
“Yang tentu saja tidak kami perlukan adalah bahwa para pembonceng yang mendapat untung besar (saat krisis), tapi mendapatkan bantuan itu," kata Habeck, mengacu pada kemarahan publik yang meningkat atas fakta bahwa beberapa perusahaan energi Jerman yang meminta bantuan pemerintah di tengah berkurangnya pasokan gas dari Rusia telah mencetak rekor laba tertinggi karena meroketnya biaya energi.
Di bawah kebijakan Berlin yang baru-baru ini diungkapkan, konsumen Jerman harus membayar retribusi gas baru, tambahan sebesar 2,4 sen euro untuk setiap kilowatt-jam gas yang mereka gunakan mulai 1 Oktober hingga akhir Maret 2024. Retribusi ini ditujukan untuk membantu pemasok energi Jerman tetap bertahan di tengah kenaikan biaya gas.
Akan tetapi, laporan media baru-baru ini menunjukkan bahwa dari 12 perusahaan yang mengajukan bantuan pemerintah berdasarkan pungutan ini, beberapa telah menghasilkan keuntungan senilai miliaran karena kenaikan harga energi dalam beberapa bulan terakhir.
Bahkan salah satunya terbyata hanya memiliki sekitar 1,5% ketergantungan pada gas Rusia dan hampir tidak terpengaruh oleh kekurangan pasokan.
Sambil menekankan bahwa pungutan itu penting untuk meratakan beban harga yang tinggi dan memastikan keamanan pasokan energi di dalam negeri, Habeck mengatakan bahwa Berlin akan meninjau mekanisme bantuan pemerintah untuk menghindari salah sasaran.
Salah satu opsinya adalah melarang dividen bagi perusahaan yang menggunakan paket bantuan. Kabinet menteri Jerman direncanakan akan membahas masalah ini segera.
Lihat Juga: Saudi Pernah Minta Jerman untuk Mengekstradisi Abdulmohsen yang Jadi Tersangka Serangan Natal
“Yang tentu saja tidak kami perlukan adalah bahwa para pembonceng yang mendapat untung besar (saat krisis), tapi mendapatkan bantuan itu," kata Habeck, mengacu pada kemarahan publik yang meningkat atas fakta bahwa beberapa perusahaan energi Jerman yang meminta bantuan pemerintah di tengah berkurangnya pasokan gas dari Rusia telah mencetak rekor laba tertinggi karena meroketnya biaya energi.
Di bawah kebijakan Berlin yang baru-baru ini diungkapkan, konsumen Jerman harus membayar retribusi gas baru, tambahan sebesar 2,4 sen euro untuk setiap kilowatt-jam gas yang mereka gunakan mulai 1 Oktober hingga akhir Maret 2024. Retribusi ini ditujukan untuk membantu pemasok energi Jerman tetap bertahan di tengah kenaikan biaya gas.
Akan tetapi, laporan media baru-baru ini menunjukkan bahwa dari 12 perusahaan yang mengajukan bantuan pemerintah berdasarkan pungutan ini, beberapa telah menghasilkan keuntungan senilai miliaran karena kenaikan harga energi dalam beberapa bulan terakhir.
Bahkan salah satunya terbyata hanya memiliki sekitar 1,5% ketergantungan pada gas Rusia dan hampir tidak terpengaruh oleh kekurangan pasokan.
Sambil menekankan bahwa pungutan itu penting untuk meratakan beban harga yang tinggi dan memastikan keamanan pasokan energi di dalam negeri, Habeck mengatakan bahwa Berlin akan meninjau mekanisme bantuan pemerintah untuk menghindari salah sasaran.
Salah satu opsinya adalah melarang dividen bagi perusahaan yang menggunakan paket bantuan. Kabinet menteri Jerman direncanakan akan membahas masalah ini segera.
Lihat Juga: Saudi Pernah Minta Jerman untuk Mengekstradisi Abdulmohsen yang Jadi Tersangka Serangan Natal
(fai)