Pikirkan Masa Depan, OJK Ajak Kawula Muda Berinvestasi
loading...
A
A
A
JAKARTA - Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mengajak generasi milenial mulai berinvestasi dibandingkan mementingkan gaya hidup. Hal itu penting agar kelak memiliki masa depan cerah dan terjamin.
Anggota Dewan Komisioner OJK Bidang Edukasi dan Perlindungan Konsumen Friderica Widyasari Dewi mengatakan dalam konteks investasi pilihan milenial berdasarkan riset masih lebih banyak yang mengutamakan gaya hidup daripada berinvestasi.
"Mereka lebih banyak menghabiskan penghasilan untuk kuliner, hiburan dan gaya hidup kekinian," ujar Friderica dalam webinar bertajuk Make Money Skills for Millenial Choice di Jakarta, baru-baru ini.
Melihat fenomena tersebut, Friderica menuturkan bahwa kondisi ini patut menjadi perhatian bersama untuk mengajak generasi muda menyiapkan masa depan agar sejahtera salah satunya dengan berinvestasi.
"Pengetahuan tentang pengelolaan keuangan, investasi dan penyediaan dana darurat menjadi hal yang sangat penting. Tanpa pengelolaan keuangan yang baik dapat menimbulkan stress dan mengurangi produktivitas dalam bekerja," imbuhnya.
Dia mengatakan prinsip utama berinvestasi ialah melakukan diversifikasi. Selain emas, milenial juga bisa berinvestasi pada saham atau reksa dana. "Reksa dana cocok untuk pemula karena dikelola profesional yaitu manajer investasi. jenis reksa dana juga bermacam-macam tergantung profil risikonya," kata dia.
Selain saham, ada juga obligasi. OJK juga mendorong milenial masuk ke investasi Surat Berharga Negara (SBN) ritel. Menurut Friderica investasi ini cocok untuk investor yang konservatif memiliki profil risiko rendah dan cenderung menghindari risiko.
Senada, Kepala Pusat Kebijakan Sektor Keuangan BKF Kemenkeu RI, Adi Budiarso mengatakan, YOLO dan FOMO mempengaruhi pola konsumsi milenial. YOLO atau You Only Live Once adalah nikmati hidup saat ini tanpa perlu mengkhawatirkan masa depan.
Sedangkan FOMO atau Fear of Missing Out adalah ketakutan ketinggalan tren yang tengah berlangsung di komunitas ataupeer group. "Kedua hal ini kalau terlalu dibiarkan bisa sangat berbahaya dapat menyebabkan kesulitan finansial bagi milenial," pungkasnya.
Untuk itu, sudah saatnya milenial memiliki investasi. Dalam memilih instrumen investasi, Adi mengungkapkan bahwa yang perlu diperhatikan adalah tentukan tujuan investasi, pahami risikonya, dan pahami instrumen investasi yang akan dipilih. "Kemudian sesuaikan dengan kondisi keuangan dan lakukan diversifikasi," sambungnya.
Lebih lanjut, Direktur Retail Mandiri Sekuritas Theodora V.N. Manik membeberkan, ada sejumlah strategi berinvestasi di masa pandemi Covid-19 saat ini. Pertama, tenang, sabar, dan terus berinvestasi (konsisten, disiplin). Kedua, tetapkan jangka waktu berinvestasi. Ketiga, pertimbangkan untuk bersikap konservatif, tidak perlu selalu agresif.
"Selanjutnya, bila berinvestasi di saham, belanja saham yang relatif murah, dan jangan lupa diversifikasi portofolio. Kemudian, kelola portfolio, pertahankan keseimbangan, pilih emiten berkinerja baik, hindari yang punya rasio utang tinggi," tuturnya.
Di sisi lain, Direktur Paramount Land M. Nawawi mengatakan, selain aset keuangan, properti juga merupakan investasi yang sangat menjanjikan bagi milenial. Hal ini karena properti merupakan kebutuhan dasar dan nilainya terus mengalami kenaikan.
"Pembeli kami umumnya berusia 25-39 tahun. Jadi memang properti merupakan kebutuhan milenial dan hari ini dia telah menikmati investasinya. Artinya dia beli tapi secara tidak sadar dia telah melakukan investasi yang sangat menjanjikan karena dalam waktu setahun terjadi kenaikan 20-30% dari nilai properti yang dia miliki," ucapnya.
Selanjutnya setelah memiliki investasi dan tujuan keuangan, Head of Customer & Marketing Sinarmas MSIG Life, Lukman Auliadi menambahkan, milenial juga harus memproteksi keuangannya agar keamanan finansial terjaga.
"Untuk keamanan finansial, mereka bisa melakukan proteksi dan manajemen risiko dengan asuransi jiwa, asuransi kesehatan dan asuransi penyakit kritis. Selain itu juga harus perhatikan arus kas dan dana darurat," imbuhnya.
Sementara itu, Chief Investment Officer Allianz Life Indonesia, Ni Made Daryanti mengungkapkan, dalam memilih asuransi milenial harus memperhatikan tiga hal yakni reputasi perusahaan, manfaat asuransi, dan premi yang harus dibayarkan. Pilihlah perusahaan yang terdaftar di OJK dan memiliki reputasi yang baik.
"Cekjuga bagaimana cara melakukan klaim, kondisi apa yang dapat dilakukan klaim, apa saja yang dikecualikan dalam polis. Terkait premi, idealnya premi seluruh asuransi yang kita punya, budgetnya 10%-15% dari total income kita," tandasnya.
Anggota Dewan Komisioner OJK Bidang Edukasi dan Perlindungan Konsumen Friderica Widyasari Dewi mengatakan dalam konteks investasi pilihan milenial berdasarkan riset masih lebih banyak yang mengutamakan gaya hidup daripada berinvestasi.
"Mereka lebih banyak menghabiskan penghasilan untuk kuliner, hiburan dan gaya hidup kekinian," ujar Friderica dalam webinar bertajuk Make Money Skills for Millenial Choice di Jakarta, baru-baru ini.
Melihat fenomena tersebut, Friderica menuturkan bahwa kondisi ini patut menjadi perhatian bersama untuk mengajak generasi muda menyiapkan masa depan agar sejahtera salah satunya dengan berinvestasi.
"Pengetahuan tentang pengelolaan keuangan, investasi dan penyediaan dana darurat menjadi hal yang sangat penting. Tanpa pengelolaan keuangan yang baik dapat menimbulkan stress dan mengurangi produktivitas dalam bekerja," imbuhnya.
Dia mengatakan prinsip utama berinvestasi ialah melakukan diversifikasi. Selain emas, milenial juga bisa berinvestasi pada saham atau reksa dana. "Reksa dana cocok untuk pemula karena dikelola profesional yaitu manajer investasi. jenis reksa dana juga bermacam-macam tergantung profil risikonya," kata dia.
Selain saham, ada juga obligasi. OJK juga mendorong milenial masuk ke investasi Surat Berharga Negara (SBN) ritel. Menurut Friderica investasi ini cocok untuk investor yang konservatif memiliki profil risiko rendah dan cenderung menghindari risiko.
Senada, Kepala Pusat Kebijakan Sektor Keuangan BKF Kemenkeu RI, Adi Budiarso mengatakan, YOLO dan FOMO mempengaruhi pola konsumsi milenial. YOLO atau You Only Live Once adalah nikmati hidup saat ini tanpa perlu mengkhawatirkan masa depan.
Sedangkan FOMO atau Fear of Missing Out adalah ketakutan ketinggalan tren yang tengah berlangsung di komunitas ataupeer group. "Kedua hal ini kalau terlalu dibiarkan bisa sangat berbahaya dapat menyebabkan kesulitan finansial bagi milenial," pungkasnya.
Untuk itu, sudah saatnya milenial memiliki investasi. Dalam memilih instrumen investasi, Adi mengungkapkan bahwa yang perlu diperhatikan adalah tentukan tujuan investasi, pahami risikonya, dan pahami instrumen investasi yang akan dipilih. "Kemudian sesuaikan dengan kondisi keuangan dan lakukan diversifikasi," sambungnya.
Lebih lanjut, Direktur Retail Mandiri Sekuritas Theodora V.N. Manik membeberkan, ada sejumlah strategi berinvestasi di masa pandemi Covid-19 saat ini. Pertama, tenang, sabar, dan terus berinvestasi (konsisten, disiplin). Kedua, tetapkan jangka waktu berinvestasi. Ketiga, pertimbangkan untuk bersikap konservatif, tidak perlu selalu agresif.
"Selanjutnya, bila berinvestasi di saham, belanja saham yang relatif murah, dan jangan lupa diversifikasi portofolio. Kemudian, kelola portfolio, pertahankan keseimbangan, pilih emiten berkinerja baik, hindari yang punya rasio utang tinggi," tuturnya.
Di sisi lain, Direktur Paramount Land M. Nawawi mengatakan, selain aset keuangan, properti juga merupakan investasi yang sangat menjanjikan bagi milenial. Hal ini karena properti merupakan kebutuhan dasar dan nilainya terus mengalami kenaikan.
"Pembeli kami umumnya berusia 25-39 tahun. Jadi memang properti merupakan kebutuhan milenial dan hari ini dia telah menikmati investasinya. Artinya dia beli tapi secara tidak sadar dia telah melakukan investasi yang sangat menjanjikan karena dalam waktu setahun terjadi kenaikan 20-30% dari nilai properti yang dia miliki," ucapnya.
Selanjutnya setelah memiliki investasi dan tujuan keuangan, Head of Customer & Marketing Sinarmas MSIG Life, Lukman Auliadi menambahkan, milenial juga harus memproteksi keuangannya agar keamanan finansial terjaga.
"Untuk keamanan finansial, mereka bisa melakukan proteksi dan manajemen risiko dengan asuransi jiwa, asuransi kesehatan dan asuransi penyakit kritis. Selain itu juga harus perhatikan arus kas dan dana darurat," imbuhnya.
Sementara itu, Chief Investment Officer Allianz Life Indonesia, Ni Made Daryanti mengungkapkan, dalam memilih asuransi milenial harus memperhatikan tiga hal yakni reputasi perusahaan, manfaat asuransi, dan premi yang harus dibayarkan. Pilihlah perusahaan yang terdaftar di OJK dan memiliki reputasi yang baik.
"Cekjuga bagaimana cara melakukan klaim, kondisi apa yang dapat dilakukan klaim, apa saja yang dikecualikan dalam polis. Terkait premi, idealnya premi seluruh asuransi yang kita punya, budgetnya 10%-15% dari total income kita," tandasnya.
(nng)