Mengukur Emiten Pencetak Cuan Tertinggi buat Investor

Kamis, 08 September 2022 - 21:02 WIB
loading...
Mengukur Emiten Pencetak Cuan Tertinggi buat Investor
Pendekatan Wealth Added Index dapat menjadi tools bagi investor untuk memilih saham. Foto/Dok
A A A
JAKARTA - Dalam kondisi pandemi yang belum berakhir, sejumlah perusahaan publik ( emiten ) berhasil menciptakan nilai tambah bagi pemegang sahamnya . Tentu ini tidak mudah mengingat faktor eksternal dan internal memengaruhi performa saham-saham jempolan tersebut.



Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia (BEI) per April 2022, jumlah investor tercatat 8,62 juta orang. Angka ini melonjak 15,11% dibandingkan tahun 2021 sekitar 7,48 juta orang. Pendekatan Wealth Added Index (WAI) dapat menjadi tools bagi investor untuk memilih saham perusahaan yang prospektif, terutama untuk investasi jangka panjang.

Semakin tinggi (positif) nilai WAI, maka makin bagus kinerja saham itu. Demikian sebaliknya, jika skor WAI rendah atau negatif, maka prospek saham tersebut suram. Dengan kata lain, WAI menjadi indikator apakah mampu meningkatkan kekayaan (wealth generator) para pemegang sahamnya (investor) atau malah sebagai wealth destroyer.

Nilai WAI diperoleh dengan menghitung total nilai imbal hasil perusahaan (Total Shareholder Return atau TSR) selama lima tahun, kemudian dibandingkan (tepatnya dikurangi) dengan biaya ekuitas (Cost of Equity atau CoE), selanjutnya selisihnya akan dikalikan dengan nilai kapitalisasi pasar masing-masing di awal periode perhitungan.

“Seperti tahun-tahun sebelumnya, tahun 2022 kami kembali mengadakan penilaian SWA 100 untuk perusahaan-perusahaan publik yang terdaftar di BEI. Total kapitalisasi pasar 100 perusahaan tersebut di akhir 2021 tercatat Rp5.742 triliun, naik 7,5% dibandingkan di akhir 2020 (Rp5.340 triliun),” jelas Kemal E. Gani, Group Chief SWA, dalam keterangan Conference & Virtual Awarding SWA 100: Perusahaan Pencetak Cuan Tertinggi bagi Investor Publik (8/9/2022).

Menariknya, dari ratusan emiten, ternyata ada 27 perusahaan yang mampu mencetak WAI positif, lebih tinggi dibandingkan tahun lalu yang hanya 13 perusahaan. Mereka sebelumnya tidak masuk dalam SWA 100 karena kapitalisasi pasarnya di tahun 2016 masih di bawah 100 besar.

10 besar perusahaan yang mencetak WAI postif tahun 2022 adalah Merdeka Copper Gold, Bank Raya Indonesia, Barito Pacific Timber, Harum Energy, BFI Finance Indonesia, Fajar Surya Wisesa, Indo Tambangraya Megah, Bank Sinarmas, Japfa Comfeed Indonesia, dan PT Timah. Sementara emiten lain yang WAI-nya positif di antaranya PT Solusi Tunas Pratama Tbk dan PT Adaro Energy Indonesia Tbk.

Tujuan penerapan WAI sebagaimana diungkapkan oleh Lucky Bayu Purnomo, analis saham dari LBP Institute (Lembaga Pusat Penelitian Ekonomi & Investasi), adalah menyempurnakan perhitungan return yang diperoleh dari pasar dan pemegang saham perusahaan. Untuk itu, dalam tujuan mencapai kesempurnaan imbal hasil antara pemegang saham perusahaan dan pemegang saham eksternal atau publik, emiten harus mampu terus-menerus meningkatkan kapitalisasi pasarnya karena merupakan rumus dasar menghitung WAI.

Kapitalisasi pasar yang besar bisa didapat bila ada kepercayaan publik atau pemegang saham terhadap kemampuan perusahaan mendistribusikan kekayaan. Menurut Lucky Bayu, perusahaan-perusahaan yang mencetak WAI positif ciri-cirinya antara lain memiliki orientasi kegiatan bisnis konglomerasi, memiliki kegiatan bisnis yang terintegrasi (baik langsung maupun tidak), dan harus menjadi perusahaan yang berkelanjutan dengan konsep.
"Jika tidak meningkatkan kapitalisasi pasarnya, paling tidak bisa menjaganya agar tidak turun,” ungkap Lucky.

Mengukur Emiten Pencetak Cuan Tertinggi buat Investor


Lantas, sektor apa yang mendominasi WAI positif? Rupanya, sektor perbankan berkontribusi signifikan dalam daftar perusahaan SWA 100 2022 yang mencetak WAI positif. Ada BCA, Bank Raya, Bank Mega, Bank Sinar Mas, dan Maybank. Kemudian, sektor material berkontribusi 7 perusahaan, yaitu Merdeka Copper Gold, Chandra Asri Petrochemical, Barito Pacific, Aneka Tambang, Fajar Surya Wisesa, Vale Indonesia, dan PT Timah.

Sektor energi tahun ini pencetak WAI positif naik menjadi 5 perusahaan: Bayan Resources, Golden Energy Mines, PT Adaro Energy Indonesia Tbk, Harum Energy, dan Indo Tambangraya Megah.

Di mata Muhammad Nafan Aji Gusta Utama, analis Binaartha Sekuritas, sektor perbankan berkilau dalam mencetak WAI positif lantaran Indonesia sangat diuntungkan dengan kondisi fundamental yang solid. Kondisi fundamental mendorong terjadinya peningkatan kinerja pertumbuhan kredit.

"Terlebih, di masa pandemi, ada faktor mitigasi risiko, misalnya dari pemerintah melalui OJK melaksanakan program restrukturisasi kredit untuk menstabilkan perekonomian," jelas Nafan.

Nah, untuk mengapresiasi perusahaan-perusahaan SWA100 hebat yang berhasil mencetak cuan atau WAI tinggi, SWA Group menghelat ‘Conference & Virtual Awarding SWA 100: Perusahaan Pencetak Cuan Tertinggi bagi Investor Publik’ pada Kamis, 8 September 2022 jam 13.30 – 16.30 WIB. Webinar ini dibuka oleh Kemal E. Gani dan menghadirkan tiga pembicara penting.

Sesi pertama dengan tema diskusi ‘Bangkit dari Pandemi, Cetak Kekayaan bagi Investor’ menghadirkan pembicara Sutanto Hartanto, Managing Director PT Elang Mahkota Teknologi (Emtek) Tbk dan Suhendra, Direktur PT Golden Energy Mines Tbk. Sementara itu, sesi kedua dengan topik ‘Methodology and Overview of Best Wealth Creators Ranking’ dengan pembicara Martin Swarz, Executive Director Stern Value Management.

Ke depan, agar perusahaan Indonesia terus meningkat kinerjanya, terutama pada pascapandemi, Martin Schwarz, Direktur Eksekutif-Keuangan dan Operasi SVM, menyarankan tiga hal yang perlu dilakukan. Pertama, menavigasi situasi geopolitik yang sensitif. Kedua, melindungi diri mereka sendiri/mencari keuntungan dari adanya potensi resesi di seluruh dunia. Ketiga, meningkatkan perencanaan permintaan internal dan proses pengadaan untuk mengatasi kemacetan rantai pasokan yang berkelanjutan.



“Bahkan, perusahaan tertentu akan mendapatkan keuntungan lebih daripada yang lain. Potensi resesi dunia merupakan hambatan besar, terutama bagi perusahaan material dan sumber daya alam, meskipun ada beberapa peluang mengingat situasi geopolitik di Eropa dan Asia dengan AS dan China,” jelas Martin.

(uka)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.3083 seconds (0.1#10.140)