Wawancara Khusus CEO Siloam Hospitals Group Caroline Riady: Indonesia Kekurangan Rumah Sakit
loading...
A
A
A
JAKARTA - Industri layanan kesehatan di Indonesia masih sangat dibutuhkan oleh masyarakat. Ketersediaan rumah sakit yang berkualitasmenjadidorongan tersendiri bagi pemain di industri ini seperti Siloam Hospitals Group untuk mengisi pasar yang masih terbuka lebar ini.
Hingga September 2022 sudah Siloam mengoperasikan 41 cabang rumah sakit (RS) tersebar di sejumlah kota besar di Indonesia. Jumlah tersebut diperkirakan terus bertambahseiring dengan ekspansi yang dilakukan perusahaan.
Masih banyak rumah sakit atau klinik yang akan dibangun oleh perusahaan yang bernaung di bawah bendera Lippo Group itu. Bahkan, Siloam juga terbuka untuk menjalin kemitraan dengan siapapun yang ingin memiliki rumah sakit. Tujuannya, agar dapat melayani, membantu dan menjaga kesehatan masyarakat bersama-sama.
Seperti apa langkah Siloam dalam industri pelayanan kesehatan di Indonesia dan bagaimana mereka melihat potensi ini ke depannya? Berikut petikan wawancara Koran SINDO dengan Caroline Riady, CEO Siloam Hospital Group di Tangerang, Banten, beberapa waktu lalu.
Jaringan Siloam kini sudah ada 41 cabang, adakah perbedaan di setiap cabang RS Siloam?
Terakhir RS Siloam hadir di Agora, Cempaka Putih, Jakarta Pusat, modelnya agak berbeda yakni mengoperasionalkan secara franchise. Menginginkan bagaimana dapat memasyarakatkan pelayanan kesehatan yang baik untuk orang sebanyak banyaknya.
Terkadang ada pihak eksternal yang ingin membangun rumah sakit, memiliki tanah, modal tetapi tidak memiliki keahlian. Siloam memiliki keahlian tersebut, mulai dari desain rumah sakit, training, tim untuk spesialis laboratorium radiologi dan semuanya lengkap yang menyangkut rumah sakit.
Jadi sebenarnya, sangat mudah untuk bekerjasama dengan pihak ketiga yang memiliki modal dan keinginan untuk memiliki rumah sakit. RS. Siloam Agora itu bentuk franchise pertama di mana kami bermitra dengan Pikho Group. Selanjutnya juga akan membuat versi franchise ini di Samarinda dan Bekasi.
Siapa target pasar untuk franchise membangun rumah sakit ini?
Banyak. Ternyata banyak orang yang berminat untuk masuk bisnis rumah sakit, banyak juga yang melihat ini setengah sosial. Mungkin mereka sudah sukses di bisnis lain lalu ingin membuat rumah sakit tetapi tidak memiliki pengetahuan soal industri rumah sakit.
Sejak kapan Siloam memiliki inovasi untuk mengembangkan usaha melalui franchise ?
Sudah cukup lama, ini menjadi bagian dari ekspansi. Di masa lalu, ekpansi ada dua, akuisisi dan green field atau bangun dari 0. Tetapi kedua bisnis itu dimiliki oleh PT Siloam International Hospital (SIH) tetapi akhirnya berpikir bagaimana jika bisnisnya tidak dimiliki PT SIH, hanya pengelola saja akhirnya tercetuslah untuk membuat franchise.
Ekspansi terus dilakukan dengan mengelola klinik atau rumah sakit yang sudah beroperasional tetapi milik orang lain. Jadi mendapatkan manajemen fee, seringkali yang sepert itu datang dari perusahaan di sektor pertambangan, agrikultur, manufakturing dan lainnya.
Mereka memiliki karyawan yang banyak sehingga mereka menginginkan memiliki fasilitas kesehatan sendiri yang didedikasikan untuk populasi di sana. Begitu juga dengan perusahaan multinasional, yang memiliki regulasi dari negara asalnya sehingga fasilitas kesehatan harus dikerjakan secara profesional. Siloam terus mencari bentuk terobosan baru bagaimana terus berekspansi dengan cara yang baru.
Untuk franchise seperti apa mekanisme model kerjasamanya?
Semua penanaman modal dan investasi dari mitra, tugas kami mengolah dan mendapat fee untuk layanan manajemen. Pengelolaan tersebut sama seperti seluruh rumah sakit Siloam dengan standar yang sama. Perekrutan dokter, pengembangan pelayanan klinis juga memberikan training dan pengarahan akan dibantu.
Seberapa yakin Siloam melakukan ekspansi, menambah daerah daerah yang sekarang masih belum terjangkau?
Di Indonesia sangat kekurangan akses terhadap layanan kesehatan, entah jumlah dokter, rumah sakit, jumlah bed dan semuanya. Selama 10 tahun menjalani ekspansi cukup gencar bahkan pernah rekor dalam satu tahun membuka 10 rumah sakit baru.
Apa yang mendasari jaringan Siloam memiliki keinginan untuk terus menambah jumlah rumah sakit dan seperti apa strateginya?
Niat membangun jaringan dan memberikan pelayanan kesehatan datang dari founder yakni Pak Mochtar Riady. Ketika masih kecil mengalami banyak kedukaan dalam hidupnya, orang-orang yang dicintainya berpulang karena sakit dan sulit mendapat pengobatan. Sehingga beliau memiliki cita-cita bagaimana mencegah orang lain tidak mengalami apa yang beliau lalui dulu.
Jadi, memang harus mengatur organisasi untuk layak melakukan ekspansi. Caranya, mengatur training yang diikuti banyak orang karena satu rumah sakit perlu banyak orang yang terlibat mulai dari manajemen seperti direktur rumah sakit, head financial controller, medis, operasional, quality. Pemimpin manajemen harus tersedia, begitu juga dengan tenaga kesehatan, satu rumah sakit membutuhkan 400-500 perawat, bisa dibayangkan berapa besar kebutuhan dari tenaga kesehatan di Indonesia.
Seperti apa kondisi industri pelayanan kesehatan di Indonesia saat ini?
Indonesia masih kekurangan suplai pelayanan, penyebabnya dari tiga hal, talenta, teknologi dan infrastruktur. Infrastuktur ini yang akan kita kejar untuk membuka rumah sakit. Sementara untuk teknologi, tentu di sesuaikan dengan modal yang sanggup dari masing-masing rumah sakit di Indonesia.
Alat kesehatan dan teknologi itu yang ada di Indonesia pada dasarnya sama seperti yang dioperasionalkan di Rumah sakit di luar negeri, kita tidak kalah.
Di Indonesia, kunci rumah sakit dapat ekspansi bagaimana harus memenuhi kebutuhan SDM seperti dokter spesialis, perawat sedangkan di Indonesia masih sangat kekurangan.
Di Indonesia hanya ada 35.000 dokter spesialis. Hal ini menjadi program prioritas dari Menteri Kesehatan bagaimana caranya dokter spesialis di Indonesia bertambah. Lulusan dokter setiap tahun sekitar 2.000-2.400, jika kita mau dokter spesialis dua kali lipat dari jumlah sekarang berarti butuh 10-15 tahun lagi.
Padahal populasi di Indonesia semakin bertambah apalagi Indonesia akan mengalami bonus demografi, di Indonesia rumah sakit sekitar 3.000, bandingkan dengan India dengan populasiempat kali lebih banyak dari Indonesia. Jumlah rumah sakit di India 47.000 , kalau jumlah rumah sakit kita dikali empat hanya 12.000 rumah sakit, sementara si India sudah dua kali lipat dari itu.
Kami ingin menjadi mitra yang baik bagi pemerintah, asuransi, rumah sakit lain dan seluruh pihak dalam industri pelayanan kesehatan ini. Termasuk dengan rumah sakit lain, mereka partner, memiliki hubungan yang sangat erat sekali, di ARSSI (Asosiasi Rumah Sakit Swasta Indonesia) dan PERSI (Perhimpunan Rumah Sakit Seluruh Indonesia) saya bersyukur sesama rumah sakit sangat terbuka.
Jika salah satu rumah sakit mengalami musibah, ada satu rumah sakit yang mengalami kebakaran, kami sudah langsung menawarkan bantuan. Bukan malah merasa beruntung karena pasiennya dapat beralih. Karena kembali lagi tujuan dari Pelayanan kami adalah mengembalikan kesehatan orang lain supaya mereka dapat pulih. Pada dasarnya pemain di pelayanan kesehatan ini memiliki komitmen bahwa ingin berbagi, memiliki kuat yang sama untuk memulihkan semua orang. Dan itu sangat baik untuk diajak kerjasama di forum rumah sakit.
Jadi, semakin banyak orang yang terjun di dalam bisnis pelayan kesehatan itu sebenarnya semakin bagus?
Ya, karena Indonesia kekurangan, berkaca pada India tadi. Indonesia tambah 2.000 rumah sakit lagi juga tidak masalah tidak kebanyakan asal seluruh ekosistem juga berkembang, jangan rumah sakitnya bertambah tetapi dokternya tidak bertambah, jangan sampai dokternya malah tarik-tarikan mengambil dari tempat lain. Bukan berarti kami tidak ingin ramai tetapi ekosistem ini tidak berkembang sama-sama sangat timpang ada efek yang lain.
Hingga September 2022 sudah Siloam mengoperasikan 41 cabang rumah sakit (RS) tersebar di sejumlah kota besar di Indonesia. Jumlah tersebut diperkirakan terus bertambahseiring dengan ekspansi yang dilakukan perusahaan.
Masih banyak rumah sakit atau klinik yang akan dibangun oleh perusahaan yang bernaung di bawah bendera Lippo Group itu. Bahkan, Siloam juga terbuka untuk menjalin kemitraan dengan siapapun yang ingin memiliki rumah sakit. Tujuannya, agar dapat melayani, membantu dan menjaga kesehatan masyarakat bersama-sama.
Seperti apa langkah Siloam dalam industri pelayanan kesehatan di Indonesia dan bagaimana mereka melihat potensi ini ke depannya? Berikut petikan wawancara Koran SINDO dengan Caroline Riady, CEO Siloam Hospital Group di Tangerang, Banten, beberapa waktu lalu.
Jaringan Siloam kini sudah ada 41 cabang, adakah perbedaan di setiap cabang RS Siloam?
Terakhir RS Siloam hadir di Agora, Cempaka Putih, Jakarta Pusat, modelnya agak berbeda yakni mengoperasionalkan secara franchise. Menginginkan bagaimana dapat memasyarakatkan pelayanan kesehatan yang baik untuk orang sebanyak banyaknya.
Terkadang ada pihak eksternal yang ingin membangun rumah sakit, memiliki tanah, modal tetapi tidak memiliki keahlian. Siloam memiliki keahlian tersebut, mulai dari desain rumah sakit, training, tim untuk spesialis laboratorium radiologi dan semuanya lengkap yang menyangkut rumah sakit.
Jadi sebenarnya, sangat mudah untuk bekerjasama dengan pihak ketiga yang memiliki modal dan keinginan untuk memiliki rumah sakit. RS. Siloam Agora itu bentuk franchise pertama di mana kami bermitra dengan Pikho Group. Selanjutnya juga akan membuat versi franchise ini di Samarinda dan Bekasi.
Siapa target pasar untuk franchise membangun rumah sakit ini?
Banyak. Ternyata banyak orang yang berminat untuk masuk bisnis rumah sakit, banyak juga yang melihat ini setengah sosial. Mungkin mereka sudah sukses di bisnis lain lalu ingin membuat rumah sakit tetapi tidak memiliki pengetahuan soal industri rumah sakit.
Sejak kapan Siloam memiliki inovasi untuk mengembangkan usaha melalui franchise ?
Sudah cukup lama, ini menjadi bagian dari ekspansi. Di masa lalu, ekpansi ada dua, akuisisi dan green field atau bangun dari 0. Tetapi kedua bisnis itu dimiliki oleh PT Siloam International Hospital (SIH) tetapi akhirnya berpikir bagaimana jika bisnisnya tidak dimiliki PT SIH, hanya pengelola saja akhirnya tercetuslah untuk membuat franchise.
Ekspansi terus dilakukan dengan mengelola klinik atau rumah sakit yang sudah beroperasional tetapi milik orang lain. Jadi mendapatkan manajemen fee, seringkali yang sepert itu datang dari perusahaan di sektor pertambangan, agrikultur, manufakturing dan lainnya.
Mereka memiliki karyawan yang banyak sehingga mereka menginginkan memiliki fasilitas kesehatan sendiri yang didedikasikan untuk populasi di sana. Begitu juga dengan perusahaan multinasional, yang memiliki regulasi dari negara asalnya sehingga fasilitas kesehatan harus dikerjakan secara profesional. Siloam terus mencari bentuk terobosan baru bagaimana terus berekspansi dengan cara yang baru.
Untuk franchise seperti apa mekanisme model kerjasamanya?
Semua penanaman modal dan investasi dari mitra, tugas kami mengolah dan mendapat fee untuk layanan manajemen. Pengelolaan tersebut sama seperti seluruh rumah sakit Siloam dengan standar yang sama. Perekrutan dokter, pengembangan pelayanan klinis juga memberikan training dan pengarahan akan dibantu.
Seberapa yakin Siloam melakukan ekspansi, menambah daerah daerah yang sekarang masih belum terjangkau?
Di Indonesia sangat kekurangan akses terhadap layanan kesehatan, entah jumlah dokter, rumah sakit, jumlah bed dan semuanya. Selama 10 tahun menjalani ekspansi cukup gencar bahkan pernah rekor dalam satu tahun membuka 10 rumah sakit baru.
Apa yang mendasari jaringan Siloam memiliki keinginan untuk terus menambah jumlah rumah sakit dan seperti apa strateginya?
Niat membangun jaringan dan memberikan pelayanan kesehatan datang dari founder yakni Pak Mochtar Riady. Ketika masih kecil mengalami banyak kedukaan dalam hidupnya, orang-orang yang dicintainya berpulang karena sakit dan sulit mendapat pengobatan. Sehingga beliau memiliki cita-cita bagaimana mencegah orang lain tidak mengalami apa yang beliau lalui dulu.
Jadi, memang harus mengatur organisasi untuk layak melakukan ekspansi. Caranya, mengatur training yang diikuti banyak orang karena satu rumah sakit perlu banyak orang yang terlibat mulai dari manajemen seperti direktur rumah sakit, head financial controller, medis, operasional, quality. Pemimpin manajemen harus tersedia, begitu juga dengan tenaga kesehatan, satu rumah sakit membutuhkan 400-500 perawat, bisa dibayangkan berapa besar kebutuhan dari tenaga kesehatan di Indonesia.
Seperti apa kondisi industri pelayanan kesehatan di Indonesia saat ini?
Indonesia masih kekurangan suplai pelayanan, penyebabnya dari tiga hal, talenta, teknologi dan infrastruktur. Infrastuktur ini yang akan kita kejar untuk membuka rumah sakit. Sementara untuk teknologi, tentu di sesuaikan dengan modal yang sanggup dari masing-masing rumah sakit di Indonesia.
Alat kesehatan dan teknologi itu yang ada di Indonesia pada dasarnya sama seperti yang dioperasionalkan di Rumah sakit di luar negeri, kita tidak kalah.
Di Indonesia, kunci rumah sakit dapat ekspansi bagaimana harus memenuhi kebutuhan SDM seperti dokter spesialis, perawat sedangkan di Indonesia masih sangat kekurangan.
Di Indonesia hanya ada 35.000 dokter spesialis. Hal ini menjadi program prioritas dari Menteri Kesehatan bagaimana caranya dokter spesialis di Indonesia bertambah. Lulusan dokter setiap tahun sekitar 2.000-2.400, jika kita mau dokter spesialis dua kali lipat dari jumlah sekarang berarti butuh 10-15 tahun lagi.
Padahal populasi di Indonesia semakin bertambah apalagi Indonesia akan mengalami bonus demografi, di Indonesia rumah sakit sekitar 3.000, bandingkan dengan India dengan populasiempat kali lebih banyak dari Indonesia. Jumlah rumah sakit di India 47.000 , kalau jumlah rumah sakit kita dikali empat hanya 12.000 rumah sakit, sementara si India sudah dua kali lipat dari itu.
Kami ingin menjadi mitra yang baik bagi pemerintah, asuransi, rumah sakit lain dan seluruh pihak dalam industri pelayanan kesehatan ini. Termasuk dengan rumah sakit lain, mereka partner, memiliki hubungan yang sangat erat sekali, di ARSSI (Asosiasi Rumah Sakit Swasta Indonesia) dan PERSI (Perhimpunan Rumah Sakit Seluruh Indonesia) saya bersyukur sesama rumah sakit sangat terbuka.
Jika salah satu rumah sakit mengalami musibah, ada satu rumah sakit yang mengalami kebakaran, kami sudah langsung menawarkan bantuan. Bukan malah merasa beruntung karena pasiennya dapat beralih. Karena kembali lagi tujuan dari Pelayanan kami adalah mengembalikan kesehatan orang lain supaya mereka dapat pulih. Pada dasarnya pemain di pelayanan kesehatan ini memiliki komitmen bahwa ingin berbagi, memiliki kuat yang sama untuk memulihkan semua orang. Dan itu sangat baik untuk diajak kerjasama di forum rumah sakit.
Jadi, semakin banyak orang yang terjun di dalam bisnis pelayan kesehatan itu sebenarnya semakin bagus?
Ya, karena Indonesia kekurangan, berkaca pada India tadi. Indonesia tambah 2.000 rumah sakit lagi juga tidak masalah tidak kebanyakan asal seluruh ekosistem juga berkembang, jangan rumah sakitnya bertambah tetapi dokternya tidak bertambah, jangan sampai dokternya malah tarik-tarikan mengambil dari tempat lain. Bukan berarti kami tidak ingin ramai tetapi ekosistem ini tidak berkembang sama-sama sangat timpang ada efek yang lain.
(ynt)