Perang Energi Melawan Rusia Menguji Solidaritas Eropa

Selasa, 18 Oktober 2022 - 03:54 WIB
loading...
Perang Energi Melawan Rusia Menguji Solidaritas Eropa
Perang Rusia Ukraina yang belum juga berkesudahan menyebabkan situasi sangat menantang di Eropa, yang menguji solidaritas negara-negara di kawasan itu. Foto/Dok
A A A
BRUSELLS - Perang Rusia Ukraina yang belum juga berkesudahan menyebabkan situasi sangat menantang di Eropa, yang menguji solidaritas negara-negara di kawasan itu. Tidak hanya dalam bagaimana mereka bereaksi terhadap agresi Putin, tetapi juga terkait respons mereka menghadapi dampak yang ditimbulkan.



Dampak konflik Rusia Ukraina telah menyebar menjadi perang energi yang beriak ke seluruh Eropa. Jerman telah bergegas untuk meningkatkan penyimpanan gas alamnya, Presiden Prancis Emmanuel Macron mendorong warganya agar mengurangi penggunaan gas mereka sebesar 10% menjelang musim dingin, dan Italia sedang mencari mengurangi konsumsi gas sebesar 7 %.

“Kami belum pernah mengalami pengalaman yang menantang seperti itu,” ujar Komisaris Ekonomi UE, Paolo Gentiloni dilansir CNBC.

“Saya menyerukan solidaritas Eropa, karena pengalaman yang kita miliki dalam krisis sebelumnya … yakni bahwa bertindak bersama, merespons bersama, Anda tidak hanya dapat menghindari perpecahan di antara negara-negara Eropa tetapi Anda memiliki kekuatan, reaksi,” kata Gentiloni, merujuk pada pengadaan dan peluncuran vaksin Covid-19.

Gentiloni juga merujuk pada apa yang dilakukan seluruh UE untuk membantu negara-negara anggota memerangi krisis energi. “Saya tidak menyerukan hutang bersama lebih lanjut,” ucap Gentiloni menyoroti.



“Karena kita memiliki hutang bersama yang besar untuk apa yang kita sebut UE generasi berikutnya. Saya menyerukan alat yang dibuat bersama berdasarkan pinjaman untuk menghadapi keadaan darurat yang kita miliki,” katanya.

Perpecahan

Tetapi perpecahan mulai terlihat bila kita melihat bagaimana cara negara-negara Eropa menangani krisis energi. Polandia, Belgia, Italia dan Yunani termasuk di antara negara-negara yang mengusulkan "koridor harga" gas di seluruh Eropa dalam upaya untuk mengatasi kenaikan harga.

Koridor harga gas, “harus bertindak sebagai pemutus arus dan disinsentif untuk spekulasi. Itu tidak dimaksudkan untuk menekan harga pada level yang rendah secara artifisial,” menurut rancangan proposal, seperti dilansir Reuters.

Tetapi negara-negara lain, termasuk Jerman diperkirakan menentang rencana tersebut karena kekhawatiran bahwa pembatasan harga dapat berdampak negatif pada keamanan energi.

Koridor itu diyakini telah masuk pembahasan pada 7 Oktober, tetapi tidak ada rincian lebih lanjut yang dirilis. Sementara itu, Jerman telah memberlakukan beberapa kebijakan energi saat musim dingin mendekat.

Kanselir Olaf Scholz mengumumkan paket 200 miliar euro (USD193 miliar) untuk mensubsidi konsumsi dasar rumah tangga dan perusahaan kecil dan menengah pada 30 September.

Tetapi Jerman yang bekerja secara independen dari komunitas Eropa yang lebih luas, telah menimbulkan pertanyaan tentang komitmen negara itu melawan krisis energi dengan kekhawatiran bahwa paket tersebut dapat berdampak negatif pada negara tetangga.

Ketika ditanya apakah Jerman harus berkomitmen untuk tidak membeli energi di depan negara-negara Eropa lainnya, Gentiloni mengatakan itu akan menjadi “langkah yang sangat bagus.”

“Saya akan mengatakan tidak hanya untuk Jerman, (tetapi juga) untuk Italia, serta negara-negara lain yang dapat dimengerti sendiri dalam mencari sumber energi, alternatif untuk bahan bakar fosil Rusia,” kata Gentolini.

(akr)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.0975 seconds (0.1#10.140)