Harga Pelaksanaan Rights Issue IATA Rp180, Targetkan Dana Rp2,67 T
loading...
A
A
A
JAKARTA - PT MNC Energy Investments Tbk (IATA) telah mendapatkan lampu hijau dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK) untuk melaksanakan penambahan modal melalui Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (HMETD) atau Rights Issue.
Mengutip siaran pers IATA pada Senin (17/10), emiten akan menerbitkan sebanyak-banyaknya 14,8 miliar saham Seri B yang ditawarkan dengan Harga Pelaksanaan Rp180 dengan rasio 10:13 (10 Saham yang dimiliki berhak untuk mendapatkan 13 HMETD). Dengan demikian, Rights Issue ini bernilai sebanyak-banyaknya Rp2,67 triliun.
“Setelah dilaksanakannya Rights Issue ini, IATA akan dimiliki langsung oleh PT MNC Asia Holding Tbk (BHIT),” ujar Head of Investor Relations PT MNC Energy Investments Tbk Natassha Yunita, dikutip Selasa (18/10/2022).
Selain itu, lanjutnya, Perseroan akan memberikan tambahan hak dengan menerbitkan sebanyak-banyaknya 2.968.111.149 Waran Seri I, di mana setiap lima saham hasil pelaksanaan HMETD melekat 1 Waran Seri I dengan harga pelaksanaan Rp210.
Adapun seluruh dana yang diperoleh nantinya akan dipergunakan antara lain untuk pelunasan seluruh promissory note Perseroan yang diterbitkan kepada BHIT dengan cara membayar dengan uang dan/atau dengan konversi hak tagih menjadi saham Perseroan dalam rangka pengambilalihan PT Bhakti Coal Resources (BCR).
Peruntukan lainnya adalah setoran modal kepada PT Bhakti Migas Resources (BMR) untuk investasi pengembangan usaha di sektor migas. Untuk diketahui, BMR saat ini sedang mengevaluasi peluang eksplorasi di Indonesia Timur, yaitu Blok Semai III di Papua.
Selain itu, dana tersebut juga akan digunakan sebagai setoran modal ke BCR untuk modal kerja dan pengembangan usaha di sektor pertambangan batu bara .
Sebagaimana diketahui, Perseroan mengalihkan pilar bisinis utamanya yang sebelumnya bergerak pada bidang pengangkutan udara niaga dan jasa angkutan udara, menjadi perusahaan yang bergerak di bidang energi dan investasi.
Langkah ini diawali dengan mengakuisisi 99,33% saham BCR yang merupakan perusahaan induk dari 8 perusahaan batu bara yang berlokasi di Musi Banyuasin, Sumatera Selatan.
Dengan 1,6 miliar MT sumber daya batu bara yang dimiliki BCR, IATA melakukan langkah strategis memanfaatkan momentum meningkatnya permintaan batu bara dan kenaikan harga komoditas batu bara.
IATA memandang penajaman fokus menjadi perusahaan energi dan investasi, khususnya di sektor batu bara, dapat membantu mendongkrak prospek bisnis Perseroan.
Mengutip siaran pers IATA pada Senin (17/10), emiten akan menerbitkan sebanyak-banyaknya 14,8 miliar saham Seri B yang ditawarkan dengan Harga Pelaksanaan Rp180 dengan rasio 10:13 (10 Saham yang dimiliki berhak untuk mendapatkan 13 HMETD). Dengan demikian, Rights Issue ini bernilai sebanyak-banyaknya Rp2,67 triliun.
“Setelah dilaksanakannya Rights Issue ini, IATA akan dimiliki langsung oleh PT MNC Asia Holding Tbk (BHIT),” ujar Head of Investor Relations PT MNC Energy Investments Tbk Natassha Yunita, dikutip Selasa (18/10/2022).
Selain itu, lanjutnya, Perseroan akan memberikan tambahan hak dengan menerbitkan sebanyak-banyaknya 2.968.111.149 Waran Seri I, di mana setiap lima saham hasil pelaksanaan HMETD melekat 1 Waran Seri I dengan harga pelaksanaan Rp210.
Adapun seluruh dana yang diperoleh nantinya akan dipergunakan antara lain untuk pelunasan seluruh promissory note Perseroan yang diterbitkan kepada BHIT dengan cara membayar dengan uang dan/atau dengan konversi hak tagih menjadi saham Perseroan dalam rangka pengambilalihan PT Bhakti Coal Resources (BCR).
Peruntukan lainnya adalah setoran modal kepada PT Bhakti Migas Resources (BMR) untuk investasi pengembangan usaha di sektor migas. Untuk diketahui, BMR saat ini sedang mengevaluasi peluang eksplorasi di Indonesia Timur, yaitu Blok Semai III di Papua.
Selain itu, dana tersebut juga akan digunakan sebagai setoran modal ke BCR untuk modal kerja dan pengembangan usaha di sektor pertambangan batu bara .
Sebagaimana diketahui, Perseroan mengalihkan pilar bisinis utamanya yang sebelumnya bergerak pada bidang pengangkutan udara niaga dan jasa angkutan udara, menjadi perusahaan yang bergerak di bidang energi dan investasi.
Langkah ini diawali dengan mengakuisisi 99,33% saham BCR yang merupakan perusahaan induk dari 8 perusahaan batu bara yang berlokasi di Musi Banyuasin, Sumatera Selatan.
Dengan 1,6 miliar MT sumber daya batu bara yang dimiliki BCR, IATA melakukan langkah strategis memanfaatkan momentum meningkatnya permintaan batu bara dan kenaikan harga komoditas batu bara.
IATA memandang penajaman fokus menjadi perusahaan energi dan investasi, khususnya di sektor batu bara, dapat membantu mendongkrak prospek bisnis Perseroan.
(ind)