Harga Minyak Mentah Brent Merayap Lebih Tinggi Iringi Kejatuhan WTI Berjangka
loading...
A
A
A
SINGAPURA - Harga minyak mentah berjangka bergerak mixed alias variatif pada perdagangan, Senin (6/7/2020) dengan Brent merayap lebih tinggi ditopang oleh pengetatan pasokan. Sementara harga minyak mentah berjangka Amerika Serikat (AS) yakni WTI jatuh seiringi kekhawatiran lonjakan kasus virus corona bisa menahan permintaan minyak di Negeri Paman Sam -julukan AS-.
Dilansir Reuters, harga minyak Brent menguat sebesar 18 sen atau 0,4% untuk berada di level USD42,98 per barel pada pukul 02.52 GMT setelah mencetak kenaikan 4,3% minggu lalu. Sementara harga minyak mentah AS lebih rendah ke posisi USD40,42 usai kehilangan 23 sen yang setara dengan 0,6%.
( )
Sebelumnya Pasar AS ditutup pada hari Jumat untuk menandai perayaan kemerdekaan, 4 Juli. Di tengah meningkatnya jumlah kasus virus corona di 39 negara bagian Amerika Serikat. Ditambah Reuters Tally menunjukkan, dalam empat hari pertama bulan Juli, 15 negara melaporkan peningkatan infeksi Covid-19 yang selama akhir pekan berpotensi terus naik.
"Akan ada semacam penurunan permintaan (bahan bakar) jika kasus meningkat karena orang akan tinggal di rumah. Laju pemulihan permintaan AS tidak akan melonjak seperti yang diharapkan," ujar Howie Lee, seorang ekonom di Bank OCBC Singapura.
Untuk saat ini, analis di ING Bank mengatakan data untuk beberapa kota di negara yang terkena Covid-19 menunjukkan tidak ada pengurangan yang signifikan. "Kami akan mendapatkan gagasan yang lebih baik tentang dampak pembatasan yang lebih ketat di beberapa negara bagian terhadap permintaan bensin dengan Laporan EIA (administrasi informasi energi) minggu ini," kata ING dalam sebuah catatan.
Volatilitas yang terlihat pada minyak mentah Brent LCOATMIV telah turun ke posisi terendah, saat harga global mulai runtuh pada bulan Maret ketika perhatian pasar tertuju pada pengetatan pasokan. OPEC dan sekutunya termasuk Rusia, secara kolektif yang dikenal sebagai OPEC + telah berjanji untuk memangkas produksi dengan rekor 9,7 juta barel per hari (BPD) untuk bulan ketiga di Juli. Setelah Juli, pemotongan akan turun 7,7 juta BPD sampai Desember.
Dilansir Reuters, harga minyak Brent menguat sebesar 18 sen atau 0,4% untuk berada di level USD42,98 per barel pada pukul 02.52 GMT setelah mencetak kenaikan 4,3% minggu lalu. Sementara harga minyak mentah AS lebih rendah ke posisi USD40,42 usai kehilangan 23 sen yang setara dengan 0,6%.
( )
Sebelumnya Pasar AS ditutup pada hari Jumat untuk menandai perayaan kemerdekaan, 4 Juli. Di tengah meningkatnya jumlah kasus virus corona di 39 negara bagian Amerika Serikat. Ditambah Reuters Tally menunjukkan, dalam empat hari pertama bulan Juli, 15 negara melaporkan peningkatan infeksi Covid-19 yang selama akhir pekan berpotensi terus naik.
"Akan ada semacam penurunan permintaan (bahan bakar) jika kasus meningkat karena orang akan tinggal di rumah. Laju pemulihan permintaan AS tidak akan melonjak seperti yang diharapkan," ujar Howie Lee, seorang ekonom di Bank OCBC Singapura.
Untuk saat ini, analis di ING Bank mengatakan data untuk beberapa kota di negara yang terkena Covid-19 menunjukkan tidak ada pengurangan yang signifikan. "Kami akan mendapatkan gagasan yang lebih baik tentang dampak pembatasan yang lebih ketat di beberapa negara bagian terhadap permintaan bensin dengan Laporan EIA (administrasi informasi energi) minggu ini," kata ING dalam sebuah catatan.
Volatilitas yang terlihat pada minyak mentah Brent LCOATMIV telah turun ke posisi terendah, saat harga global mulai runtuh pada bulan Maret ketika perhatian pasar tertuju pada pengetatan pasokan. OPEC dan sekutunya termasuk Rusia, secara kolektif yang dikenal sebagai OPEC + telah berjanji untuk memangkas produksi dengan rekor 9,7 juta barel per hari (BPD) untuk bulan ketiga di Juli. Setelah Juli, pemotongan akan turun 7,7 juta BPD sampai Desember.
(akr)