Indonesia Masih Kekurangan SDM Mumpuni Hadapi Era Industri 5.0
loading...
A
A
A
JAKARTA - Wasekjen VI Bidang Perindustrian dan Perdagangan DPP Partai Perindo , Harryanto Aryodiguno, mengatakan di era revolusi industri 5.0 semua kegiatan industri memadukan antara manusia dan teknologi. Jadi dibutuhkan sumber daya manusia ( SDM ) yang mumpuni untuk mengusai teknologi.
Nah menurut Harryanto, saat ini Indonesia masih kekurangan SDM yang dapat mengoperasikan teknologi baru. Terlebih lagi di setiap daerah berbeda SDM-nya.
"Ketika para pengusaha sudah siap mengadopsi teknologi baru, dan Indonesia kekurangan SDM yang bisa mengoperasikan, otomatis pengusaha menggunakan tenaga asing," katanya dalam podcast Partai Perindo dengan tema "Tantangan Pengusaha di Era Revolusi Industri 5.0", Selasa (25/10/2022).
Harryanto mengatakan, ketika para pengusaha menggunakan tenaga asing, maka pengusaha tersebut dikritik bahwa mereka tidak nasionalis karena mempekerjakan warga negara asing. Padahal menurutnya, jika pengusaha menggunakan tenaga ahli asing, maka pekerja Indonesia dapat mengambil ilmunya sehingga tenaga kerja lokal bisa bersaing ke depannya.
"Ada yang harus kita pelajari dari orang asing, bagaimana kita mengoperasikan ini. Jadi hal itu tidak tergantung pada WNA. Sebab, SDM kita yang menggerakkan teknologi-nya itu masih kalah," katanya.
Nah menurut Harryanto, saat ini Indonesia masih kekurangan SDM yang dapat mengoperasikan teknologi baru. Terlebih lagi di setiap daerah berbeda SDM-nya.
"Ketika para pengusaha sudah siap mengadopsi teknologi baru, dan Indonesia kekurangan SDM yang bisa mengoperasikan, otomatis pengusaha menggunakan tenaga asing," katanya dalam podcast Partai Perindo dengan tema "Tantangan Pengusaha di Era Revolusi Industri 5.0", Selasa (25/10/2022).
Harryanto mengatakan, ketika para pengusaha menggunakan tenaga asing, maka pengusaha tersebut dikritik bahwa mereka tidak nasionalis karena mempekerjakan warga negara asing. Padahal menurutnya, jika pengusaha menggunakan tenaga ahli asing, maka pekerja Indonesia dapat mengambil ilmunya sehingga tenaga kerja lokal bisa bersaing ke depannya.
"Ada yang harus kita pelajari dari orang asing, bagaimana kita mengoperasikan ini. Jadi hal itu tidak tergantung pada WNA. Sebab, SDM kita yang menggerakkan teknologi-nya itu masih kalah," katanya.
(uka)