Menyemai Harapan di Masa Suram, UMKM Raup Cuan Ditopang GoFood
loading...
A
A
A
JAKARTA - Mendung gelap yang menggantung di langit Bogor sepanjang siang hingga petang pekan lalu akhirnya pecah menjelang magrib. Hujan turun begitu derasnya membasahi seantero kota, termasuk kawasan Citayam.
Gemuruh rintik air ditambah kilat disusul petir menjadikan senja seolah terasa kelabu. Namun, cuaca ekstrem itu tak menyurutkan aktivitas kedai makanan Bakmie & Seafood 99 di Kompleks Perumahan Pertanian Atsiri Citayam.
Terlihat dua pekerja sibuk melipat kotak pembungkus makanan berwarna cokelat. Aktivitas itu berganti kala sepasang remaja datang. Satu pekerja sigap mempersilakan masuk. Tak lama dia menyodorkan menu yang berisi lebih dari 40 daftar makanan dan minuman. Adapun satu pekerja lain bergerak ke dapur mempersiapkan pesanan.
Tak sampai lima menit dua gelas minuman teh manis panas tiba sebagai pembuka. Sekira 10 menit berikutnya giliran ikan bawal goreng plus udang saus tiram dan tumis kangkung menyusul terhampar di meja. “Silakan dinikmati mas, mbak,” kata Rohimin, penjaga kedai makanan itu.
Hujan seperti menjadi pembuka langit rezeki bagi Rohimin. Baru saja duduk di meja dapur, ponselnya muncul bunyi notifikasi. Pesanan melalui daring (online) datang. Udang asam manis satu porsi, saus dipisah. Begitu punyi pesanan via aplikasi GoFood itu.
Tepat ketika masakan itu hampir jadi, seorang mitra pengemudi (driver) Gojek datang. Setelah mencocokkan menu dan memastikan pembayaran melalui aplikasi semuanya cocok, udang asam manis yang aromanya menguar tajam menimbulkan rasa lapar di tengah hujan itu berpindah tangan.
Rohimin mengisahkan, Bakmie & Seafood 99 berdiri sejak 2014. Menyewa sebuah ruko, menu olahan mi dan hasil laut ini mendapat sambutan lumayan baik dari konsumen. Tiga tahun berdiri, atau tepatnya pada 2017, Bakmie 99 membuka layanan daring melalui GoFood.
“Pemikirannya sederhana, saya tak mau ketinggalan dengan yang lain. Semakin ke sini makin banyak orang yang makin nyaman pesan makanan secara online, jadi tentu saya juga berharap order dari situ,” tuturnya.
Pilihan itu tidak salah. Omzet kedai makannya naik drastis tiga bulan setelah membuka layanan GoFood. Bahkan pernah dia mengantongi laba hingga Rp8 juta. Mengagetkan lagi sebagian pendapatan itu ternyata disumbang dari penjualan online. Jumlah ini meningkat hampir 50% dibanding ketika hanya mengandalkan berjualan konvensional.
"Anak-anak muda sekarang suka yang praktis. Mereka banyak yang lebih suka pesan via GoFood daripada datang langsung ke kedai,” kata Rohimin.
Bertahan Hidup dan Membesarkan Anak
Cerita lain datang dari Maria Ulfa, single parents di Gang Mawar, Kampung Citayam, Raga Jaya, Bogor. Maria berjuang membesarkan anaknya yang saat ini kelas 5 SD dengan berjualan masakan manado di rumahnya. Sejak ditinggal meninggal suaminya lantaran terkena Covid-19, Maria kudu pandai-pandai mencari nafkah demi dapur tetap mengepul.
Dengan segala keterbatasan, dia menghidupi dirinya dan seorang anaknya dengan keahliannya memasak. Dia melanjutkan hidup tanpa suami dengan memanfaatkan aplikasi GoFood bernama Family Chicken Food sebagai tempat berdagang.
Hobi memasak ditambah keahlian yang diturunkan orang tuanya dengan kekhasan masakan Mando Sulawesi Utara, Maria berhasil menghipnotis lidah masyarakat dari balik teras rumahnya di Gang Mawar, Kampung Citayam, Raga Jaya, Bogor.
Seperti Sabtu (29/10/2022) sore kemarin, ponselnya mengeluarkan bunyi notifikasi. Pesanan datang. Namun Maria tak buru-buru beranjak. Dia tetap duduk menemani anaknya belajar. Ketika seorang driver Gojek datang, barulah dia mengerjakan pesanan itu.
“Saya baru masak setelah pesanan dan pembayaran jelas. Jangan sampai ada orderan fiktif, karena kasihan juga nanti drivernya,” kata perempuan 43 tahun ini.
Maria menuturkan, dulu dia dan suami merintis bisnis kuliner di Pasir Putih Depok. Mengusung nama Warung Ayam Geprek Bunda Rafi, usaha itu bisa dikatakan maju pesat. Ekonomi keluarga juga naik. Namun malang tak dapat ditolak, suami meninggal karena serangan virus Covid.
Kepergian suami jelas memukul kehidupannya. Usaha makanan itu ikut kacau karena dia harus pontang-panting mengurus berbagai keperluan. Tapi Maria tak mau larut terpuruk. Perlahan, dia mulai meniti bisnis rumahan lagi. Tapi kali ini dia tak lagi menyewa tempat.
"Kalau di luar kan harus bayar ruko, padahal belum tahu berapa penghasilannya nanti. Kalau sewa tempat itu juga harus ada yang jaga, belum sanggup," katanya.
Maria pun memutuskan hanya bisnia makanan di rumah. Untuk memperluas promosi dan pasar, aplikasi GoFood menjadi andalan.
"Kita enggak punya toko offline, dagangnya lewat online saja. Jadi harus bagus toko kita. Demi menjaga rating, saat saya ke pasar bawa HP, kalau ada orderan masuk saya pulang agar tetap menjaga reting bagus," jelasnya.
Dia yakin dengan kerja keras dan keikhlasan meniti usaha dari awal, semua masalah akan mampu dihadapi. Dukungan anak semata wayang juga menjadi penyemangat yang tiada tara.
Transformasi UMKM ke Digital
Direktur Center of Economic and Law Studies (Celios) Bhima Yudhistira mengatakan, saat ini ada 20,2 juta UMKM yang memiliki platform digital di Indonesia. UMKM merupakan penyokong ekonomi Indonesia yang ampuh.
Selain tangguh dari berbagai badai resesi 1998, 2008 dan 2020 saat Covid, UMKM juga menjadi penyumbang besar Produk Domestik Bruto (PDB). Saat pandemi Covid setelah terjadi pelonggaran, UMKM secara cepat dapat membuat geliat ekonomi tumbuh.
"Ketika sektor formal atau industri pengolahan sejalan besar, perusahaan perdagangan skala besar mengalami PHK atau penurunan yang tajam, mereka terserap sebagian di UMKM sambil menunggu terjadinya pemulihan siklus ekonomi. Jadi UMKM selalu menjadi bantalan sosial," katanya.
Mantan peneliti Indef itu juga menilai pemilik UMKM harus melakukan akselerasi dengan teknologi agar dapat mempermudah bisnisnya. Seperti menggunakan e-wallet yang dapat terhubung dengan catatan sehingga melek terhadap keuangan termasuk pinjaman.
Kemudian UMKM yang dapat memanfaatkan teknologi dan transportasi seperti Gojek yang dapat berpeluang memperluas pasar dan efesien secara operasional. Jika pemasaran dilakukan secara konfensional dengan menyebar brosur hanya menjangkau sesuai jumlah kertas kalau menggunakan teknologi akan menjangkau lebih banyak.
"Mendaftarkan diri di GoFood atau aplikasi online digital bahkan di marketplace sebenarnya dia sedang melakukan pemasaran digital dengan jangkauan pasar yang sangat luas. Itu positif," kata dia.
VP Corporate Affairs Food & Groceries Gojek, Rosel Lavina mengatakan, Gojek berkomitmen untuk terus mendorong kemajuan UMKM melalui berbagai solusi teknologi. Hingga saat ini tercatat jutaan UMKM yang tergabung dengan Gojek.
"Hingga awal Oktober 2022, tercatat ada lebih dari 1,4 juta mitra usaha kuliner yang tergabung di GoFood, dan 99% di antaranya adalah UMKM. Di era digitalisasi saat ini, Kemenkop UKM mencatat 83% UMKM mengandalkan digitalisasi dalam menjalankan usahanya," kata Rosel.
Tak hanya itu, Rosel menilai di tengah kemajuan teknologi saat ini UMKM yang dapat dimanfaatkan juga memiliki tantangan besar seperti literasi digital, pemerataan pembinaan, pelatihan dan fasilitasi. Hadapi tantangan tersebut, Gojek juga memberikan serangkaian solusi seperti program edukasi, pelatihan dan wadah komunitas untuk saling berbagi dan berjejaring.
"Melalui berbagai pelatihan yang dilakukan melalui komunitas, GoFood mendukung UMKM dalam mengelola bisnis dengan lebih efisien dan optimal agar dapat naik kelas," kata Rosel.
Rosel menjelaskan, untuk mengembangkan mitra UMKM, GoFood selama tiga tahun terakhir menyediakan wadah komunitas positif bagi mitra UMKM kuliner agar dapat saling berbagi ilmu dan memperluas jaringan.
Ke depannya, GoFood akan menjembatani dan menghubungkan UMKM kuliner dengan pelanggan yang loyal dan berkualitas. Hal ini didorong melalui visibilitas resto UMKM di aplikasi serta berbagai program untuk mendorong permintaan pelanggan seperti Mode Hemat.
"Mendorong jangkauan ke pelanggan yang tepat melalui GoAds, memperluas akses pasar melalui hadirnya GoFood di Tokopedia, program kolaborasi Gojek dan BTS dan lainnya," tutur dia.
Gemuruh rintik air ditambah kilat disusul petir menjadikan senja seolah terasa kelabu. Namun, cuaca ekstrem itu tak menyurutkan aktivitas kedai makanan Bakmie & Seafood 99 di Kompleks Perumahan Pertanian Atsiri Citayam.
Baca Juga
Terlihat dua pekerja sibuk melipat kotak pembungkus makanan berwarna cokelat. Aktivitas itu berganti kala sepasang remaja datang. Satu pekerja sigap mempersilakan masuk. Tak lama dia menyodorkan menu yang berisi lebih dari 40 daftar makanan dan minuman. Adapun satu pekerja lain bergerak ke dapur mempersiapkan pesanan.
Tak sampai lima menit dua gelas minuman teh manis panas tiba sebagai pembuka. Sekira 10 menit berikutnya giliran ikan bawal goreng plus udang saus tiram dan tumis kangkung menyusul terhampar di meja. “Silakan dinikmati mas, mbak,” kata Rohimin, penjaga kedai makanan itu.
Hujan seperti menjadi pembuka langit rezeki bagi Rohimin. Baru saja duduk di meja dapur, ponselnya muncul bunyi notifikasi. Pesanan melalui daring (online) datang. Udang asam manis satu porsi, saus dipisah. Begitu punyi pesanan via aplikasi GoFood itu.
Tepat ketika masakan itu hampir jadi, seorang mitra pengemudi (driver) Gojek datang. Setelah mencocokkan menu dan memastikan pembayaran melalui aplikasi semuanya cocok, udang asam manis yang aromanya menguar tajam menimbulkan rasa lapar di tengah hujan itu berpindah tangan.
Rohimin mengisahkan, Bakmie & Seafood 99 berdiri sejak 2014. Menyewa sebuah ruko, menu olahan mi dan hasil laut ini mendapat sambutan lumayan baik dari konsumen. Tiga tahun berdiri, atau tepatnya pada 2017, Bakmie 99 membuka layanan daring melalui GoFood.
“Pemikirannya sederhana, saya tak mau ketinggalan dengan yang lain. Semakin ke sini makin banyak orang yang makin nyaman pesan makanan secara online, jadi tentu saya juga berharap order dari situ,” tuturnya.
Pilihan itu tidak salah. Omzet kedai makannya naik drastis tiga bulan setelah membuka layanan GoFood. Bahkan pernah dia mengantongi laba hingga Rp8 juta. Mengagetkan lagi sebagian pendapatan itu ternyata disumbang dari penjualan online. Jumlah ini meningkat hampir 50% dibanding ketika hanya mengandalkan berjualan konvensional.
"Anak-anak muda sekarang suka yang praktis. Mereka banyak yang lebih suka pesan via GoFood daripada datang langsung ke kedai,” kata Rohimin.
Bertahan Hidup dan Membesarkan Anak
Cerita lain datang dari Maria Ulfa, single parents di Gang Mawar, Kampung Citayam, Raga Jaya, Bogor. Maria berjuang membesarkan anaknya yang saat ini kelas 5 SD dengan berjualan masakan manado di rumahnya. Sejak ditinggal meninggal suaminya lantaran terkena Covid-19, Maria kudu pandai-pandai mencari nafkah demi dapur tetap mengepul.
Dengan segala keterbatasan, dia menghidupi dirinya dan seorang anaknya dengan keahliannya memasak. Dia melanjutkan hidup tanpa suami dengan memanfaatkan aplikasi GoFood bernama Family Chicken Food sebagai tempat berdagang.
Hobi memasak ditambah keahlian yang diturunkan orang tuanya dengan kekhasan masakan Mando Sulawesi Utara, Maria berhasil menghipnotis lidah masyarakat dari balik teras rumahnya di Gang Mawar, Kampung Citayam, Raga Jaya, Bogor.
Seperti Sabtu (29/10/2022) sore kemarin, ponselnya mengeluarkan bunyi notifikasi. Pesanan datang. Namun Maria tak buru-buru beranjak. Dia tetap duduk menemani anaknya belajar. Ketika seorang driver Gojek datang, barulah dia mengerjakan pesanan itu.
“Saya baru masak setelah pesanan dan pembayaran jelas. Jangan sampai ada orderan fiktif, karena kasihan juga nanti drivernya,” kata perempuan 43 tahun ini.
Maria menuturkan, dulu dia dan suami merintis bisnis kuliner di Pasir Putih Depok. Mengusung nama Warung Ayam Geprek Bunda Rafi, usaha itu bisa dikatakan maju pesat. Ekonomi keluarga juga naik. Namun malang tak dapat ditolak, suami meninggal karena serangan virus Covid.
Kepergian suami jelas memukul kehidupannya. Usaha makanan itu ikut kacau karena dia harus pontang-panting mengurus berbagai keperluan. Tapi Maria tak mau larut terpuruk. Perlahan, dia mulai meniti bisnis rumahan lagi. Tapi kali ini dia tak lagi menyewa tempat.
"Kalau di luar kan harus bayar ruko, padahal belum tahu berapa penghasilannya nanti. Kalau sewa tempat itu juga harus ada yang jaga, belum sanggup," katanya.
Maria pun memutuskan hanya bisnia makanan di rumah. Untuk memperluas promosi dan pasar, aplikasi GoFood menjadi andalan.
"Kita enggak punya toko offline, dagangnya lewat online saja. Jadi harus bagus toko kita. Demi menjaga rating, saat saya ke pasar bawa HP, kalau ada orderan masuk saya pulang agar tetap menjaga reting bagus," jelasnya.
Dia yakin dengan kerja keras dan keikhlasan meniti usaha dari awal, semua masalah akan mampu dihadapi. Dukungan anak semata wayang juga menjadi penyemangat yang tiada tara.
Transformasi UMKM ke Digital
Direktur Center of Economic and Law Studies (Celios) Bhima Yudhistira mengatakan, saat ini ada 20,2 juta UMKM yang memiliki platform digital di Indonesia. UMKM merupakan penyokong ekonomi Indonesia yang ampuh.
Selain tangguh dari berbagai badai resesi 1998, 2008 dan 2020 saat Covid, UMKM juga menjadi penyumbang besar Produk Domestik Bruto (PDB). Saat pandemi Covid setelah terjadi pelonggaran, UMKM secara cepat dapat membuat geliat ekonomi tumbuh.
"Ketika sektor formal atau industri pengolahan sejalan besar, perusahaan perdagangan skala besar mengalami PHK atau penurunan yang tajam, mereka terserap sebagian di UMKM sambil menunggu terjadinya pemulihan siklus ekonomi. Jadi UMKM selalu menjadi bantalan sosial," katanya.
Mantan peneliti Indef itu juga menilai pemilik UMKM harus melakukan akselerasi dengan teknologi agar dapat mempermudah bisnisnya. Seperti menggunakan e-wallet yang dapat terhubung dengan catatan sehingga melek terhadap keuangan termasuk pinjaman.
Kemudian UMKM yang dapat memanfaatkan teknologi dan transportasi seperti Gojek yang dapat berpeluang memperluas pasar dan efesien secara operasional. Jika pemasaran dilakukan secara konfensional dengan menyebar brosur hanya menjangkau sesuai jumlah kertas kalau menggunakan teknologi akan menjangkau lebih banyak.
"Mendaftarkan diri di GoFood atau aplikasi online digital bahkan di marketplace sebenarnya dia sedang melakukan pemasaran digital dengan jangkauan pasar yang sangat luas. Itu positif," kata dia.
VP Corporate Affairs Food & Groceries Gojek, Rosel Lavina mengatakan, Gojek berkomitmen untuk terus mendorong kemajuan UMKM melalui berbagai solusi teknologi. Hingga saat ini tercatat jutaan UMKM yang tergabung dengan Gojek.
"Hingga awal Oktober 2022, tercatat ada lebih dari 1,4 juta mitra usaha kuliner yang tergabung di GoFood, dan 99% di antaranya adalah UMKM. Di era digitalisasi saat ini, Kemenkop UKM mencatat 83% UMKM mengandalkan digitalisasi dalam menjalankan usahanya," kata Rosel.
Tak hanya itu, Rosel menilai di tengah kemajuan teknologi saat ini UMKM yang dapat dimanfaatkan juga memiliki tantangan besar seperti literasi digital, pemerataan pembinaan, pelatihan dan fasilitasi. Hadapi tantangan tersebut, Gojek juga memberikan serangkaian solusi seperti program edukasi, pelatihan dan wadah komunitas untuk saling berbagi dan berjejaring.
"Melalui berbagai pelatihan yang dilakukan melalui komunitas, GoFood mendukung UMKM dalam mengelola bisnis dengan lebih efisien dan optimal agar dapat naik kelas," kata Rosel.
Rosel menjelaskan, untuk mengembangkan mitra UMKM, GoFood selama tiga tahun terakhir menyediakan wadah komunitas positif bagi mitra UMKM kuliner agar dapat saling berbagi ilmu dan memperluas jaringan.
Ke depannya, GoFood akan menjembatani dan menghubungkan UMKM kuliner dengan pelanggan yang loyal dan berkualitas. Hal ini didorong melalui visibilitas resto UMKM di aplikasi serta berbagai program untuk mendorong permintaan pelanggan seperti Mode Hemat.
"Mendorong jangkauan ke pelanggan yang tepat melalui GoAds, memperluas akses pasar melalui hadirnya GoFood di Tokopedia, program kolaborasi Gojek dan BTS dan lainnya," tutur dia.
(akr)