Sri Mulyani Ungkap Strategi Transisi Energi Melalui Keuangan Hijau
loading...
A
A
A
JAKARTA - Transisi energi di Indonesia tidak cukup hanya mengandalkan green sukuk. Strategi lainnya untuk mengakselerasi transisi energi adalah mencipta pasar karbon sebagai akselerasi transisi energi melalui keuangan hijau yang tangguh dan inklusif.
"Mengingat rendahnya proporsi pembiayaan hijau dan berkelanjutan saat ini, ada kebutuhan mendesak untuk mengembangkan kerangka kerja tingkat tinggi bagi keuangan transisi agar pasar keuangan pembiayaan dapat mendukung transisi yang sesuai dan terjangkau yang juga berkelanjutan. Ini juga termasuk bagaimana kita akan dapat mencapai Paris Agreement dalam Sustainable Development Goals (SDGs) 2030," ungkap Menteri Keuangan Sri Mulyani di acara The Third G20 Seminar on Sustainable Infrastructure Finance, secara daring, dikutip Jumat (4/11/2022).
Menurut dia kerangka kerja tersebut akan mengembangkan pemahaman bersama tentang elemen kunci bagaimana mendukung pembiayaan terutama dalam memfasilitasi transisi iklim. Identifikasi aktivitas transisi akan didasarkan pada jalur teknis yang kredibel untuk sektor padat karbon utama untuk dekarbonisasi menuju net zero emission.
Tak hanya itu, transisi energi sangat penting untuk pertumbuhan ekonomi rendah karbon yang akan membutuhkan investasi besar dan kebijakan transformasional. Bagi banyak negara berkembang yang memiliki sumber daya dan kapasitas terbatas, hal ini akan menjadi tantangan yang sangat sulit untuk diatasi. Perubahan iklim adalah hal yang penting tetapi mereka berada dalam posisi kapasitas yang terbatas untuk dapat memenuhi target pengurangan CO2.
"Di bawah Kepresidenan Indonesia G20, perubahan iklim menjadi salah satu topik yang paling penting yang tidak hanya dibahas tetapi kami juga uraikan dalam bentuk pedoman tingkat tinggi lintas pendekatan yang selaras agar kami dapat memberikan penyesuaian transisi ekonomi global yang terjangkau menuju keberlanjutan," katanya.
Dia mengatakan transisi yang berhasil membutuhkan kerja sama dan kolaborasi antara pemerintah dan semua pemangku kepentingan termasuk salah satu peran terpenting sebenarnya adalah oleh lembaga multilateral. Menurut dia lembaga multilateral tersebut berada dalam posisi yang lebih baik dan memiliki kapasitas dalam bentuk pengetahuan, pembiayaan, dan kekuatan untuk memobilisasi pembiayaan dan memiliki kebijakan teknis dalam mengembangkan keuangan berkelanjutan.
"Saya ingin mendorong hasil nyata dalam mencapai kerangka transisi yang mulus. Ini penting tidak hanya untuk kita hari ini tetapi untuk generasi kita selanjutnya," pungkas Sri Mulyani.
"Mengingat rendahnya proporsi pembiayaan hijau dan berkelanjutan saat ini, ada kebutuhan mendesak untuk mengembangkan kerangka kerja tingkat tinggi bagi keuangan transisi agar pasar keuangan pembiayaan dapat mendukung transisi yang sesuai dan terjangkau yang juga berkelanjutan. Ini juga termasuk bagaimana kita akan dapat mencapai Paris Agreement dalam Sustainable Development Goals (SDGs) 2030," ungkap Menteri Keuangan Sri Mulyani di acara The Third G20 Seminar on Sustainable Infrastructure Finance, secara daring, dikutip Jumat (4/11/2022).
Menurut dia kerangka kerja tersebut akan mengembangkan pemahaman bersama tentang elemen kunci bagaimana mendukung pembiayaan terutama dalam memfasilitasi transisi iklim. Identifikasi aktivitas transisi akan didasarkan pada jalur teknis yang kredibel untuk sektor padat karbon utama untuk dekarbonisasi menuju net zero emission.
Tak hanya itu, transisi energi sangat penting untuk pertumbuhan ekonomi rendah karbon yang akan membutuhkan investasi besar dan kebijakan transformasional. Bagi banyak negara berkembang yang memiliki sumber daya dan kapasitas terbatas, hal ini akan menjadi tantangan yang sangat sulit untuk diatasi. Perubahan iklim adalah hal yang penting tetapi mereka berada dalam posisi kapasitas yang terbatas untuk dapat memenuhi target pengurangan CO2.
"Di bawah Kepresidenan Indonesia G20, perubahan iklim menjadi salah satu topik yang paling penting yang tidak hanya dibahas tetapi kami juga uraikan dalam bentuk pedoman tingkat tinggi lintas pendekatan yang selaras agar kami dapat memberikan penyesuaian transisi ekonomi global yang terjangkau menuju keberlanjutan," katanya.
Dia mengatakan transisi yang berhasil membutuhkan kerja sama dan kolaborasi antara pemerintah dan semua pemangku kepentingan termasuk salah satu peran terpenting sebenarnya adalah oleh lembaga multilateral. Menurut dia lembaga multilateral tersebut berada dalam posisi yang lebih baik dan memiliki kapasitas dalam bentuk pengetahuan, pembiayaan, dan kekuatan untuk memobilisasi pembiayaan dan memiliki kebijakan teknis dalam mengembangkan keuangan berkelanjutan.
"Saya ingin mendorong hasil nyata dalam mencapai kerangka transisi yang mulus. Ini penting tidak hanya untuk kita hari ini tetapi untuk generasi kita selanjutnya," pungkas Sri Mulyani.
(nng)