Rupiah Ditutup Menguat 10 Poin di Level Rp15.686 per dolar AS
loading...
A
A
A
JAKARTA - Nilai tukar rupiah ditutup menguat 10 poin di level Rp 15.686 per dolar Amerika Serikat (AS) dalam perdagangan sore ini, Rabu (23/11/2022). Pengamat Pasar Uang, Ibrahim Assuaibi, mengatakan, penguatan ini justru berbanding terbalik dengan kondisi yang terjadi di dalam negeri. Ia memaparkan, pasar tengah khawatir resesi 2023 akan terjadi.
Kekhawatiran ini dikuatkan setelah Organisasi untuk Kerja Sama dan Pembangunan Ekonomi (OECD) memprediksi pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) global diproyeksikan turun dari 3,1 persen tahun ini menjadi 2,2 persen pada 2023.
"Angka PDB tahun 2022 sekitar setengah dari kecepatan yang tercatat pada tahun 2021 selama pemulihan dari pandemi, dan tingkat pertumbuhan yang diproyeksikan untuk tahun 2023 jauh di bawah perkiraan sebelum pecahnya konflik Rusia-Ukraina," terang Ibrahim dalam keterangannya, Rabu (23/11/2022).
Selain itu, lanjut dia, pasar negara berkembang utama di Asia diproyeksikan oleh OECD untuk mencapai hampir tiga perempat dari pertumbuhan PDB global pada tahun 2023, sementara ekonomi di Amerika Serikat dan Eropa diperkirakan akan melambat.
"Perekonomian Amerika Serikat hanya akan tumbuh sebesar 0,5 persen pada tahun 2023, dibandingkan dengan 1,8 persen pada tahun 2022. Pasar energi tetap berada di antara risiko penurunan yang signifikan," ujar Ibrahim.
Kemudian, tambahnya, Bank Indonesia juga akan terus melakukan bauran strategi ekonomi guna untuk melakukan stabilisasi nilai tukar rupiah serta terus melakukan intervensi besar di pasar valuta asing, Obligasi di perdagangan Domestic Non Deliverable Forward (DNDF), walaupun berimbas terhadap menurunnya cadangan devisa.
Di samping itu, Ibrahim memprediksi, untuk perdagangan besok, Kamis (24/11) mata uang rupiah dibuka berfluktuatif namun ditutup melemah di rentang Rp 15.670 - Rp 15.740.
Kekhawatiran ini dikuatkan setelah Organisasi untuk Kerja Sama dan Pembangunan Ekonomi (OECD) memprediksi pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) global diproyeksikan turun dari 3,1 persen tahun ini menjadi 2,2 persen pada 2023.
"Angka PDB tahun 2022 sekitar setengah dari kecepatan yang tercatat pada tahun 2021 selama pemulihan dari pandemi, dan tingkat pertumbuhan yang diproyeksikan untuk tahun 2023 jauh di bawah perkiraan sebelum pecahnya konflik Rusia-Ukraina," terang Ibrahim dalam keterangannya, Rabu (23/11/2022).
Selain itu, lanjut dia, pasar negara berkembang utama di Asia diproyeksikan oleh OECD untuk mencapai hampir tiga perempat dari pertumbuhan PDB global pada tahun 2023, sementara ekonomi di Amerika Serikat dan Eropa diperkirakan akan melambat.
"Perekonomian Amerika Serikat hanya akan tumbuh sebesar 0,5 persen pada tahun 2023, dibandingkan dengan 1,8 persen pada tahun 2022. Pasar energi tetap berada di antara risiko penurunan yang signifikan," ujar Ibrahim.
Kemudian, tambahnya, Bank Indonesia juga akan terus melakukan bauran strategi ekonomi guna untuk melakukan stabilisasi nilai tukar rupiah serta terus melakukan intervensi besar di pasar valuta asing, Obligasi di perdagangan Domestic Non Deliverable Forward (DNDF), walaupun berimbas terhadap menurunnya cadangan devisa.
Di samping itu, Ibrahim memprediksi, untuk perdagangan besok, Kamis (24/11) mata uang rupiah dibuka berfluktuatif namun ditutup melemah di rentang Rp 15.670 - Rp 15.740.
(nng)