Di 2030 Teknologi Bakal Geser Pekerja Manusia, Bakal Ciptakan Badai PHK Besar-besaran?
loading...
A
A
A
JAKARTA - Penggunaan teknologi digital kian masif di berbagai sektor kehidupan, terutama ekonomi. Pandemi Covid-19 yang sempat melanda kian mengakselerasi penggunaan teknologi digital itu.
Pandemi membuat masyarakat di hampir belahan dunia dipaksa siap untuk beradaptasi dengan teknologi digital. Cepatnya perkembangan teknologi tersebut, bahkan digadang-gadang bakal menggeser peran manusia dalam beberapa bidang pekerjaan.
Perusahaan teknologi asal China, Huawei, meramal pada tahun 2030 setidaknya pergeseran itu sudah mulai bisa direalisasikan berkat beberapa perangkat teknologi yang saat ini dikembangkan, seperti AI (artificial intelligence), IoT (internet of things), hingga blockchain.
"Kalau kita bicara transformasi digital, kita berbicara tentang teknologi, baik itu dari AI, machine learning, IoT, masuk ke blokchain," ujar CMO Huawei Cloud Indonesia, Nicholas Tamalate, dalam acara Indonesia Digital Conference, Selasa (22/11/2022).
Nicholas menjelaskan, paling tidak ketiga perangkat tersebut ketika diterapkan akan banyak menggeser posisi manusia untuk menangani pekerjaan. Pasalnya, ke depan industri akan berfokus dan berlomba untuk memberikan service terbaik ke customer.
"Saya kasih contoh di ritel logistik untuk unman store (toko tanpa orang), mungkin pernah melihat toko yang tidak ada kasirnya, bagaimana dia men-delivere, bagaimana dia menggunakan IoT untuk bisa mendeteksi movement dari pelanggan," lanjut Nicholas.
Menurut Nicholas, teknologi itu saat ini tengah dikembangkan terus di perusahaan induk Huawei. Sampai pada waktunya, teknologi IoT akan disambungkan menggunakan AI, dan akan otomatis langsung memberikan opsi penawaran belanja selanjutnya, atau memberikan rekomendasi. Teknologi ini jika diterapkan sudah tidak memerlukan kasir.
"Kita punya alat itu IoT bisa mendeteksi, misal kita mengambil buah. Buah itu akan kita letakan di alat tersebut, dan dia akan mendeteksinya, buah apa, beratnya berapa, dan harga berapa," sambung Nicholas.
"Kalau dikaitkan lagi dengan AI, mereka akan bisa memberikan sugesti dari buah yang kita beli, misalnya kita membeli buah apel, dia akan memberi satu sugestion menu untuk membuat pie apple. Ini adalah satu teknologi yang berhubungan, sehingga orang akan konsumtif," lanjutnya.
Pandemi membuat masyarakat di hampir belahan dunia dipaksa siap untuk beradaptasi dengan teknologi digital. Cepatnya perkembangan teknologi tersebut, bahkan digadang-gadang bakal menggeser peran manusia dalam beberapa bidang pekerjaan.
Perusahaan teknologi asal China, Huawei, meramal pada tahun 2030 setidaknya pergeseran itu sudah mulai bisa direalisasikan berkat beberapa perangkat teknologi yang saat ini dikembangkan, seperti AI (artificial intelligence), IoT (internet of things), hingga blockchain.
"Kalau kita bicara transformasi digital, kita berbicara tentang teknologi, baik itu dari AI, machine learning, IoT, masuk ke blokchain," ujar CMO Huawei Cloud Indonesia, Nicholas Tamalate, dalam acara Indonesia Digital Conference, Selasa (22/11/2022).
Nicholas menjelaskan, paling tidak ketiga perangkat tersebut ketika diterapkan akan banyak menggeser posisi manusia untuk menangani pekerjaan. Pasalnya, ke depan industri akan berfokus dan berlomba untuk memberikan service terbaik ke customer.
"Saya kasih contoh di ritel logistik untuk unman store (toko tanpa orang), mungkin pernah melihat toko yang tidak ada kasirnya, bagaimana dia men-delivere, bagaimana dia menggunakan IoT untuk bisa mendeteksi movement dari pelanggan," lanjut Nicholas.
Menurut Nicholas, teknologi itu saat ini tengah dikembangkan terus di perusahaan induk Huawei. Sampai pada waktunya, teknologi IoT akan disambungkan menggunakan AI, dan akan otomatis langsung memberikan opsi penawaran belanja selanjutnya, atau memberikan rekomendasi. Teknologi ini jika diterapkan sudah tidak memerlukan kasir.
"Kita punya alat itu IoT bisa mendeteksi, misal kita mengambil buah. Buah itu akan kita letakan di alat tersebut, dan dia akan mendeteksinya, buah apa, beratnya berapa, dan harga berapa," sambung Nicholas.
"Kalau dikaitkan lagi dengan AI, mereka akan bisa memberikan sugesti dari buah yang kita beli, misalnya kita membeli buah apel, dia akan memberi satu sugestion menu untuk membuat pie apple. Ini adalah satu teknologi yang berhubungan, sehingga orang akan konsumtif," lanjutnya.