Minyak Mentah Dunia Terdongkrak di Tengah Rencana Pembatasan Harga Minyak Rusia
loading...
A
A
A
MELBOURNE - Harga minyak dunia menanjak naik pada awal perdagangan Jumat (25/11/2022), memangkas beberapa kerugian minggu ini yang telah didorong oleh kekhawatiran tentang permintaan China. Ditambah ekspektasi pembatasan harga tinggi yang direncanakan oleh negara-negara G7 pada minyak Rusia akan menjaga pasokan tetap mengalir.
Dilansir Reuters hari ini, minyak mentah berjangka Brent yang menjadi patokan Internasional naik 13 sen atau 0,2% hingga diperdangkan pada posisi USD85,47 per barel.
Sedangkan minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) AS melonjak 35 sen yang setara 0,5% menjadi USD78,32 per barel dari penutupan hari Rabu. Pasalnya tidak ada penutupan WTI pada hari Kamis karena liburan Thanksgiving di AS.
Kedua kontrak menuju penurunan mingguan ketiga berturut-turut, pada jalur pelemahan sekitar 2% seiring kekhawatiran tentang pelonggaran pasokan yang ketat.
Diplomat G7 dan Uni Eropa telah membahas batas harga minyak Rusia antara USD65 dan USD70 per barel, dengan tujuan membatasi pendapatan untuk mendanai serangan militer Moskow di Ukraina tanpa mengganggu pasar minyak global.
"Pasar menganggap (batas harga) terlalu tinggi dengan risiko Moskow membalas," kata analis ANZ Research dalam sebuah catatan kepada klien.
Presiden Rusia Vladimir Putin telah mengatakan, Moskow tidak akan memasok minyak dan gas ke negara manapun yang bergabung dalam memberlakukan batasan harga, yang ditegaskan Kremlin pada hari Kamis.
ANZ juga mengatakan ada sinyal bahwa lonjakan kasus COVID-19 di China sebagai importir minyak top dunia, mulai memukul permintaan bahan bakar. Menyiratkan permintaan minyak sekitar 13 juta barel per hari, atau 1 juta bpd lebih rendah dari rata-rata.
"Ini tetap menjadi sentimen bagi permintaan minyak yang dikombinasikan dengan kelemahan dalam dolar AS, menciptakan latar belakang negatif untuk harga minyak," kata ANZ dalam catatan komoditas secara terpisah.
Para pelaku pasar diperkirakan akan tetap berhati-hati menjelang kesepakatan tentang batasan harga, yang akan mulai berlaku pada 5 Desember, mendatang ketika larangan UE terhadap minyak mentah Rusia juga rsmi dimulai. Sentimen lainnya yakni menjelang pertemuan berikutnya dari Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak dan sekutu, yang dikenal sebagai OPEC +, pada 4 Desember.
Pada Oktober, OPEC+ setuju untuk mengurangi target outputnya sebesar 2 juta barel per hari hingga 2023, dan Menteri Energi Arab Saudi Pangeran Abdulaziz bin Salman dikutip minggu ini mengatakan, bahwa OPEC+ siap untuk memotong output lebih lanjut jika diperlukan.
Dilansir Reuters hari ini, minyak mentah berjangka Brent yang menjadi patokan Internasional naik 13 sen atau 0,2% hingga diperdangkan pada posisi USD85,47 per barel.
Sedangkan minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) AS melonjak 35 sen yang setara 0,5% menjadi USD78,32 per barel dari penutupan hari Rabu. Pasalnya tidak ada penutupan WTI pada hari Kamis karena liburan Thanksgiving di AS.
Kedua kontrak menuju penurunan mingguan ketiga berturut-turut, pada jalur pelemahan sekitar 2% seiring kekhawatiran tentang pelonggaran pasokan yang ketat.
Diplomat G7 dan Uni Eropa telah membahas batas harga minyak Rusia antara USD65 dan USD70 per barel, dengan tujuan membatasi pendapatan untuk mendanai serangan militer Moskow di Ukraina tanpa mengganggu pasar minyak global.
"Pasar menganggap (batas harga) terlalu tinggi dengan risiko Moskow membalas," kata analis ANZ Research dalam sebuah catatan kepada klien.
Presiden Rusia Vladimir Putin telah mengatakan, Moskow tidak akan memasok minyak dan gas ke negara manapun yang bergabung dalam memberlakukan batasan harga, yang ditegaskan Kremlin pada hari Kamis.
ANZ juga mengatakan ada sinyal bahwa lonjakan kasus COVID-19 di China sebagai importir minyak top dunia, mulai memukul permintaan bahan bakar. Menyiratkan permintaan minyak sekitar 13 juta barel per hari, atau 1 juta bpd lebih rendah dari rata-rata.
"Ini tetap menjadi sentimen bagi permintaan minyak yang dikombinasikan dengan kelemahan dalam dolar AS, menciptakan latar belakang negatif untuk harga minyak," kata ANZ dalam catatan komoditas secara terpisah.
Para pelaku pasar diperkirakan akan tetap berhati-hati menjelang kesepakatan tentang batasan harga, yang akan mulai berlaku pada 5 Desember, mendatang ketika larangan UE terhadap minyak mentah Rusia juga rsmi dimulai. Sentimen lainnya yakni menjelang pertemuan berikutnya dari Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak dan sekutu, yang dikenal sebagai OPEC +, pada 4 Desember.
Pada Oktober, OPEC+ setuju untuk mengurangi target outputnya sebesar 2 juta barel per hari hingga 2023, dan Menteri Energi Arab Saudi Pangeran Abdulaziz bin Salman dikutip minggu ini mengatakan, bahwa OPEC+ siap untuk memotong output lebih lanjut jika diperlukan.
(akr)