Eropa Waspadai Turki Dijadikan Rusia Tempat Menyembunyikan Gas
loading...
A
A
A
CADANGAN GAS
Ekspor Rusia ke Eropa tercatat telah menyusut hingga 43,4% pada tahun ini dan pipa TurkStream ke Turki berkontribusi jauh di bawah kapasitas tahunan 31,5 miliar meter kubik (bcm).
Analis senior di Rystad Energy, Zongqiang Luo memperkirakan, sekitar 60% dari kapasitas pipa tidak digunakan menyusul ekspor tahun ini hanya sekitar 10,6 bcm gas pada 21 November.
Luo memperkirakan akan memakan waktu setidaknya tiga hingga empat tahun untuk membangun infrastruktur baru yang tentunya bakal menelan biaya sangat mahal. "Bahkan jika pipa baru bisa dibangun, lalu siapa yang akan membeli gas itu?" tanyanya.
Sementara ada anggapan, Rusia bakal menemukan pembeli lain. Sebuah sumber menyebutkan, perusahaan raksasa gas Rusia, Gazprom diyakini akan memfasilitasi penjualan.
"Itu bukan gas Rusia, tetapi gas dari hub," kata sumber itu, yang tidak ingin disebutkan namanya karena sensitivitas masalah tersebut.
Sebuah sumber perdagangan di Eropa juga mengatakan, China telah menyalip Jepang untuk menjadi importir gas alam cair (LNG) teratas dunia pada tahun 2021. Beijing juga menjual kembali LNG Rusia, yang belum diberi label sebagai "buatan Moskow".
Dia mengatakan, ada kemungkinan pembeli di Eropa Selatan dan Timur mungkin tidak peduli dari mana LNG berasal. Melihat Eropa yang belum memberlakukan embargo pada gas Rusia, berbeda dengan minyak, Alexander Gryaznov, direktur di S&P Global Ratings, mengatakan Eropa mungkin saja bersedia membeli dari Moskow melalui mediator.
"Eropa tidak ingin menandatangani kontrak langsung dengan Federasi Rusia, tapi membeli volume gratis di pasar spot di Turki akan dapat diterima secara politis," katanya, sambil menambahkan waktu dan uang akan diperlukan untuk mendirikan pusat pasokan baru.
Alexei Grivach dari Dana Keamanan Energi Nasional yang berbasis di Moskow mengatakan, pusat pasokan baru gas Rusia itu menghadirkan peluang perdagangan. "Jika hub mulai bekerja, kemungkinan besar akan terbuka untuk semua jenis operasi swap," katanya.
Ekspor Rusia ke Eropa tercatat telah menyusut hingga 43,4% pada tahun ini dan pipa TurkStream ke Turki berkontribusi jauh di bawah kapasitas tahunan 31,5 miliar meter kubik (bcm).
Analis senior di Rystad Energy, Zongqiang Luo memperkirakan, sekitar 60% dari kapasitas pipa tidak digunakan menyusul ekspor tahun ini hanya sekitar 10,6 bcm gas pada 21 November.
Luo memperkirakan akan memakan waktu setidaknya tiga hingga empat tahun untuk membangun infrastruktur baru yang tentunya bakal menelan biaya sangat mahal. "Bahkan jika pipa baru bisa dibangun, lalu siapa yang akan membeli gas itu?" tanyanya.
Sementara ada anggapan, Rusia bakal menemukan pembeli lain. Sebuah sumber menyebutkan, perusahaan raksasa gas Rusia, Gazprom diyakini akan memfasilitasi penjualan.
"Itu bukan gas Rusia, tetapi gas dari hub," kata sumber itu, yang tidak ingin disebutkan namanya karena sensitivitas masalah tersebut.
Sebuah sumber perdagangan di Eropa juga mengatakan, China telah menyalip Jepang untuk menjadi importir gas alam cair (LNG) teratas dunia pada tahun 2021. Beijing juga menjual kembali LNG Rusia, yang belum diberi label sebagai "buatan Moskow".
Dia mengatakan, ada kemungkinan pembeli di Eropa Selatan dan Timur mungkin tidak peduli dari mana LNG berasal. Melihat Eropa yang belum memberlakukan embargo pada gas Rusia, berbeda dengan minyak, Alexander Gryaznov, direktur di S&P Global Ratings, mengatakan Eropa mungkin saja bersedia membeli dari Moskow melalui mediator.
"Eropa tidak ingin menandatangani kontrak langsung dengan Federasi Rusia, tapi membeli volume gratis di pasar spot di Turki akan dapat diterima secara politis," katanya, sambil menambahkan waktu dan uang akan diperlukan untuk mendirikan pusat pasokan baru.
Alexei Grivach dari Dana Keamanan Energi Nasional yang berbasis di Moskow mengatakan, pusat pasokan baru gas Rusia itu menghadirkan peluang perdagangan. "Jika hub mulai bekerja, kemungkinan besar akan terbuka untuk semua jenis operasi swap," katanya.