Libatkan Ribuan Masyarakat Perkampungan, Begini Rantai Industri Pembuatan Hijab
loading...
A
A
A
Proses pembuatan selembar hijab terkesan sederhana tapi sebetulnya melalui beberapa tahap yang teliti dan melibatkan banyak elemen masyarakat.
ZM Zaskia Mecca, salah satu brand hijab dan pakaian muslim di Indonesia, mampu menjual 70.000 potong setiap bulan dengan kisaran harga Rp100.000 per produk.
Mereka memproduksi barang-barangnya di dalam negeri dengan menggunakan kombinasi antara cloud manufacturing dan fabrikasi konvensional.
“Pertama, kita beli bahan ke pabrik, kemudian di-print atau dicelup warnanya, setelah itu akan dikirim ke pusat-pusat produksinya. Untuk pusat produksi ini, kita ada beberapa tempat dan juga mitra penjahit,” kata CEO brand ZM Zaskia Mecca Haykal Kamil.
Salah satu tempat pusat produksi tersebut adalah perusahaan yang didirikan oleh Yus Ansari, pemilik brand Ansania. Yus menciptakan sistem produksi yang efisien secara ongkos, produktif dengan tingkat produksi mencapai 150.000 pakaian per hari, fleksibel dalam mengikuti perubahan permintaan pasar, serta mampu menjaga kualitas terbaik.
Dia membagi proses pengerjaan hijab menjadi dua yakni pekerjaan dengan intensitas tinggi namun mudah dan pekerjaan yang memerlukan keterampilan tinggi. Pekerjaan mudah dibagikan kepada komunitas penjahit konvensional, sementara pekerjaan yang sulit dilakukan di pabrik.
Sistem ini kemudian dapat diakses dan dimanfaatkan oleh beberapa perusahaan lainnya dari jarak jauh, seperti ZM Zaskia Mecca dengan kantor sejauh 150 km dari perusahaan Yus. Sistem ini dikenal dengan istilah cloud manufacturing.
“Kami membangun gudang di wilayah perkampungan, lalu pekerjaannya kami sebar (outsource) kepada ribuan masyarakat sekitar," ungkap Yus.
Setelah diproses di pabrik lebih lanjut, hijab yang sudah jadi dikirimkan ke perusahaan-perusahaan ritel. Dengan cara ini, setiap Rp37.000 yang dihasilkan per satu potong produk dapat berdampak untuk masyarakat perkampungan.
ZM Zaskia Mecca, salah satu brand hijab dan pakaian muslim di Indonesia, mampu menjual 70.000 potong setiap bulan dengan kisaran harga Rp100.000 per produk.
Mereka memproduksi barang-barangnya di dalam negeri dengan menggunakan kombinasi antara cloud manufacturing dan fabrikasi konvensional.
“Pertama, kita beli bahan ke pabrik, kemudian di-print atau dicelup warnanya, setelah itu akan dikirim ke pusat-pusat produksinya. Untuk pusat produksi ini, kita ada beberapa tempat dan juga mitra penjahit,” kata CEO brand ZM Zaskia Mecca Haykal Kamil.
Salah satu tempat pusat produksi tersebut adalah perusahaan yang didirikan oleh Yus Ansari, pemilik brand Ansania. Yus menciptakan sistem produksi yang efisien secara ongkos, produktif dengan tingkat produksi mencapai 150.000 pakaian per hari, fleksibel dalam mengikuti perubahan permintaan pasar, serta mampu menjaga kualitas terbaik.
Dia membagi proses pengerjaan hijab menjadi dua yakni pekerjaan dengan intensitas tinggi namun mudah dan pekerjaan yang memerlukan keterampilan tinggi. Pekerjaan mudah dibagikan kepada komunitas penjahit konvensional, sementara pekerjaan yang sulit dilakukan di pabrik.
Sistem ini kemudian dapat diakses dan dimanfaatkan oleh beberapa perusahaan lainnya dari jarak jauh, seperti ZM Zaskia Mecca dengan kantor sejauh 150 km dari perusahaan Yus. Sistem ini dikenal dengan istilah cloud manufacturing.
“Kami membangun gudang di wilayah perkampungan, lalu pekerjaannya kami sebar (outsource) kepada ribuan masyarakat sekitar," ungkap Yus.
Setelah diproses di pabrik lebih lanjut, hijab yang sudah jadi dikirimkan ke perusahaan-perusahaan ritel. Dengan cara ini, setiap Rp37.000 yang dihasilkan per satu potong produk dapat berdampak untuk masyarakat perkampungan.