Tak Terusik Ramalan Krisis Ekonomi, Didukung BNI Pengembang Properti Lanjutkan Ekspansi
loading...
A
A
A
JAKARTA - Meningkatnya risiko krisis global seperti yang diramalkan sejumlah lembaga keuangan internasional membuat pemerintah dan dunia usaha di Indonesia turut waspada.
Pandemi yang belum usai serta ancaman krisis pangan dan ketidakpastian global yang dipicu kondisi geopolitik (perang) membuat lembaga keuangan seperti Dana Moneter Internasional (IMF) menurunkan proyeksi ekonomi dari 3,6% mejadi 3,2% untuk tahun 2022. IMF meramal pelemahan pertumbuhan ekonomi dunia masih berlanjut pada tahun mendatang.
Belum lagi risiko kenaikan inflasi global yang diproyeksikan IMF sebesar 6,6% di negara-negara maju dan 9,5% di negara-negara berkembang.
Kenaikan inflasi yang sangat tinggi di sejumlah negara maju seperti Amerika Serikat (AS) memacu otoritas seperti bank sentral melakukan pengetatan kebijakan moneter dan likuiditas. Imbasnya adalah capital outflow dan volatilitas di sektor keuangan.
“Inilah yang harus kita terus kelola di dalam negeri. Kami bersama Pak Gubernur Bank Indonesia di dalam terus meramu kebijakan fiskal dan moneter secara fleksibel namun juga pada saat yang sama efektif dan kredibel. Karena ini adalah suatu persoalan yang kombinasi dari baik kebijakan fiskal maupun moneter bekerja sama dengan kebijakan struktural,” kata Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani, dikutip dari laman Sekretariat Kabinet RI.
Bank Indonesia (BI) memprediksi pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2023 tetap kuat di rentang 4,5% - 5,3% dan akan terus meningkat menjadi 4,7% - 5,5% pada tahun 2024.
Pertumbuhan ini antara lain disokong konsumsi swasta, investasi, dan tetap positifnya kinerja ekspor meski pertumbuhan eskpor melambat.
Menkeu juga menyebut perekonomian nasional Indonesia saat ini masih di dalam tren pemulihan positif yang tumbuh cukup kuat, yaitu tumbuh di atas 5% selama lima kuartal beruntun.
Tren ini juga dikonfirmasi oleh berbagai indikator perekonomian seperti tingkat inflasi, neraca perdagangan, hingga indeks Purchasing Managers’ Index (PMI) Manufaktur.
Sementara itu, Program Sejuta Rumah yang dicanangkan pemerintah sejak tahun 2015 bukan hanya memenuhi kebutuhan hunian bagi masyarakat yang belum memiliki hunian tapi juga berdampak terhadap pertumbuhan ekonomi nasional.
Pandemi yang belum usai serta ancaman krisis pangan dan ketidakpastian global yang dipicu kondisi geopolitik (perang) membuat lembaga keuangan seperti Dana Moneter Internasional (IMF) menurunkan proyeksi ekonomi dari 3,6% mejadi 3,2% untuk tahun 2022. IMF meramal pelemahan pertumbuhan ekonomi dunia masih berlanjut pada tahun mendatang.
Belum lagi risiko kenaikan inflasi global yang diproyeksikan IMF sebesar 6,6% di negara-negara maju dan 9,5% di negara-negara berkembang.
Kenaikan inflasi yang sangat tinggi di sejumlah negara maju seperti Amerika Serikat (AS) memacu otoritas seperti bank sentral melakukan pengetatan kebijakan moneter dan likuiditas. Imbasnya adalah capital outflow dan volatilitas di sektor keuangan.
“Inilah yang harus kita terus kelola di dalam negeri. Kami bersama Pak Gubernur Bank Indonesia di dalam terus meramu kebijakan fiskal dan moneter secara fleksibel namun juga pada saat yang sama efektif dan kredibel. Karena ini adalah suatu persoalan yang kombinasi dari baik kebijakan fiskal maupun moneter bekerja sama dengan kebijakan struktural,” kata Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani, dikutip dari laman Sekretariat Kabinet RI.
Bank Indonesia (BI) memprediksi pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2023 tetap kuat di rentang 4,5% - 5,3% dan akan terus meningkat menjadi 4,7% - 5,5% pada tahun 2024.
Pertumbuhan ini antara lain disokong konsumsi swasta, investasi, dan tetap positifnya kinerja ekspor meski pertumbuhan eskpor melambat.
Menkeu juga menyebut perekonomian nasional Indonesia saat ini masih di dalam tren pemulihan positif yang tumbuh cukup kuat, yaitu tumbuh di atas 5% selama lima kuartal beruntun.
Tren ini juga dikonfirmasi oleh berbagai indikator perekonomian seperti tingkat inflasi, neraca perdagangan, hingga indeks Purchasing Managers’ Index (PMI) Manufaktur.
Sementara itu, Program Sejuta Rumah yang dicanangkan pemerintah sejak tahun 2015 bukan hanya memenuhi kebutuhan hunian bagi masyarakat yang belum memiliki hunian tapi juga berdampak terhadap pertumbuhan ekonomi nasional.