Pelaku Pasar Tak Yakin Pembatasan Harga Minyak Rusia Bisa Sukses
loading...
A
A
A
JAKARTA - Di tengah semangat negara-negara G7, Uni Eropa dan Australia menerapkan pembatasan harga minyak Rusia, para pelaku pasar masih tak yakin kebijakan itu secara praktis akan berhasil.
Analis di Jepang Mitsubishi UFJ Financial Group mengatakan dalam sebuah catatan Senin (5/12) bahwa skala dampak batas harga tetap ambigu. Seperti dikutip CNBC.com, Selasa (6/12/2022), mereka juga menambahkan, "kami skeptis terhadap kepraktisan keberhasilannya."
Ketidakyakinan itu antara lain dilandasi kabar bahwa Rusia telah menyiapkan "armada bayangan" sebanyak 100 kapal tanker untuk menghindari sanksi tersebut. Pertanyaan besar lainnya adalah peran India dan China dalam implementasinya. Kedua negara tersebut diketahui telah meningkatkan pembelian minyak Rusia sejak invasi terhadap Ukraina dimulai. China dan India pun enggan menyetujui pembatasan tersebut.
Menteri Luar Negeri India Subrahmanyam Jaishankar, saat mengadakan pembicaraan dengan timpalannya dari Jerman, Annalena Baerbock, saat membahas hubungan bilateral dan perang Rusia di Ukraina, menegaskan bahwa India memprioritaskan pemenuhan kebutuhan energinya.
Jaishankar mengatakan, tidak tepat bagi negara-negara Eropa untuk memprioritaskan kebutuhan energi mereka, tetapi meminta India untuk melakukan sesuatu yang lain. "Eropa akan membuat pilihan yang akan dibuatnya. Itu hak mereka,” katanya kepada wartawan, seperti dilansir CNBC.com, Selasa (6/12/2022).
Di bagian lain, para analis juga menyebutkan ada pula risiko negara-negara membeli minyak Rusia pada batas harga yang disepakati, tetapi kemudian menjualnya kembali dengan harga lebih tinggi ke Eropa, misalnya. Hal ini berarti Rusia masih akan menghasilkan uang dari penjualan komoditas, sementara Eropa tetap harus membayar lebih banyak saat ekonominya sudah melambat.
"Pengenalan batas harga mungkin tidak akan menghapus semua volume, beberapa akan menemukan jalannya ke pasar," kata Angelina Valavina, kepala Sumber Daya Alam dan Komoditas EMEA di Fitch Group, kepada CNBC's "Street Signs Europe".
Sementara itu, harga minyak diperdagangkan lebih tinggi pada Selasa pagi di London. Baik patokan internasional berjangka minyak mentah Brent dan berjangka West Texas Intermediate diperdagangkan 0,4% lebih tinggi masing-masing di sekitar USD83 per barel dan USD77 per barel.
Di bagian lain, terkait pembatasan harga minyak tersebut, Menteri Keuangan Irlandia Paschal Donohoe meyakini kebijakan itu akan dapat mengurangi pendapatan minyak Rusia. "Ya, bisa," tegasnya saat diwawancarai CNBC.
"Ini adalah pesan yang tepat pada waktu yang tepat," tambahnya.
Sementara, Menteri Keuangan Prancis Bruno Le Maire mengatakan bahwa kebijakan ini pantas untuk dicoba. "Selanjutnya kami akan menilai konsekuensi dari penerapan pembatasan harga minyak ini," imbuhnya.
Analis di Jepang Mitsubishi UFJ Financial Group mengatakan dalam sebuah catatan Senin (5/12) bahwa skala dampak batas harga tetap ambigu. Seperti dikutip CNBC.com, Selasa (6/12/2022), mereka juga menambahkan, "kami skeptis terhadap kepraktisan keberhasilannya."
Ketidakyakinan itu antara lain dilandasi kabar bahwa Rusia telah menyiapkan "armada bayangan" sebanyak 100 kapal tanker untuk menghindari sanksi tersebut. Pertanyaan besar lainnya adalah peran India dan China dalam implementasinya. Kedua negara tersebut diketahui telah meningkatkan pembelian minyak Rusia sejak invasi terhadap Ukraina dimulai. China dan India pun enggan menyetujui pembatasan tersebut.
Menteri Luar Negeri India Subrahmanyam Jaishankar, saat mengadakan pembicaraan dengan timpalannya dari Jerman, Annalena Baerbock, saat membahas hubungan bilateral dan perang Rusia di Ukraina, menegaskan bahwa India memprioritaskan pemenuhan kebutuhan energinya.
Jaishankar mengatakan, tidak tepat bagi negara-negara Eropa untuk memprioritaskan kebutuhan energi mereka, tetapi meminta India untuk melakukan sesuatu yang lain. "Eropa akan membuat pilihan yang akan dibuatnya. Itu hak mereka,” katanya kepada wartawan, seperti dilansir CNBC.com, Selasa (6/12/2022).
Di bagian lain, para analis juga menyebutkan ada pula risiko negara-negara membeli minyak Rusia pada batas harga yang disepakati, tetapi kemudian menjualnya kembali dengan harga lebih tinggi ke Eropa, misalnya. Hal ini berarti Rusia masih akan menghasilkan uang dari penjualan komoditas, sementara Eropa tetap harus membayar lebih banyak saat ekonominya sudah melambat.
"Pengenalan batas harga mungkin tidak akan menghapus semua volume, beberapa akan menemukan jalannya ke pasar," kata Angelina Valavina, kepala Sumber Daya Alam dan Komoditas EMEA di Fitch Group, kepada CNBC's "Street Signs Europe".
Sementara itu, harga minyak diperdagangkan lebih tinggi pada Selasa pagi di London. Baik patokan internasional berjangka minyak mentah Brent dan berjangka West Texas Intermediate diperdagangkan 0,4% lebih tinggi masing-masing di sekitar USD83 per barel dan USD77 per barel.
Di bagian lain, terkait pembatasan harga minyak tersebut, Menteri Keuangan Irlandia Paschal Donohoe meyakini kebijakan itu akan dapat mengurangi pendapatan minyak Rusia. "Ya, bisa," tegasnya saat diwawancarai CNBC.
"Ini adalah pesan yang tepat pada waktu yang tepat," tambahnya.
Sementara, Menteri Keuangan Prancis Bruno Le Maire mengatakan bahwa kebijakan ini pantas untuk dicoba. "Selanjutnya kami akan menilai konsekuensi dari penerapan pembatasan harga minyak ini," imbuhnya.
(fai)