Ekonomi AS Diramal Suram, Wall Street Dibuka Tumbang
loading...
A
A
A
JAKARTA - Wall Street dibuka melemah pada perdagangan Kamis (22/12). Sejumlah data makroekonomi yang baru saja dirilis belakangan ini menunjukkan ekonomi Amerika Serikat (AS) masih berada di bawah tekanan suku bunga dan berpotensi mengalami resesi pada 2023.
Dow Jones Industrial Average turun 0,53% di 33.200,97. S&P 500 (SPX) dibuka melemah 0,83%, di 3.846,26, sedangkan Nasdaq Composite (IXIC) anjlok 1,15% di 10.585,69. Komponen saham yang paling aktif diperdagangkan di bawah indeks S&P 500 antara lain Tesla, Amazon.com, dan Apple.
Tiga top gainers ditempati oleh Host Hotels Resorts menguat 1,07%, Kraft Heinz menanjak 0,90%, dan Moderna tumbuh 0,29%, sedangkan top losers diduduki oleh CarMax turun 9,20%, Applied Materials merosot 4,20%, dan Lam Research koreksi 4,80%.
Pada pekan lalu, Departemen Tenaga Kerja AS merilis kenaikan jumlah orang yang mengajukan tunjangan pengangguran menjadi 216.000. Angka ini jauh berada di bawah perkiraan ekonomi sebesar 220.000, sekaligus menggarisbawahi bahwa pasar tenaga kerja masih cukup ketat.
"Jika ekonomi masih terlalu kuat, The Fed mungkin harus menaikkan suku bunga lebih dari yang diharapkan," kata Analis Dakota Wealth, Robert Pavlik, dilansir Reuters, Kamis (22/12/2022).
Kekhawatiran terhadap resesi mengemuka di kalangan pelaku pasar modal setelah kenaikan suku bunga berkepanjangan bank sentral AS membebani pasar ekuitas. Indeks S&P 500 diproyeksikan akan mengalami koreksi tahunan sebesar 18,6%, yang menandai kinerja terburuknya sejak krisis keuangan tahun 2008.
Pada pekan lalu, The Fed muncul ke publik dengan nada hawkish, yang menegaskan bahwa suku bunga masih akan tinggi di masa depan. Komentar ini sempat memicu aksi jual di bursa saham. Saat ini indikator Fedwatch memperkirakan The Fed akan mengerek suku bunga acuan 25 bps menjadi 4,5%-4,75% pada pertemuan bulan Februari 2023.
Dow Jones Industrial Average turun 0,53% di 33.200,97. S&P 500 (SPX) dibuka melemah 0,83%, di 3.846,26, sedangkan Nasdaq Composite (IXIC) anjlok 1,15% di 10.585,69. Komponen saham yang paling aktif diperdagangkan di bawah indeks S&P 500 antara lain Tesla, Amazon.com, dan Apple.
Tiga top gainers ditempati oleh Host Hotels Resorts menguat 1,07%, Kraft Heinz menanjak 0,90%, dan Moderna tumbuh 0,29%, sedangkan top losers diduduki oleh CarMax turun 9,20%, Applied Materials merosot 4,20%, dan Lam Research koreksi 4,80%.
Pada pekan lalu, Departemen Tenaga Kerja AS merilis kenaikan jumlah orang yang mengajukan tunjangan pengangguran menjadi 216.000. Angka ini jauh berada di bawah perkiraan ekonomi sebesar 220.000, sekaligus menggarisbawahi bahwa pasar tenaga kerja masih cukup ketat.
"Jika ekonomi masih terlalu kuat, The Fed mungkin harus menaikkan suku bunga lebih dari yang diharapkan," kata Analis Dakota Wealth, Robert Pavlik, dilansir Reuters, Kamis (22/12/2022).
Kekhawatiran terhadap resesi mengemuka di kalangan pelaku pasar modal setelah kenaikan suku bunga berkepanjangan bank sentral AS membebani pasar ekuitas. Indeks S&P 500 diproyeksikan akan mengalami koreksi tahunan sebesar 18,6%, yang menandai kinerja terburuknya sejak krisis keuangan tahun 2008.
Pada pekan lalu, The Fed muncul ke publik dengan nada hawkish, yang menegaskan bahwa suku bunga masih akan tinggi di masa depan. Komentar ini sempat memicu aksi jual di bursa saham. Saat ini indikator Fedwatch memperkirakan The Fed akan mengerek suku bunga acuan 25 bps menjadi 4,5%-4,75% pada pertemuan bulan Februari 2023.
(nng)