Dukung Bonus Demografi, Pelaku Bisnis Diminta Tak Melulu Utamakan Ekonomi
loading...
A
A
A
JAKARTA - Pelaku bisnis diminta menjalankan usaha secara bertanggung jawab. Sikap itu untuk mencegah munculnya dampak-dampak sosial yang bisa mengganggu usaha.
“Jika ingin melihat kehidupan yang lebih baik di dunia ini bagi generasi yang akan datang, para pelaku bisnis harus mulai membangun kesadaran akan pentingnya nilai (values) dan makna (meaning) di balik apa pun yang mereka lakukan," kata Ary Ginanjar Agustian, seorang motivator sekaligus pendiri ESQ Leadership Center dan ESQ Business School, dikutip Kamis (29/12/2022).
Nilai atau values di sini, sambung Ary, bukan hanya nilai ekonomi, tapi nilai atau values sebagai panduan mereka dalam berbisnis dan kehidupan. Sejak tahun 2020, perekenomian dunia tiba-tiba memburuk karena adanya pandemi yang mematikan jalannya proses bisnis hampir di semua sektor.
“Berdasarkan survei Kemnaker pada akhir tahun 2020, di Indonesia sebanyak 88% perusahaan yang terdaftar terdampak langsung oleh pandemi. Bagaimana membangkitkan dunia bisnis yang akan menggerakan perekonomian bangsa dengan tetap mengedepankan values dan meaning, ini merupakan tantangan,” katanya.
Ary melanjutkan, perusahaan-perusahaan yang bertahan hingga seratus tahun ke atas karena ada dua hal yang selalu mereka pegang dan pertahankan dalam menjalankan perusahaan mereka: core values (nilai dasar) dan core purpose.
“Makanya, tak heran jika Presiden meluncurkan Core Values baru, yaitu BerAKHLAK (Berorientasi pada pelayanan, Amanah, Kompeten, Harmonis, Loyal, Adaptif, Kolaboratif) bagi seluruh ASN dan juga AKHLAK di BUMN,” ujarnya.
Tujuannya BerAKHLAK itu, kata Ary, membuat perusahaan atau organisasi bukan lagi hanya memikirkan permasalahan ekonomi atau profit semata, akan tetapi juga membangun jiwa, moral, dan karakter. Inilah yang menjadi concern ESQ Leadership Center, yaitu membangun values dan karakter bagi sumber daya manusia khsusnya generasi muda yang kelak akan menjadi para pemimpin dan para pelaku bisnis.
Ini menjadi terasa urgen mengingat profil penduduk Indonesia pada tahun 2030 akan didominasi oleh usia produktif yang akan mencapai 70,72% yang sekarang popular disebut bonus demografi.
“Jika ingin melihat kehidupan yang lebih baik di dunia ini bagi generasi yang akan datang, para pelaku bisnis harus mulai membangun kesadaran akan pentingnya nilai (values) dan makna (meaning) di balik apa pun yang mereka lakukan," kata Ary Ginanjar Agustian, seorang motivator sekaligus pendiri ESQ Leadership Center dan ESQ Business School, dikutip Kamis (29/12/2022).
Nilai atau values di sini, sambung Ary, bukan hanya nilai ekonomi, tapi nilai atau values sebagai panduan mereka dalam berbisnis dan kehidupan. Sejak tahun 2020, perekenomian dunia tiba-tiba memburuk karena adanya pandemi yang mematikan jalannya proses bisnis hampir di semua sektor.
“Berdasarkan survei Kemnaker pada akhir tahun 2020, di Indonesia sebanyak 88% perusahaan yang terdaftar terdampak langsung oleh pandemi. Bagaimana membangkitkan dunia bisnis yang akan menggerakan perekonomian bangsa dengan tetap mengedepankan values dan meaning, ini merupakan tantangan,” katanya.
Ary melanjutkan, perusahaan-perusahaan yang bertahan hingga seratus tahun ke atas karena ada dua hal yang selalu mereka pegang dan pertahankan dalam menjalankan perusahaan mereka: core values (nilai dasar) dan core purpose.
“Makanya, tak heran jika Presiden meluncurkan Core Values baru, yaitu BerAKHLAK (Berorientasi pada pelayanan, Amanah, Kompeten, Harmonis, Loyal, Adaptif, Kolaboratif) bagi seluruh ASN dan juga AKHLAK di BUMN,” ujarnya.
Tujuannya BerAKHLAK itu, kata Ary, membuat perusahaan atau organisasi bukan lagi hanya memikirkan permasalahan ekonomi atau profit semata, akan tetapi juga membangun jiwa, moral, dan karakter. Inilah yang menjadi concern ESQ Leadership Center, yaitu membangun values dan karakter bagi sumber daya manusia khsusnya generasi muda yang kelak akan menjadi para pemimpin dan para pelaku bisnis.
Ini menjadi terasa urgen mengingat profil penduduk Indonesia pada tahun 2030 akan didominasi oleh usia produktif yang akan mencapai 70,72% yang sekarang popular disebut bonus demografi.