Jurang Resesi di Depan Mata, Bank Dunia Pangkas Proyeksi Ekonomi Global Jadi 1,7%

Rabu, 11 Januari 2023 - 13:46 WIB
loading...
Jurang Resesi di Depan...
Bank Dunia memberikan peringatan bahwa dunia berada diambang jurang resesi. FOTO/Reuters
A A A
JAKARTA - Bank Dunia (World Bank) memberikan peringatan bahwa dunia berada diambang jurang resesi. Bank Dunia memangkas perkiraan pertumbuhan ekonomi global di 2023 ke tingkat yang lebih rendah menjadi 1,7% menurun tajam dibandingkan perkiraan 3% pada Juni 2022 lalu.

Melansir BBC, hampir seluruh negara di dunia dilanda perlambatan ekonomi yang cukup tajam akibat dampak kenaikan suku bunga bank sentral, perang Rusia di Ukraina, dan pandemi yang belum usai.

Presiden Bank Dunia David Malpass mengungkapkan, penurunan ekonomi global akan berpengaruh besar terhadap pendapatan masyarakat. Menurut dia proyeksi pertumbuhan ekonomi global 1,7% akan menjadi yang terendah sejak 1991 dengan laju pertumbuhan paling lambat di luar resesi tahun 2009 dan 2020 dalam hampir tiga dekade.



Bank Dunia melaporkan, perlambatan negara maju seperti Amerika Serikat (AS), Eropa dan China semakin nyata. Perlambatan ekonomi AS dan Zona Euro turut memangkas proyeksi pertumbuhan ekonomi manjadi 0,5% tahun ini. Bank Dunia menyatakan apabila resesi global tahun ini terjadi maka akan menjadi pertama kali sejak tahun 1930-an terjadi dua kali resesi global dalam dekade yang sama.

Inflasi

Inflasi tinggi menjadi salah satu alasan utama penurunan ekonomi global. Bank Dunia memperkirakan inflasi tahun ini masih tinggi meskipun diprroyeksikan tidak separah tahun lalu.

Bank Dunia memperkirakan laju kenaikan harga global melambat dari 7,6% pada 2022 menjadi 5,2% tahun ini akibat tekanan mereda. Harga kebutuhan pokok dan energi global melonjak tahun lalu karena pasokan terhambat akibat invasi Rusia ke Ukraina mendorong Barat untuk menjauh dari bahan bakar fosil Rusia.

World Bank memperkirakan harga energi akan turun secara umum. Ini menunjuk pada peningkatan produksi global dan permintaan yang lebih rendah di Eropa, di mana krisis energi telah menyebabkan bisnis dan rumah tangga mengurangi penggunaan gas mereka.



Harga pertanian juga diperkirakan turun 5% tahun ini meskipun masih akan jauh lebih tinggi daripada beberapa tahun yang lalu, setelah naik 13% pada tahun 2022. Terlepas dari perkembangan tersebut, inflasi diperkirakan akan tetap jauh di atas ambang normal, yakni 2%.

Bank-bank sentral termasuk AS dan Inggris telah menaikkan suku bunga untuk meredam inflasi meskipun berakibat turunnya investasi akibat bunga pinjaman meningkat tajam dan memperberat pembayaran utang perusahaan.

Prospek suram juga membayangi pasar negara berkembang. Pasalnya, negara-negara ini harus berjuang dengan beban utang yang berat, mata uang yang lemah dan melemahnya pendapatan, dan perlambatan investasi.

(nng)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1681 seconds (0.1#10.140)