Pembukaan Kembali China Dongkrak Harga Minyak Mentah, Brent Sentuh USD 84,92/Barel
loading...
A
A
A
JAKARTA - Harga minyak mentah turun di awal perdagangan Asia pada hari ini, Senin (16/1/2023). Namun, harga masih bertahan mendekati level tertinggi sejak awal tahun. Hal itu ditopang optimisme bahwa pembukaan kembali China pasca pandemi Covid-19 akan meningkatkan permintaan bahan bakar dari negara-negara importir utama minyak mentah dunia .
Melansir Reuters, minyak mentah Brent turun 36 sen atau 0,4% menjadi USD 84,92 per barel. Kemudian minyak mentah West Texas Intermediate AS berada di USD 79,65 per barel atau turun 21 sen atau 0,3% di tengah tipisnya perdagangan selama hari libur umum di Amerika Serikat (AS).
Sementara itu, kedua kontrak tersebut naik lebih dari 8% pada minggu lalu. Angka itu merupakan kenaikan mingguan terbesar sejak Oktober 2022, setelah impor minyak mentah China naik 4% tahun ke tahun pada Desember tahun lalu.
Mobilitas masyarakat terus mengalami pemulihan setelah adanya pelonggaran pembatasan Covid-19. Terlebih lagi, menjelang perayaan Tahun Baru Imlek, permintaan bahan bakar untuk transportasi diproyeksikan akan meningkat.
Adanya rebound permintaan domestik diperkirakan akan menyebabkan penurunan ekspor produk minyak olahan China pada Januari. Analis meramal ekspor produk minyak olahan China akan turun sebesar 40% dari ekspor Desember tahun lalu.
"Meskipun masih ada banyak optimisme seputar permintaan China, dalam waktu dekat pasar minyak tetap dipasok dengan relatif baik. Kami melihat kenaikan lebih lanjut dari 2Q23, karena pasar semakin ketat," kata analis ING dalam laporannya, dikutip dari Reuters, Senin (16/1/2023).
Sebagai informasi, pekan ini Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC) dan Badan Energi Internasional (IEA) akan merilis laporan bulanan mereka. Saat ini, para investor tengah menantikan rilis laporan tersebut sebagai acuan terhadap prospek permintaan dan pasokan global.
Selain itu, para investor juga mengamati pertemuan utama Bank Sentral Jepang atau Bank of Japan (BOJ) minggu ini. Di mana, BOJ akan menentukan apakah tetap mempertahankan kebijakan stimulusnya yang sangat besar atau tidak.
Melansir Reuters, minyak mentah Brent turun 36 sen atau 0,4% menjadi USD 84,92 per barel. Kemudian minyak mentah West Texas Intermediate AS berada di USD 79,65 per barel atau turun 21 sen atau 0,3% di tengah tipisnya perdagangan selama hari libur umum di Amerika Serikat (AS).
Sementara itu, kedua kontrak tersebut naik lebih dari 8% pada minggu lalu. Angka itu merupakan kenaikan mingguan terbesar sejak Oktober 2022, setelah impor minyak mentah China naik 4% tahun ke tahun pada Desember tahun lalu.
Mobilitas masyarakat terus mengalami pemulihan setelah adanya pelonggaran pembatasan Covid-19. Terlebih lagi, menjelang perayaan Tahun Baru Imlek, permintaan bahan bakar untuk transportasi diproyeksikan akan meningkat.
Adanya rebound permintaan domestik diperkirakan akan menyebabkan penurunan ekspor produk minyak olahan China pada Januari. Analis meramal ekspor produk minyak olahan China akan turun sebesar 40% dari ekspor Desember tahun lalu.
"Meskipun masih ada banyak optimisme seputar permintaan China, dalam waktu dekat pasar minyak tetap dipasok dengan relatif baik. Kami melihat kenaikan lebih lanjut dari 2Q23, karena pasar semakin ketat," kata analis ING dalam laporannya, dikutip dari Reuters, Senin (16/1/2023).
Sebagai informasi, pekan ini Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC) dan Badan Energi Internasional (IEA) akan merilis laporan bulanan mereka. Saat ini, para investor tengah menantikan rilis laporan tersebut sebagai acuan terhadap prospek permintaan dan pasokan global.
Selain itu, para investor juga mengamati pertemuan utama Bank Sentral Jepang atau Bank of Japan (BOJ) minggu ini. Di mana, BOJ akan menentukan apakah tetap mempertahankan kebijakan stimulusnya yang sangat besar atau tidak.
(akr)