Perdagangan Terancam Tekor di Paruh Kedua 2023, Ekonom UI Ungkap Penyebabnya
loading...
A
A
A
JAKARTA - Menyusul kinerja mengesankan yang dimulai pada pertengahan 2020, neraca perdagangan Indonesia dibayangi pelemahan. Defisit perdagangan diperikakan akan terjadi pada semester II tahun ini.
"Defisit perdagangan diperkirakan akan terjadi pada paruh kedua tahun 2023 karena harga komoditas terus turun dan pelemahan pertumbuhan global," ujar Teuku Riefky, ekonom LPEM FEB Universitas Indonesia, di Jakarta, Rabu (18/1/2023).
Meski masih dalam wilayah surplus selama 32 bulan berturut-turut, neraca perdagangan tercatat sebesar USD3,89 miliar pada Desember 2022, level surplus terendah sejak Mei 2022. Surplus perdagangan turun tipis dari level November 2022 sebesar USD5,13 miliar dan berada dalam tren menurun sejak Oktober 2022.
"Penurunan surplus neraca perdagangan tersebut disebabkan oleh kenaikan impor yang tumbuh sebesar 5,15% mtm sedangkan ekspor turun sebesar 1,09% mtm," ungkap Riefky.
Berdasarkan komponennya, surplus perdagangan pada bulan Desember 2022 terutama disebabkan oleh surplus nonmigas sebesar USD5,61 miliar. Sedangkan perdagangan migas mencatat defisit sebesar USD1,72 miliar.
"Penurunan harga komoditas, khususnya CPO, batu bara, dan hasil minyak, serta melambatnya permintaan di mitra dagang utama Indonesia, seperti China dan AS, turut menyebabkan penurunan nilai ekspor," ucap Riefky.
Di sisi lain, peningkatan impor pada Desember 2022 terutama didorong oleh permintaan impor migas yang naik sebesar 14,15% mtm.
"Defisit perdagangan diperkirakan akan terjadi pada paruh kedua tahun 2023 karena harga komoditas terus turun dan pelemahan pertumbuhan global," ujar Teuku Riefky, ekonom LPEM FEB Universitas Indonesia, di Jakarta, Rabu (18/1/2023).
Meski masih dalam wilayah surplus selama 32 bulan berturut-turut, neraca perdagangan tercatat sebesar USD3,89 miliar pada Desember 2022, level surplus terendah sejak Mei 2022. Surplus perdagangan turun tipis dari level November 2022 sebesar USD5,13 miliar dan berada dalam tren menurun sejak Oktober 2022.
"Penurunan surplus neraca perdagangan tersebut disebabkan oleh kenaikan impor yang tumbuh sebesar 5,15% mtm sedangkan ekspor turun sebesar 1,09% mtm," ungkap Riefky.
Berdasarkan komponennya, surplus perdagangan pada bulan Desember 2022 terutama disebabkan oleh surplus nonmigas sebesar USD5,61 miliar. Sedangkan perdagangan migas mencatat defisit sebesar USD1,72 miliar.
"Penurunan harga komoditas, khususnya CPO, batu bara, dan hasil minyak, serta melambatnya permintaan di mitra dagang utama Indonesia, seperti China dan AS, turut menyebabkan penurunan nilai ekspor," ucap Riefky.
Di sisi lain, peningkatan impor pada Desember 2022 terutama didorong oleh permintaan impor migas yang naik sebesar 14,15% mtm.
(uka)