Produksi Garam Melimpah, Petani Malah Rugi

Senin, 02 November 2015 - 21:27 WIB
Produksi Garam Melimpah, Petani Malah Rugi
Produksi Garam Melimpah, Petani Malah Rugi
A A A
CIREBON - Produksi garam yang melimpah pada musim kemarau tahun ini membuat harga garam anjlok. Akibatnya, para petani garam di Kabupaten Cirebon, Jawa Barat (Jabar) justru merugi.

Ketua Ikatan Petani Garam Indonesia (IPGI) M Insyaf Supriadi mengatakan, harga garam kualitas dua di tingkat petani sepekan kemarin hanya di kisaran Rp160/kg. Padahal, pada awal masa produksi Juni 2015, harga jual garam masih mencapai Rp400/kg. "Harga garam benar-benar anjlok," ucapnya di Cirebon, Senin (2/11/2015).

Menurutnya, harga yang berlaku saat ini jauh lebih rendah ketimbang harga pokok pembelian (HPP) garam yang ditetapkan pemerintah. Berdasarkan HPP, harga garam kualitas satu mencapai Rp750/kg, garam kualitas dua Rp550/kg, dan garam kualitas tiga Rp450/kg.

Dia mengemukakan, turunnya harga garam tak lepas dari panjangnya masa produksi garam akibat fenomena el nino. Saat ini produksi garam petani terhitung banyak.

"Produksi garam petani di Kabupaten Cirebon saja sudah lebih dari 300 ribu ton," beber Insyaf yang juga Ketua Asosiasi Petani Garam Kabupaten Cirebon ini.

Umumnya, tambah dia, produksi garam hanya sekitar 260 ribu ton. Dengan produksi melimpah seperti sekarang, seluruh gudang di Kabupaten Cirebon penuh dan tak lagi dapat menampung garam produksi petani.

Padahal, masa produksi garam diprediksi masih akan berlangsung hingga pertengahan November atau saat musim hujan. Anjloknya harga garam saat ini berdampak pada banyaknya petani yang menelantarkan garamnya di tambak dan sengaja tidak dipanen.

"Mereka sengaja tidak memanen garam agar terhindar dari kerugian yang lebih besar," terangnya.

Dia mengungkapkan, bila garam dipanen para petani harus mengeluarkan upah untuk pekerja yang memanen garam. Dalam sehari, panen garam bisa mencapai sekitar lima kuintal dan dikerjakan dua orang pekerja.

Dengan harga garam yang kini hanya Rp160/kg, hasil yang diperoleh hanya Rp80 ribu. Penghasilan itu selanjutnya harus dibagi dua untuk pemilik lahan dan pekerja yang memanen garam.

Menurutnya, petani baru memperoleh keuntungan bila harga garam minimal Rp300/kg. Bukan cuma menelantarkan garamnya tak dipanen, garam yang sudah dipanen pun dibiarkan teronggok di tepian tambak dengan ditutup kain terpal.

"Para petani rata-rata tak punya gudang sendiri untuk menyimpan garam hasil panennya. Mereka jadi serba salah, mau jual garam, harganya murah. Mau disimpan, tak punya gudang," tuturnya.

Karena itu, dia berharap pemerintah dapat menyerap garam petani sebanyak-banyaknya agar harga garam tak jatuh. Pemerintah diminta membuka gudang untuk menampung garam petani sebagai stok.

Sementara, seorang petani garam di Kecamatan Pangenan, Kabupaten Cirebon, Ibnu mengatakan, anjloknya harga garam juga akibat ulah tengkulak yang kerap menetapkan harga murah untuk garam.

"Rata-rata petani garam sendiri punya utang ke tengkulak sebelum panen. Makanya kami minta pemerintah menolong petani garam agar kami tak rugi," pintanya.
(izz)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.3551 seconds (0.1#10.140)