Bangun Kilang Masela di Laut Lebih Berisiko Dibanding di Darat

Sabtu, 02 Januari 2016 - 13:53 WIB
Bangun Kilang Masela di Laut Lebih Berisiko Dibanding di Darat
Bangun Kilang Masela di Laut Lebih Berisiko Dibanding di Darat
A A A
JAKARTA - Pengamat energi Fathurahman mengungkapkan jika pembangunan kilang di Blok Masela, Maluku dilakukan dengan sistem LNG terapung (floating LNG/offshore) akan jauh lebih berisiko dibanding dengan menggunakan sistem pipanisasi di darat (onshore).

"Didalam floating LNG banyak uncertainty. Apalagi kilang floating LNG ini belum ada di dunia. Itu baru sedang dibangun," kata Fathurahman dalam acara Polemik Sindotrijaya di Jakarta, Sabtu (2/1/2016).

Selain itu, sambung dia, sistem LNG terapung yang menjadi pilihan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Sudirman Said untuk pengembangan kilang di Masela juga lebih tidak stabil dan kapal distribusi untuk LNG lebih kecil.

"Kalau floating LNG itu enggak stabil, kapal distribusinya LNG kecil, itu enggak boleh bergerak, apalagi barang yang ditransfer itu liquid gas yang minus160 derajat celcius," imbuh dia.

Sebaliknya, jika kilang LNG bangun di darat maka akan ada keuntungan untuk menghidupkan industri hilir mulai pabrik pupuk hingga pabrik petrokimia.

"Pemanfaatannya lebih luas jika bangun di darat. Bisa ada pabrik petrochemical, untuk plastik. Nih kita lihat botol ini diimpor dari Singapura, tapi gasnya dari kita," terang Fathurrahman.

Tak hanya itu, sistem pipanisasi juga dapat dijadikan sebagai hubungan LNG dan CNG untuk Indonesia Timur. "Jadi dari sanalah kita bisa distribusikan energi untuk timur. Di sana juga akan pembangkit listrik. Ini peluang besar sekali, jangan disia-siakan," pungkasnya.
(dol)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.7258 seconds (0.1#10.140)