Pemerintah Genjot Percepatan Eksplorasi Migas Nasional
A
A
A
DEPOK - Forum Group Discussion (FGD) bersama pemerintah, DPR RI, serta akademisi mendukung riset nasional untuk percepatan realisasi eksplorasi minyak dan gas (migas) nasional. Penggagas FGD Konsorsium Riset Migas Kelautan yang juga Pengurus Dewan Energi Nasional, Andang Bachtiar mengklaim tujuan FGD untuk menghimpun langkah nyata dalam rangka mempercepat temuan baru dan masukan yang konstruktif mengenai percepatan eksplorasi migas nasional.
(Baca Juga: Target Lifting Minyak 2017 Turun, Luhut Kerahkan TNI AL)
Lebih lanjut dia menerangkan terbentuknya konsorsium ini dengan cepat mendefinisikan rencana kerja dan rencana program serta pilot project yang dijadikan referensi eksplorasi yang bakal dicantumkan dalam program migas nasional.
“Bahwa status cekungan migas Indonesia saat ini 70% berada di laut dan masih ada 33% area cekungan di laut itu yang tidak ada datanya sama sekali. Meskipun demikian bukan berarti di 67% area cekungan laut yang sudah ada data seismiknya aman, masih banyak PR yang harus dievaluasi,” kata Andang di Fakultas Hukum Universitas Indonesia (FHUI), Depok, Rabu (7/9/2016).
(Baca Juga: Cari Migas, Luhut Ajukan Anggaran Kerja Sama dengan TNI)
Dia berharap dengan adanya konsorsium ini temuan cadangan migas terutama di daerah offshore (lepas pantai) akan dipercepat melalui sinergi berbagai kapasitas nasional itu untuk melakukan riset dan eksplorasi laut. Penurunan produksi migas saat ini tidak hanya diakibatkan oleh penurunan aktif pemboran sebagai dampak penurunan harga minyak, namun juga oleh semakin tuanya lapangan migas yang ada.
“Upaya peningkatan produksi migas tidak terlepas dari upaya penemuan cadangan migas. Cadangan terbukti Indonesia hanya 3,7 miliar barel, lebih rendah dibanding proven reserve Malaysia,” jelasnya.
Andang menambahkan untuk itu diperlukan akselerasi kegiatan penemuan cadangan guna mencapai target peningkatan produksi. Hal ini menunjukkan bahwa kebijakan eksplorasi mempunyai peran yang strategis.
“Bagian barat Indonesia menjadi salah satu alternatif terobosan yang menarik,” jelasnya.
Salah satu pelaku industri migas nasional, Direktur Pengembangan Usaha PT Elnusa Tbk Budhi N Pangaribuan mengatakan suatu terobosan eksplorasi migas merupakan suatu keniscayaan dalam menyikapi berkurangnya lifting migas nasional dan minimnya temuan cadangan migas baru yang disebabkan oleh berbagai aspek. Salah satunya adalah semakin tuanya lapangan migas yang ada dan proses perizinan yang tidak sederhana.
“Indonesia memiliki kapasitas untuk melakukan survei seismik laut, baik dari institusi pemerintah maupun swasta nasional. Masing-masing mempunyai kapabilitasnya dan siap untuk mendukung program konsorsium,” tegas Budhi.
(Baca Juga: Target Lifting Minyak 2017 Turun, Luhut Kerahkan TNI AL)
Lebih lanjut dia menerangkan terbentuknya konsorsium ini dengan cepat mendefinisikan rencana kerja dan rencana program serta pilot project yang dijadikan referensi eksplorasi yang bakal dicantumkan dalam program migas nasional.
“Bahwa status cekungan migas Indonesia saat ini 70% berada di laut dan masih ada 33% area cekungan di laut itu yang tidak ada datanya sama sekali. Meskipun demikian bukan berarti di 67% area cekungan laut yang sudah ada data seismiknya aman, masih banyak PR yang harus dievaluasi,” kata Andang di Fakultas Hukum Universitas Indonesia (FHUI), Depok, Rabu (7/9/2016).
(Baca Juga: Cari Migas, Luhut Ajukan Anggaran Kerja Sama dengan TNI)
Dia berharap dengan adanya konsorsium ini temuan cadangan migas terutama di daerah offshore (lepas pantai) akan dipercepat melalui sinergi berbagai kapasitas nasional itu untuk melakukan riset dan eksplorasi laut. Penurunan produksi migas saat ini tidak hanya diakibatkan oleh penurunan aktif pemboran sebagai dampak penurunan harga minyak, namun juga oleh semakin tuanya lapangan migas yang ada.
“Upaya peningkatan produksi migas tidak terlepas dari upaya penemuan cadangan migas. Cadangan terbukti Indonesia hanya 3,7 miliar barel, lebih rendah dibanding proven reserve Malaysia,” jelasnya.
Andang menambahkan untuk itu diperlukan akselerasi kegiatan penemuan cadangan guna mencapai target peningkatan produksi. Hal ini menunjukkan bahwa kebijakan eksplorasi mempunyai peran yang strategis.
“Bagian barat Indonesia menjadi salah satu alternatif terobosan yang menarik,” jelasnya.
Salah satu pelaku industri migas nasional, Direktur Pengembangan Usaha PT Elnusa Tbk Budhi N Pangaribuan mengatakan suatu terobosan eksplorasi migas merupakan suatu keniscayaan dalam menyikapi berkurangnya lifting migas nasional dan minimnya temuan cadangan migas baru yang disebabkan oleh berbagai aspek. Salah satunya adalah semakin tuanya lapangan migas yang ada dan proses perizinan yang tidak sederhana.
“Indonesia memiliki kapasitas untuk melakukan survei seismik laut, baik dari institusi pemerintah maupun swasta nasional. Masing-masing mempunyai kapabilitasnya dan siap untuk mendukung program konsorsium,” tegas Budhi.
(akr)