2013, industri baja diprediksi masih prospektif

Rabu, 07 November 2012 - 10:45 WIB
2013, industri baja diprediksi masih prospektif
2013, industri baja diprediksi masih prospektif
A A A
Sindonews.com - Industri baja di dalam negeri masih prospektif. Hal itu karena permintaan pasar baja domestik menunjukkan pertumbuhan permintaan sebesar 6-7 persen per tahun. Apalagi, tahun depan sejumlah investasi di sektor manufaktur dan pembangunan infrastruktur mulai terealisasi.

"Kendati pasar ekspor lesu, namun, pasar domestik masih tumbuh sekitar 6-7 persen. Hal itu akan membuat industri baja nasional tahun depan masih prospektif," ujar Co Chairman Long Product Indonesian Iron and Steel Industry Association (IISIA) Ismail Mandry di Jakarta, Rabu (7/11/2012).

Ismail melihat, krisis ekonomi di Eropa dan perlambatan ekonomi di China mengganjal pasar ekspor baja lokal pada tahun ini. Apalagi, produksi baja yang berlebih di China berdampak pada berlebihnya produk baja negara tersebut dan membanjiri pasar lokal. Itu turut menekan harga jual baja produsen dalam negeri.

Kendati demikian, Ismail optimistis, perekonomian global pada tahun depan mulai membaik. Jika itu terjadi, maka produksi dan harga jual baja juga kembali membaik. "Pemerintah harus turun tangan mengantisipasi banjirnya baja China ke pasar domestik," tegas Ismail.

Seperti diketahui, hingga kuartal ketiga 2012, sebagian besar produsen baja regional terpaksa mengurangi produksi lantaran merugi. Perlambatan ekonomi China membuat permintaan baja merosot dan melebihi kapasitas produksi.

Salah satu produsen baja terbesar Cina Baoshan Iron & Steel Co (Baosteel) bahkan terpaksa menghentikan salah satu pabriknya untuk mengurangi kerugian yang lebih besar. Salah satu, yang terkena dampak paling parah adalah perusahaan baja asal Korea, Posco. Akibat penurunan kinerjanya, lembaga pemeringkat Moodys Investor Service menurunkan rating utang Posco dari A3 menjadi BAA1 dengan prospek negatif.

Pasalnya, Posco mengalami kemerosotan kinerja. Bahkan, Posco terpaksa melego aset-asetnya senilai 2,5 triliun won untuk menambal laporan keuangannya. Perusahaan baja itu baru-baru ini juga menurunkan target penjualan 2012 untuk ketiga kalinya, setelah perolehan laba kuartal ketiga tidak mencapai target.

Akibatnya, pendapatan induk usaha diprediksi turun menjadi 36,3 triliun won atau USD32,9 miliar untuk tahun ini. Target tersebut turun dari yang ditetapkan pada Juli lalu yakni 37,5 triliun won.

Begitupula industri baja di negara lain, seperti Bluescope Steel terpaksa menurunkan kapasitas produksinya hingga 50 persen. Akibatnya, pada semester pertama tahun ini, produsen baja asal Australia itu merugi hingga USD1,09 miliar.

Kondisi serupa dialami Sahaviriya, produsen baja asal Thailand yang pada semester pertama kemarin merugi hingga USD159,13 juta, serta perusahaan baja asal Malaysia, Lion Diversified yang rugi hingga USD78,5 million pada periode yang sama.

Untuk menyiasati penurunan kinerja tersebut, perusahaan di kawasan Australia dan Amerika rata-rata memotong kapasitas produksi hingga separuh posisi awal, Eropa memangkas kapasitas produksi sekitar 30 persen dan China menurunkan produksi hingg 25-30 persen.

Kendati demikian, Ismail optimistis, kinerja industri baja dunia lokal pada tahun depan akan kembali bergairah. Syaratnya, kondisi ekonomi dunia kembali membaik dan China kembali meningkatkan pertumbuhan ekonominya.

"Realisasi investasi dan pembangunan infrastruktur dan manufaktur di dalam negeri juga turut meningkatkan permintaan pasar domestik," ucap Ismail.
(rna)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.5660 seconds (0.1#10.140)