Penjualan Properti di Jateng Surut 30%
A
A
A
SEMARANG - Penjualan properti di Jawa Tengah (Jateng) pada kuartal I/2015 surut 30% dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu karena melambatnya ekonomi Indonesia.
Ketua Bidang Promosi dan Publikasi DPD Real Estat Indonesia (REI) Jateng Dibya K Hidayat mengatakan, hampir semua kelas perumahan baik kelas bawah, menengah maupun atas saat ini masih cukup lesu karena melambatnya ekonomi.
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang sempat jatuh, dan kurs nilai tukar rupiah yang masih buruk juga berimbas ke penjualan perumahan.
”Apalagi dana Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) Perubahan 2015 baru dicairkan pada bulan Mei ini, sehingga kemungkinan baru bisa jalan pada bulan Juni mendatang,” kata dia, Jumat (15/5/2015).
Karena kondisi ini, Dibya mengaku, pada semester II/2015 ini pihaknya tidak bisa berharap terlalu banyak akan terjadi pertumbuhan penjualan, mengingat masih banyaknya tantangan ekonomi ke depan.
REI sangat berharap, sudah dimulainya pembangunan daerah sedikit banyak bisa memengaruhi pertumbuhan ekonomi, sehingga bisa mendorong daya beli masyarakat.
Di sisi lain, pertumbuhan properti saat ini masih dibuat gusar dengan adanya rencana dari Bank Indonesia ,yang akan melarang pencairan dana sebelum bangunan rumah 100%. Meski aturan tersebut untuk menghindari kerugian pada kreditur dan debitor, namun jika diterapkan akan mematikan penggembang perumahan.
“Kebijakan tersebut jika diberlakukan akan sangat berdampak, terhadap pertumbuhan properti,” katanya.
Wakil Ketua REI Jateng Bidang Tata Ruang Joko Santoso mengaku, dengan kondisi ekonomi yang tak kunjung membaik, tidak banyak pengembang yang melakukan pembangunan rumah baru. Mereka lebih memilih untuk menghabiskan stok yang telah ada.
“Para pengembang sebenarnya sudah melakukan berapa upaya untuk meningkatkan penjualan, tapi memang daya beli masyarakat masih sangat rendah,” katanya.
Ketua Bidang Promosi dan Publikasi DPD Real Estat Indonesia (REI) Jateng Dibya K Hidayat mengatakan, hampir semua kelas perumahan baik kelas bawah, menengah maupun atas saat ini masih cukup lesu karena melambatnya ekonomi.
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang sempat jatuh, dan kurs nilai tukar rupiah yang masih buruk juga berimbas ke penjualan perumahan.
”Apalagi dana Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) Perubahan 2015 baru dicairkan pada bulan Mei ini, sehingga kemungkinan baru bisa jalan pada bulan Juni mendatang,” kata dia, Jumat (15/5/2015).
Karena kondisi ini, Dibya mengaku, pada semester II/2015 ini pihaknya tidak bisa berharap terlalu banyak akan terjadi pertumbuhan penjualan, mengingat masih banyaknya tantangan ekonomi ke depan.
REI sangat berharap, sudah dimulainya pembangunan daerah sedikit banyak bisa memengaruhi pertumbuhan ekonomi, sehingga bisa mendorong daya beli masyarakat.
Di sisi lain, pertumbuhan properti saat ini masih dibuat gusar dengan adanya rencana dari Bank Indonesia ,yang akan melarang pencairan dana sebelum bangunan rumah 100%. Meski aturan tersebut untuk menghindari kerugian pada kreditur dan debitor, namun jika diterapkan akan mematikan penggembang perumahan.
“Kebijakan tersebut jika diberlakukan akan sangat berdampak, terhadap pertumbuhan properti,” katanya.
Wakil Ketua REI Jateng Bidang Tata Ruang Joko Santoso mengaku, dengan kondisi ekonomi yang tak kunjung membaik, tidak banyak pengembang yang melakukan pembangunan rumah baru. Mereka lebih memilih untuk menghabiskan stok yang telah ada.
“Para pengembang sebenarnya sudah melakukan berapa upaya untuk meningkatkan penjualan, tapi memang daya beli masyarakat masih sangat rendah,” katanya.
(rna)