Rupiah Berakhir di Ambang Rp13.400/USD
A
A
A
JAKARTA - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (USD) pada perdagangan hari ini berakhir di ambang Rp13.400/USD seiring terjungkalnya Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG).
(Baca: IHSG Ditutup Terkapar ke Level Terendah Tahun Ini)
Posisi rupiah berdasarkan data Sindonews bersumber dari Limas juga berada di level Rp13.395/USD, menyusut 97 poin dibanding penutupan Jumat (5/6/2015) di level Rp13.298/USD.
Berdasarkan Bloomberg, rupiah pada level Rp13.385/USD. Posisi ini tergerus 95 poin dari penutupan akhir pekan lalu di level Rp13.290/USD.
Nilai tukar rupiah berdasarkan data Yahoofinance berada pada level Rp13.380/USD, dengan kisaran harian Rp13.335-Rp13.422/USD. Posisi ini melemah 105 poin dibanding penutupan akhir pekan kemarin di level Rp13.275/USD.
Posisi rupiah berdasarkan kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) BI pada level Rp13.360/USD. Posisi ini terdepresiasi 72 poin dibanding posisi penutupan hari sebelumnya di level Rp13.288/USD.
Sementara itu, USD jatuh mendekati level tertinggi 13 tahun terhadap yen pada hari ini karena laporan media bahwa Amerika Serikat (AS) tidak nyaman dengan kuatnya mata uang mereka.
Dalam sebuah laporan media disebutkan bahwa Presiden AS Barack Obama mengatakan, menguatnya USD menjadi masalah. Para pedagang mengatakan bahwa itu sebagai alasan untuk menjual USD pada awal perdagangan Eropa.
Beberapa pejabat AS termasuk dari Federal Reserve dalam beberapa bulan terakhir merasa khawatir dengan kuatnya mata uang akan berdampak pada pertumbuhan ekonomi dan ekspor.
Akibatnya, USD turun 0,4% terhadap yen menjadi 125,15, setelah mencapai level tertinggi 13 tahun di 125,86 pada Jumat lalu setelah laporan tenaga kerja AS yang kuat.
"USD anjlok awal perdagangan karena judul media tentang kuatnya USD dari Obama," kata ahli strategi mata uang di Societe Generale Alvin Tan seperti dilansir dari Reuters, Senin (8/6/2015).
Adapun penguatan yen karena reaksi terhadap data yang dirilis pada hari Senin, yang menunjukkan ekonomi Jepang membaik dari yang diharapkan pada kuartal I tahun ini karena perusahaan menggenjot investasi.
Sedangkan, Euro naik tipis karena meningkatnya imbal hasil obligasi dan data produksi industri Jerman yang lebih baik dari perkiraan, yang menunjukkan bahwa ekonomi terbesar Eropa akan lebih baik pada kuartal II. Euro terhadap USD berada di level 1,1156, naik 0,4%.
Namun demikian, euro kemungkinan akan merasa sulit menguat lebih tinggi karena tersandera sentimen utang Yunani.
Terkait pemberitaan Obama tersebut, seorang pejabat senior AS pada Senin membantah laporan tersebut. "Presiden tidak menyatakan bahwa USD yang kuat adalah masalah," kata pejabat AS.
(Baca: IHSG Ditutup Terkapar ke Level Terendah Tahun Ini)
Posisi rupiah berdasarkan data Sindonews bersumber dari Limas juga berada di level Rp13.395/USD, menyusut 97 poin dibanding penutupan Jumat (5/6/2015) di level Rp13.298/USD.
Berdasarkan Bloomberg, rupiah pada level Rp13.385/USD. Posisi ini tergerus 95 poin dari penutupan akhir pekan lalu di level Rp13.290/USD.
Nilai tukar rupiah berdasarkan data Yahoofinance berada pada level Rp13.380/USD, dengan kisaran harian Rp13.335-Rp13.422/USD. Posisi ini melemah 105 poin dibanding penutupan akhir pekan kemarin di level Rp13.275/USD.
Posisi rupiah berdasarkan kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) BI pada level Rp13.360/USD. Posisi ini terdepresiasi 72 poin dibanding posisi penutupan hari sebelumnya di level Rp13.288/USD.
Sementara itu, USD jatuh mendekati level tertinggi 13 tahun terhadap yen pada hari ini karena laporan media bahwa Amerika Serikat (AS) tidak nyaman dengan kuatnya mata uang mereka.
Dalam sebuah laporan media disebutkan bahwa Presiden AS Barack Obama mengatakan, menguatnya USD menjadi masalah. Para pedagang mengatakan bahwa itu sebagai alasan untuk menjual USD pada awal perdagangan Eropa.
Beberapa pejabat AS termasuk dari Federal Reserve dalam beberapa bulan terakhir merasa khawatir dengan kuatnya mata uang akan berdampak pada pertumbuhan ekonomi dan ekspor.
Akibatnya, USD turun 0,4% terhadap yen menjadi 125,15, setelah mencapai level tertinggi 13 tahun di 125,86 pada Jumat lalu setelah laporan tenaga kerja AS yang kuat.
"USD anjlok awal perdagangan karena judul media tentang kuatnya USD dari Obama," kata ahli strategi mata uang di Societe Generale Alvin Tan seperti dilansir dari Reuters, Senin (8/6/2015).
Adapun penguatan yen karena reaksi terhadap data yang dirilis pada hari Senin, yang menunjukkan ekonomi Jepang membaik dari yang diharapkan pada kuartal I tahun ini karena perusahaan menggenjot investasi.
Sedangkan, Euro naik tipis karena meningkatnya imbal hasil obligasi dan data produksi industri Jerman yang lebih baik dari perkiraan, yang menunjukkan bahwa ekonomi terbesar Eropa akan lebih baik pada kuartal II. Euro terhadap USD berada di level 1,1156, naik 0,4%.
Namun demikian, euro kemungkinan akan merasa sulit menguat lebih tinggi karena tersandera sentimen utang Yunani.
Terkait pemberitaan Obama tersebut, seorang pejabat senior AS pada Senin membantah laporan tersebut. "Presiden tidak menyatakan bahwa USD yang kuat adalah masalah," kata pejabat AS.
(rna)