Kuatkan Rupiah, Pemerintah Fokus Pasar Valas dan SBN
A
A
A
JAKARTA - Menteri Keuangan (Menkeu) Bambang Brodjonegoro mengatakan, pemerintah saat ini memusatkan fokusnya di pasar valas dan Surat Berharga Negara (SBN) guna membantu menguatkan rupiah.
Untuk SBN, ungkap Bambang, pihaknya punya kemampuan untuk lakukan buyback dan apabila diperlukan pemerintah akan mengeluarkan Bond Stabilitation Framework (BSF). BSF sendiri semacam protokol untuk menstabilisasikan mata uang rupiah.
"Di SBN kita punya kemampuan untuk buyback dan apabila diperlukan, kami sudah punya BSF yang anytime bisa disiapkan kalau ini diperlukan. Di sini, BI juga membantu penguatan Surat Utang Negara (SUN) di pasar sekunder selain operasi mereka di rupiah. Itu bentuk kerja sama kita," kata Bambang di DPR RI, Jakarta, Selasa (25/8/2015).
Meski fokus pada pasar valas dan SBN untuk memperbaiki kondisi rupiah dan ekonomi Indonesia saat ini, namun pemerintah tak menampik jika harus mnurunkan asumsi pertumbuhan ekonomi.
"Pembahasan masih pertengahan September. Kita lebih baik bicara realistis. Yang paling memungkinkan skenarionya kira-kira tahun depan apa. Itu yang jadi topik kami dengan DPR. Kami terbuka. Kami taruh angka itu, dan hormati kesepatakan pembicaraan pendahuluan dengan DPR," ujarnya.
Menurutnya, meski harus mnurunkan asumsi pertumbuhan ekonomi, pihaknya akan mengambil rentang yang paling realistis untuk Indonesia.
"Kami ambil rentang paling realistis, tapi tentunya kami lihat kondisi terakhir nanti di pertengahan september atau akhir kira-kira asumsi berapa yang lebih tepat," pungkas dia.
Dalam kesempatan lain, CEO MNC Group Hary Tanoesoedibjo (HT) mengungkapkan, kurs rupiah terhadap USD dan pasar modal atau IHSG akan membaik jika faktor-faktor penting ini terpenuhi.
Menurutnya, kurs rupiah dapat pulih bila tingkat kepercayaan meningkat; ekspor naik dibanding impor; dan investasi masuk dari luar ke dalam negeri. "(Kemudian) tidak ada capital flight dari dalam negeri ke luar negeri, bahkan sebaliknya," ujar Ketua Umum Partai Perindo ini, Selasa (25/8/2015).
Sementara pasar modal, kata HT, akan kembali ke zona hijau apabila fundamental emiten membaik, tingkat kepercayaan pulih, dan investasi portfolio meningkat.
"Dalam situasi seperti sekarang, harus didorong investor dalam negeri untuk melakukan pembelian, misalnya oleh dana pensiun, asuransi, yayasan dan lainnya," terang HT.
Baca: Rupiah dan IHSG Akan Membaik jika Faktor Ini Terpenuhi
Untuk SBN, ungkap Bambang, pihaknya punya kemampuan untuk lakukan buyback dan apabila diperlukan pemerintah akan mengeluarkan Bond Stabilitation Framework (BSF). BSF sendiri semacam protokol untuk menstabilisasikan mata uang rupiah.
"Di SBN kita punya kemampuan untuk buyback dan apabila diperlukan, kami sudah punya BSF yang anytime bisa disiapkan kalau ini diperlukan. Di sini, BI juga membantu penguatan Surat Utang Negara (SUN) di pasar sekunder selain operasi mereka di rupiah. Itu bentuk kerja sama kita," kata Bambang di DPR RI, Jakarta, Selasa (25/8/2015).
Meski fokus pada pasar valas dan SBN untuk memperbaiki kondisi rupiah dan ekonomi Indonesia saat ini, namun pemerintah tak menampik jika harus mnurunkan asumsi pertumbuhan ekonomi.
"Pembahasan masih pertengahan September. Kita lebih baik bicara realistis. Yang paling memungkinkan skenarionya kira-kira tahun depan apa. Itu yang jadi topik kami dengan DPR. Kami terbuka. Kami taruh angka itu, dan hormati kesepatakan pembicaraan pendahuluan dengan DPR," ujarnya.
Menurutnya, meski harus mnurunkan asumsi pertumbuhan ekonomi, pihaknya akan mengambil rentang yang paling realistis untuk Indonesia.
"Kami ambil rentang paling realistis, tapi tentunya kami lihat kondisi terakhir nanti di pertengahan september atau akhir kira-kira asumsi berapa yang lebih tepat," pungkas dia.
Dalam kesempatan lain, CEO MNC Group Hary Tanoesoedibjo (HT) mengungkapkan, kurs rupiah terhadap USD dan pasar modal atau IHSG akan membaik jika faktor-faktor penting ini terpenuhi.
Menurutnya, kurs rupiah dapat pulih bila tingkat kepercayaan meningkat; ekspor naik dibanding impor; dan investasi masuk dari luar ke dalam negeri. "(Kemudian) tidak ada capital flight dari dalam negeri ke luar negeri, bahkan sebaliknya," ujar Ketua Umum Partai Perindo ini, Selasa (25/8/2015).
Sementara pasar modal, kata HT, akan kembali ke zona hijau apabila fundamental emiten membaik, tingkat kepercayaan pulih, dan investasi portfolio meningkat.
"Dalam situasi seperti sekarang, harus didorong investor dalam negeri untuk melakukan pembelian, misalnya oleh dana pensiun, asuransi, yayasan dan lainnya," terang HT.
Baca: Rupiah dan IHSG Akan Membaik jika Faktor Ini Terpenuhi
(izz)