Kadin: Rupiah Ambles Ngeri-ngeri Sedap
A
A
A
JAKARTA - Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia mengatakan, ambruknya nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (USD) hingga ke level Rp14.100/USD sangat tidak menguntungkan bagi dunia usaha. (Baca: Rupiah Dibuka Terjungkal ke Rp14.100/USD).
Wakil Ketua Umum Kadin DKI Jakarta Sarman Simanjorang mengungkapkan, anjloknya nilai tukar mata uang Garuda menciptakan suatu ketidakpastian bagi pelaku usaha. Bahkan dia menyebut, kondisi dunia usaha saat ini sudah 'ngeri-ngeri sedap'.
"Ini kondisi yang tidak menguntungkan pelaku usaha, jadi ketidakpastian. Ini merupakan pukulan. Jadi kalau dikatakan bagaimana kondisi dunia usaha, ini sudah ngeri-ngeri sedap," katanya dalam Rakerda II Hippi DKI Jakarta, Rabu (26/8/2015).
Dia menjelaskan, melemahnya nilai tukar rupiah sangat memukul industri di beberapa sektor, seperti industri automotif, plastik, logam, hingga farmasi. Bahkan, pengusaha mikro berbahan baku kedelai pun turut mengeluhkan kondisi rupiah yang semakin lesu.
"Melemahnya rupiah sangat memukul industri di beberapa sektor. Katakanlah mungkin automotif, plastik, logam, kemudian juga farmasi. Bahkan tadi pagi saya dengar bahwa pengusaha tahu tempe kita juga mengeluh, karena memang bahan baku mereka masih tergantung dari luar," terangnya.
Selain itu, sambung Sarman, pengusaha biro perjalanan (travel) pun turut merasakan dampak dari pelemahan nilai tukar rupiah terhadap mata uang Paman Sam tersebut. Betapa tidak, masyarakat yang sudah merencanakan perjalanan ke luar negeri mendadak membatalkan perjalanan lantaran rupiah yang mahal.
"Banyak juga pengusaha travel, mereka juga mengeluh karena yang tadinya orang-orang mau berangkat ke luar negeri, semua membatalkan karena nilai tukar rupiah kita yang semakin terpuruk," tutur dia.
Terpuruknya nilai tukar rupiah ini juga dibarengi dengan lesunya daya beli masyarakat. Akibatnya, pengusaha pun jadi rugi berlipat-lipat dengan kondisi ekonomi di Indonesia saat ini.
"Daya beli masyarakat kita yang juga lemah. Waktu audiensi dengan Pak Wagub DKI, kami sampaikan waktu itu bagaimana omzet di Tanah Abang waktu bulan puasa anjlok 50%, di Glodok juga begitu. Jadi ini memang situasi yang tidak menguntungkan bagi dunia usaha saat ini," tandasnya.
Wakil Ketua Umum Kadin DKI Jakarta Sarman Simanjorang mengungkapkan, anjloknya nilai tukar mata uang Garuda menciptakan suatu ketidakpastian bagi pelaku usaha. Bahkan dia menyebut, kondisi dunia usaha saat ini sudah 'ngeri-ngeri sedap'.
"Ini kondisi yang tidak menguntungkan pelaku usaha, jadi ketidakpastian. Ini merupakan pukulan. Jadi kalau dikatakan bagaimana kondisi dunia usaha, ini sudah ngeri-ngeri sedap," katanya dalam Rakerda II Hippi DKI Jakarta, Rabu (26/8/2015).
Dia menjelaskan, melemahnya nilai tukar rupiah sangat memukul industri di beberapa sektor, seperti industri automotif, plastik, logam, hingga farmasi. Bahkan, pengusaha mikro berbahan baku kedelai pun turut mengeluhkan kondisi rupiah yang semakin lesu.
"Melemahnya rupiah sangat memukul industri di beberapa sektor. Katakanlah mungkin automotif, plastik, logam, kemudian juga farmasi. Bahkan tadi pagi saya dengar bahwa pengusaha tahu tempe kita juga mengeluh, karena memang bahan baku mereka masih tergantung dari luar," terangnya.
Selain itu, sambung Sarman, pengusaha biro perjalanan (travel) pun turut merasakan dampak dari pelemahan nilai tukar rupiah terhadap mata uang Paman Sam tersebut. Betapa tidak, masyarakat yang sudah merencanakan perjalanan ke luar negeri mendadak membatalkan perjalanan lantaran rupiah yang mahal.
"Banyak juga pengusaha travel, mereka juga mengeluh karena yang tadinya orang-orang mau berangkat ke luar negeri, semua membatalkan karena nilai tukar rupiah kita yang semakin terpuruk," tutur dia.
Terpuruknya nilai tukar rupiah ini juga dibarengi dengan lesunya daya beli masyarakat. Akibatnya, pengusaha pun jadi rugi berlipat-lipat dengan kondisi ekonomi di Indonesia saat ini.
"Daya beli masyarakat kita yang juga lemah. Waktu audiensi dengan Pak Wagub DKI, kami sampaikan waktu itu bagaimana omzet di Tanah Abang waktu bulan puasa anjlok 50%, di Glodok juga begitu. Jadi ini memang situasi yang tidak menguntungkan bagi dunia usaha saat ini," tandasnya.
(izz)