Pengusaha Ritel Minta Jokowi Belajar dari Dubai
A
A
A
JAKARTA - Dalam rangkaian kunjungan kenegaraannya ke Timur Tengah, Presiden Joko Widodo (Jokowi) sempat bertandang ke Dubai, Uni Emirat Arab (UEA) bersama beberapa menteri ekonomi. Hal ini sebagai studi soal kemajuan di wilayah tersebut yang bisa ditiru Indonesia mengingat Dubai saat ini termasuk salah satu kota maju.
Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo) Roy Mande mengatakan, dalam kunjungan tersebut banyak hal yang bisa dipelajari terkait industri ritel di Dubai.
"Saya kira ini kesempatan untuk pemerintah yang diwakili oleh Presiden dan timnya kan ada mendag dan ada juga Menko kita. Harapan kita sih mereka bisa lihat kemajuan yang terjadi dalam dunia perdagangan ritel di luar negeri. Bahwa faktor ritel modern tentunya bukan serta merta dibiarkan hidup begitu saja. Tapi harus disentuh dan harapannya dipenuhi," kata Roy di Jakarta, Senin (14/9/2015)
Sebab, kata Roy, ada nanti di suatu titik semua akan modern. Karena perkembangan teknologi, zaman, kultur, perkembangan apapun akan modern. Dalam berbagai kesempatan, pasar modern punya karakter tersendiri.
"Nah kalau di sini itu segmennya beda. Beda dengan di luar negeri. Pasar rakyat kita di sini itu 1,9 juta, sedangkan pasar modern baru 25 ribu. Jauh sekali bedanya. Dikotomi tersebut sudah harus dihilangkan," katanya.
Kedua, pembaharuan atau revitalusasi. Roy menyebutkan, pihaknya senang saat Jokowi di Banyumas mau revitalisasi pasar rakyat untuk bisa melayani konsumen lebih baik, tidak bau pasarnya, manajemen perdagangan juga diperbaiki. Mekanisme ini kan untuk kemajuan modern.
"Untuk itu, Aprindo sangat membuka diri untuk diajak komunikasi dengan departemen terkait dalam mengajukan retail modern tanpa mematikan pasar rakyat. Karena nanti pasar rakyat bisa jadi modern juga. Itu yang dilihat mungkin di Timur Tengah," terang Roy.
Dia berharap, apa yang dilihat dan ditinjau oleh pemerintah Indonesia di Dubai bisa di-mirroring (untuk cerminan) supaya bisa dilakukan di Indonesia.
"Kita sudah terkenal karena tertinggal kemajuan. Kita sekarang harus mengejar ketertinggalan itu. Salah satunya mirroring. Melihat di sana, memberlakukan di sini. Tidak hanya pasar rakyat, tapi pasar modern juga ikut disentuh perkembangannya. Sehingga kita bisa maju juga dan lebih maju," pungkasnya.
Baca juga:
Aprindo: Industri Ritel Sedang Sakit
Pengusaha Ritel Akan Naikkan Harga Barang
Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo) Roy Mande mengatakan, dalam kunjungan tersebut banyak hal yang bisa dipelajari terkait industri ritel di Dubai.
"Saya kira ini kesempatan untuk pemerintah yang diwakili oleh Presiden dan timnya kan ada mendag dan ada juga Menko kita. Harapan kita sih mereka bisa lihat kemajuan yang terjadi dalam dunia perdagangan ritel di luar negeri. Bahwa faktor ritel modern tentunya bukan serta merta dibiarkan hidup begitu saja. Tapi harus disentuh dan harapannya dipenuhi," kata Roy di Jakarta, Senin (14/9/2015)
Sebab, kata Roy, ada nanti di suatu titik semua akan modern. Karena perkembangan teknologi, zaman, kultur, perkembangan apapun akan modern. Dalam berbagai kesempatan, pasar modern punya karakter tersendiri.
"Nah kalau di sini itu segmennya beda. Beda dengan di luar negeri. Pasar rakyat kita di sini itu 1,9 juta, sedangkan pasar modern baru 25 ribu. Jauh sekali bedanya. Dikotomi tersebut sudah harus dihilangkan," katanya.
Kedua, pembaharuan atau revitalusasi. Roy menyebutkan, pihaknya senang saat Jokowi di Banyumas mau revitalisasi pasar rakyat untuk bisa melayani konsumen lebih baik, tidak bau pasarnya, manajemen perdagangan juga diperbaiki. Mekanisme ini kan untuk kemajuan modern.
"Untuk itu, Aprindo sangat membuka diri untuk diajak komunikasi dengan departemen terkait dalam mengajukan retail modern tanpa mematikan pasar rakyat. Karena nanti pasar rakyat bisa jadi modern juga. Itu yang dilihat mungkin di Timur Tengah," terang Roy.
Dia berharap, apa yang dilihat dan ditinjau oleh pemerintah Indonesia di Dubai bisa di-mirroring (untuk cerminan) supaya bisa dilakukan di Indonesia.
"Kita sudah terkenal karena tertinggal kemajuan. Kita sekarang harus mengejar ketertinggalan itu. Salah satunya mirroring. Melihat di sana, memberlakukan di sini. Tidak hanya pasar rakyat, tapi pasar modern juga ikut disentuh perkembangannya. Sehingga kita bisa maju juga dan lebih maju," pungkasnya.
Baca juga:
Aprindo: Industri Ritel Sedang Sakit
Pengusaha Ritel Akan Naikkan Harga Barang
(dmd)