ADB Pangkas Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Asia
A
A
A
Bank Pembangunan Asia atau Asian Development Bank (ADB) memangkas prospek pertumbuhan ekonomi Asia. Prospek pertumbuhan ekonomi Asia telah terseret melambatnya pertumbuhan ekonomi di China dan India serta pemulihan yang rendah di pasar negara maju.
"Pertumbuhan ekonomi pada paruh pertama 2015 lebih rendah dari yang diharapkan. Pasar negara berkembang menghadapi penurunan arus modal dan depresiasi mata uang. Kecenderungan yang mungkin diperburuk oleh kenaikan suku bunga AS di masa depan," kata ADB, seperti dilansir dari CNBC, Selasa (22/9/2015).
ADB memangkas prospek pertumbuhan ekonomi di kawasan Asia menjadi 5,8% pada 2015 dan 6,0% untuk tahun depan, turun dari perkiraan sebelumnya 6,3% untuk 2015 dan 2016. Sementara pertumbuhan ekonomi di kawasan ini pada tahun lalu sebesar 6,2%.
Kepala Eksekutif DBS Piyush Gupta dalam Milken Institute Asia Summit pekan lalu mengatakan bahwa ekonomi Asia tumbuh melambat dari yang diharapkan. China pada jalur pertumbuhan yang lebih lambat karena ekspor terutama komoditasnya anjlok.
ADB memangkas proyeksi pertumbuhan China menjadi 6,8% untuk tahun ini, turun dari perkiraan sebelumnya sebesar 7,2% dan di bawah pertumbuhan 2014 sebesar 7,3%. Dia memprediksi pertumbuhan ekonomi terbesar kedua di dunia itu akan jatuh ke 6,7% pada 2016.
"Meskipun permintaan konsumsi kuat, aktivitas ekonomi jatuh jauh dari harapan dalam delapan bulan pertama tahun ini karena investasi dan ekspor menurun," kata laporan itu.
Sementara prospek pertumbuhan ekonomi India juga dipangkas 40 basis poin menjadi 7,4% pada tahun ini, dari perkiraan sebelumnya 7,8%. Menurut ADB, melemahnya permintaan eksternal dan pelemahan yang lebih lambat dari perkiraan menahan percepatan pertumbuhan India. Namun, diharapkan pertumbuhan ekonomi di India pada 2016 akan tumbuh 7,8% karena reformasi mulai berjalan.
ADB juga memotong prospek untuk kawasan Asia Tenggara menjadi 4,4% tahun ini, sama seperti pada tahun 2014, tetapi turun dari perkiraan sebelumnya dengan kenaikan 4,9%. Sementara pada tahun depan, ekonomi kawasan Asia Tenggara diperkirakan akan tumbuh 4,9%.
"Thailand belum bangkit kembali dari keterpurukan 2014, sementara investasi infrastruktur telah jatuh di Indonesia dan Filipina. Kekeringan di beberapa negara dan banjir di Myanmar telah menyakiti sektor pertanian," tutur ADB.
Sebaliknya, Vietnam bisa tumbuh lebih cepat dari yang diantisipasi pada awal tahun ini karena didukung oleh investasi asing langsung dan konsumsi swasta.
"Pertumbuhan ekonomi pada paruh pertama 2015 lebih rendah dari yang diharapkan. Pasar negara berkembang menghadapi penurunan arus modal dan depresiasi mata uang. Kecenderungan yang mungkin diperburuk oleh kenaikan suku bunga AS di masa depan," kata ADB, seperti dilansir dari CNBC, Selasa (22/9/2015).
ADB memangkas prospek pertumbuhan ekonomi di kawasan Asia menjadi 5,8% pada 2015 dan 6,0% untuk tahun depan, turun dari perkiraan sebelumnya 6,3% untuk 2015 dan 2016. Sementara pertumbuhan ekonomi di kawasan ini pada tahun lalu sebesar 6,2%.
Kepala Eksekutif DBS Piyush Gupta dalam Milken Institute Asia Summit pekan lalu mengatakan bahwa ekonomi Asia tumbuh melambat dari yang diharapkan. China pada jalur pertumbuhan yang lebih lambat karena ekspor terutama komoditasnya anjlok.
ADB memangkas proyeksi pertumbuhan China menjadi 6,8% untuk tahun ini, turun dari perkiraan sebelumnya sebesar 7,2% dan di bawah pertumbuhan 2014 sebesar 7,3%. Dia memprediksi pertumbuhan ekonomi terbesar kedua di dunia itu akan jatuh ke 6,7% pada 2016.
"Meskipun permintaan konsumsi kuat, aktivitas ekonomi jatuh jauh dari harapan dalam delapan bulan pertama tahun ini karena investasi dan ekspor menurun," kata laporan itu.
Sementara prospek pertumbuhan ekonomi India juga dipangkas 40 basis poin menjadi 7,4% pada tahun ini, dari perkiraan sebelumnya 7,8%. Menurut ADB, melemahnya permintaan eksternal dan pelemahan yang lebih lambat dari perkiraan menahan percepatan pertumbuhan India. Namun, diharapkan pertumbuhan ekonomi di India pada 2016 akan tumbuh 7,8% karena reformasi mulai berjalan.
ADB juga memotong prospek untuk kawasan Asia Tenggara menjadi 4,4% tahun ini, sama seperti pada tahun 2014, tetapi turun dari perkiraan sebelumnya dengan kenaikan 4,9%. Sementara pada tahun depan, ekonomi kawasan Asia Tenggara diperkirakan akan tumbuh 4,9%.
"Thailand belum bangkit kembali dari keterpurukan 2014, sementara investasi infrastruktur telah jatuh di Indonesia dan Filipina. Kekeringan di beberapa negara dan banjir di Myanmar telah menyakiti sektor pertanian," tutur ADB.
Sebaliknya, Vietnam bisa tumbuh lebih cepat dari yang diantisipasi pada awal tahun ini karena didukung oleh investasi asing langsung dan konsumsi swasta.
(rna)