Beli Saham Divestasi Freeport, Rini Pilih Utang Bank Internasional
A
A
A
JAKARTA - Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Rini Soemarno memastikan bahwa pemerintah akan mencari pinjaman atau utang bank internasional untuk membeli saham divestasi PT Freeport Indonesia.
Meski demikian, Rini belum mau membeberkan bank tersebut. Namun, menurut dia, bank internasional itu bukan bank China.
"Kami gunakan bank internasional, tapi bukan China. Kami sedang analisa. Yang penting, akhirnya balancing kuat atau tidak. Jadi yang kami lakukan, sekarang ada 9,36% saham kita di sana. Kami sedang analisa, apakah akan kita masukkan itu untuk dapat diproses untuk jadi penjaminan dalam mencari dana mengambil 10,64% saham divestasi Freeport sampai akhirnya mencapai 20%," kata Rini di Jakarta, Selasa (20/10/2015).
Saat ini, dia menuturkan, tim dari BUMN tengah melakukan analisa dan menunggu penawaran dari bank internasional tersebut.
"Investment bank kami sedang analisis. Kita tidak mau katakan jumlah karena harus dari penawaran mereka dulu. Kita sendiri sudah ada analisa," katanya.
Rini mengatakan, saat ini yang paling kuat dalam hal dana untuk membeli saham divestasi Freeport adalah PT Indonesia Asahan Alumina (Inalum). Meski demikian, pihaknya masih akan melihat kemampuan konsorsium Inalum dan PT Aneka Tambang (Antam) Tbk.
"Kami melihat saat ini dalam hal dana ini mau tidak mau harus dari pinjaman dan yang paling kuat adalah Inalum. Tapi kami juga melihat kombinasi secara konsorsium antara Inalum dengan Antam. Masih dianalisa finalnya. Saya harapkan dalam seminggu ini final dan kami kirim surat ke menteri ESDM bahwa kami tertarik untuk itu," tutur dia.
Baca:
Pemerintah Tak Punya Uang Serap Divestasi Freeport
Deadline Penawaran Divestasi Freeport Akhir Oktober Ini
Meski demikian, Rini belum mau membeberkan bank tersebut. Namun, menurut dia, bank internasional itu bukan bank China.
"Kami gunakan bank internasional, tapi bukan China. Kami sedang analisa. Yang penting, akhirnya balancing kuat atau tidak. Jadi yang kami lakukan, sekarang ada 9,36% saham kita di sana. Kami sedang analisa, apakah akan kita masukkan itu untuk dapat diproses untuk jadi penjaminan dalam mencari dana mengambil 10,64% saham divestasi Freeport sampai akhirnya mencapai 20%," kata Rini di Jakarta, Selasa (20/10/2015).
Saat ini, dia menuturkan, tim dari BUMN tengah melakukan analisa dan menunggu penawaran dari bank internasional tersebut.
"Investment bank kami sedang analisis. Kita tidak mau katakan jumlah karena harus dari penawaran mereka dulu. Kita sendiri sudah ada analisa," katanya.
Rini mengatakan, saat ini yang paling kuat dalam hal dana untuk membeli saham divestasi Freeport adalah PT Indonesia Asahan Alumina (Inalum). Meski demikian, pihaknya masih akan melihat kemampuan konsorsium Inalum dan PT Aneka Tambang (Antam) Tbk.
"Kami melihat saat ini dalam hal dana ini mau tidak mau harus dari pinjaman dan yang paling kuat adalah Inalum. Tapi kami juga melihat kombinasi secara konsorsium antara Inalum dengan Antam. Masih dianalisa finalnya. Saya harapkan dalam seminggu ini final dan kami kirim surat ke menteri ESDM bahwa kami tertarik untuk itu," tutur dia.
Baca:
Pemerintah Tak Punya Uang Serap Divestasi Freeport
Deadline Penawaran Divestasi Freeport Akhir Oktober Ini
(rna)