Program Sejuta Rumah Jokowi Mandek
Program Sejuta Rumah Jokowi Mandek
A
A
A
JAKARTA - Setelah satu tahun berkuasa, realisasi program sejuta rumah yang diusung Presiden Joko Widodo (Jokowi) mandek. Tercatat, hingga saat ini baru sekitar 500.000 rumah alias separuhnya yang dibangun.
Sekretaris Jenderal REI Hari Raharta Sudrajat mengemukakan, khusus untuk rumah subsidi yang menyasar masyarakat berpenghasilan rendah (MBR) baru terealisasi 138.000 unit. Namun belum berupa bangunan jadi, masih proses konstruksi.
"Baru perizinan, pembebasan lahan, sama konstruksi awal. Ini yang sedang dibangun. Target kami 250.000 tahun ini," ujarnya di Bekasi, Selasa (20/10/2015).
Hari berang ketika pemerintah menyinggung pihaknya tidak berperan dalam merealisasikan program tersebut karena minimnya pembangunan. Dia justru mempertanyakan tidak adanya insentif yang diberikan kepada para pengembang. "Kebijakan LTV dikeluarkan ketika kita sudah koma. Dikasih napas buatan tapi tidak mempan," ungkapnya.
Di tempat yang sama, Ketua DPD REI DKI Jakarta Amran Nukman menambahkan, dari keempat paket kebijakan ekonomi yang dikeluarkan, tidak ada satupun yang membantu pengembang. Menurutnya, banyak perusahaan yang akan kolaps akibat hal ini.
"Kebijakan I, II, III, IV keluar, seolah obat sudah ada semua, tapi kita ini makin kritis. Pengembang yang tidak jualan banyak, kalau ditahan lagi tidak mengeluarkan kebijakan untuk sektor properti, dosisnya tidak tepat, mati nih," tandasnya.
Sekadar informasi, mengutip data Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, realisasi program sejuta rumah sejak dicanangkan 1 Mei lalu baru sebanyak 493.552 unit.
Angka itu terdiri dari 357.906 unit rumah sederhana untuk masyarakat berpenghasilan rendah (MBR) dan 135.646 unit rumah non-MBR.
Sebagaimana diketahui, program sejuta rumah dicanangkan untuk mengatasi backlog atau kekurangan rumah yang saat ini sudah mencapai 17,2 juta unit. Dalam program tersebut, pemerintah menargetkan pembangunan 603.516 unit rumah untuk MBR dan 396.484 unit rumah untuk non-MBR.
Baca juga:
Kondisi Ekonomi Era Jokowi-JK Dinilai Lebih Buruk
Setahun Pemerintahan Jokowi-JK Rupiah Terus Merosot
Rizal Ramli: Jokowi Punya Nyali, SBY Tidak
Sekretaris Jenderal REI Hari Raharta Sudrajat mengemukakan, khusus untuk rumah subsidi yang menyasar masyarakat berpenghasilan rendah (MBR) baru terealisasi 138.000 unit. Namun belum berupa bangunan jadi, masih proses konstruksi.
"Baru perizinan, pembebasan lahan, sama konstruksi awal. Ini yang sedang dibangun. Target kami 250.000 tahun ini," ujarnya di Bekasi, Selasa (20/10/2015).
Hari berang ketika pemerintah menyinggung pihaknya tidak berperan dalam merealisasikan program tersebut karena minimnya pembangunan. Dia justru mempertanyakan tidak adanya insentif yang diberikan kepada para pengembang. "Kebijakan LTV dikeluarkan ketika kita sudah koma. Dikasih napas buatan tapi tidak mempan," ungkapnya.
Di tempat yang sama, Ketua DPD REI DKI Jakarta Amran Nukman menambahkan, dari keempat paket kebijakan ekonomi yang dikeluarkan, tidak ada satupun yang membantu pengembang. Menurutnya, banyak perusahaan yang akan kolaps akibat hal ini.
"Kebijakan I, II, III, IV keluar, seolah obat sudah ada semua, tapi kita ini makin kritis. Pengembang yang tidak jualan banyak, kalau ditahan lagi tidak mengeluarkan kebijakan untuk sektor properti, dosisnya tidak tepat, mati nih," tandasnya.
Sekadar informasi, mengutip data Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, realisasi program sejuta rumah sejak dicanangkan 1 Mei lalu baru sebanyak 493.552 unit.
Angka itu terdiri dari 357.906 unit rumah sederhana untuk masyarakat berpenghasilan rendah (MBR) dan 135.646 unit rumah non-MBR.
Sebagaimana diketahui, program sejuta rumah dicanangkan untuk mengatasi backlog atau kekurangan rumah yang saat ini sudah mencapai 17,2 juta unit. Dalam program tersebut, pemerintah menargetkan pembangunan 603.516 unit rumah untuk MBR dan 396.484 unit rumah untuk non-MBR.
Baca juga:
Kondisi Ekonomi Era Jokowi-JK Dinilai Lebih Buruk
Setahun Pemerintahan Jokowi-JK Rupiah Terus Merosot
Rizal Ramli: Jokowi Punya Nyali, SBY Tidak
(dmd)
Explore More