Menperin Dorong Finlandia Kembangkan 14 Kawasan Industri
A
A
A
JAKARTA - Pertumbuhan industri dan pengembangan infrastruktur di Indonesia memikat pengusaha Finlandia. Mereka ingin meningkatkan investasi dengan memanfaatkan keunggulan teknologi yang dimiliki.
Negara Skandinavia dari Eropa Utara itu dikenal sebagai negara yang menguasai teknologi permesinan, kelistrikan, industri logam, transportasi, kayu, kertas serta kimia.
Menilik keunggulan itu, Menteri Perindustrian (Menperin) Saleh Husin mendorong Finlandia turut memperkuat pengembangan 14 kawasan industri yang tengah dipacu.
“Pusat-pusat industri yang dibangun di kawasan khusus itu membutuhkan teknologi dan mesin-mesin yang dimiliki negara maju termasuk Finlandia,” ujarnya usai menerima delegasi Finlandia di Kementerian Perindustrian, Jakarta, Rabu (4/11/2015).
Delegasi dipimpin oleh Menteri Luar Negeri Filandia, Timo Soini dan diikuti beberapa pimpinan perusahaan seperti Oilon (teknologi pembangkit listrik, pulp, kertas), Outoec (teknologi logam, mineral, water treatment) dan Konecranes (industri cranes untuk pelabuhan,otomotif, tambang).
Saleh menuturkan, teknologi dan mesin industri menunjang produktivitas sekaligus efisiensi pabrik-pabrik. Lokasi kawasan industri yang sebagian besar di luar Jawa memerlukan sistem produksi yang terbukti tangguh dam efisien.
“Finlandia dapat masuk ke kawasan industri sebagai pemasok dan berinvestasi dengan menggandeng mitra lokal. Mereka juga kuat di teknologi pembangkit listrik dan energi alternatif yang dibutuhkan di remote area,” kata Menperin.
Sebanyak 14 kawasan industri dikembangkan sesuai konsentrasi dan bahan baku yang dihasilkan daerah terkait. Yaitu Bintuni Papua Barat (migas dan pupuk), Buli Halmahera Timur, Maluku Utara (smelter ferronikel, stainless steel, dan downstream stainless steel, Bitung Sulawesi Utara (agro dan logistik), Palu Sulawesi Tengah (rotan, karet, kakao dan smelter).
Sedangkan di Morowali Sulawesi Tengah, Konawe Sulawesi Tenggara dan Bantaeng Sulawesi Selatan difokuskan pada industri smelter ferronikel, stainless steel, dan downstream stainless steel.
Sementara di Kalimantan, kawasan industri di Batulicin Kalsel (besi baja), Jorong Kalsel (hilirisasi sumber daya mineral (bauksit), kelapa sawit), Ketapang Kalbar (alumina) dan Landak Kalbar (karet, CPO). Di Pulau Sumatera, dikembangkan kawasan industri Kuala Tanjung Sumut (aluminium, CPO), Sei Mangke Sumut (pengolahan CPO), dan Tanggamus Lampung (industri maritim dan logistik).
Menteri Luar Negeri Finlandia, Timo Soini mengakui pihaknya melirik Indonesia karena potensi ekonomi yang luar biasa. Menurutnya, Indonesia yang sumber daya alam melimpah membutuhkan industri untuk pengembangan potensi serta konektivitas antarpulau.
“Investasi Finlandi di Indoensia sekitar setengah milar Euro. Kami ingin menggandakannya,” ujar Timo. Pihaknya tertarik dengan bisnis pulp dan kelapa sawit, selain investasi industri berbasis teknologi lainnya.
Direktur Jenderal Ketahanan dan Pengembangan Akses Industri Internasional, Achmad Sigit Dwiwahjono mengatakan, produk dan jasa teknologi Finlandia sudah dimanfaatkan oleh beberapa perusahaan swasta serta BUMN. “Di bidang pengolahan mineral dan logam, Krakatau Steel dan Antam sudah menggunakan teknologi Finlandia,” ujarnya.
Ekspor Indonesia ke negara tersebut, antara lain produk karet, alas kaki, mesin, boiler, buah-buahan, keramik dan kayu. Sebaliknya, Finlandia mengapalkan peralatan elektronik, kertas, produk baja, plastik, kapal dan kimia termasuk pewarna.
Negara Skandinavia dari Eropa Utara itu dikenal sebagai negara yang menguasai teknologi permesinan, kelistrikan, industri logam, transportasi, kayu, kertas serta kimia.
Menilik keunggulan itu, Menteri Perindustrian (Menperin) Saleh Husin mendorong Finlandia turut memperkuat pengembangan 14 kawasan industri yang tengah dipacu.
“Pusat-pusat industri yang dibangun di kawasan khusus itu membutuhkan teknologi dan mesin-mesin yang dimiliki negara maju termasuk Finlandia,” ujarnya usai menerima delegasi Finlandia di Kementerian Perindustrian, Jakarta, Rabu (4/11/2015).
Delegasi dipimpin oleh Menteri Luar Negeri Filandia, Timo Soini dan diikuti beberapa pimpinan perusahaan seperti Oilon (teknologi pembangkit listrik, pulp, kertas), Outoec (teknologi logam, mineral, water treatment) dan Konecranes (industri cranes untuk pelabuhan,otomotif, tambang).
Saleh menuturkan, teknologi dan mesin industri menunjang produktivitas sekaligus efisiensi pabrik-pabrik. Lokasi kawasan industri yang sebagian besar di luar Jawa memerlukan sistem produksi yang terbukti tangguh dam efisien.
“Finlandia dapat masuk ke kawasan industri sebagai pemasok dan berinvestasi dengan menggandeng mitra lokal. Mereka juga kuat di teknologi pembangkit listrik dan energi alternatif yang dibutuhkan di remote area,” kata Menperin.
Sebanyak 14 kawasan industri dikembangkan sesuai konsentrasi dan bahan baku yang dihasilkan daerah terkait. Yaitu Bintuni Papua Barat (migas dan pupuk), Buli Halmahera Timur, Maluku Utara (smelter ferronikel, stainless steel, dan downstream stainless steel, Bitung Sulawesi Utara (agro dan logistik), Palu Sulawesi Tengah (rotan, karet, kakao dan smelter).
Sedangkan di Morowali Sulawesi Tengah, Konawe Sulawesi Tenggara dan Bantaeng Sulawesi Selatan difokuskan pada industri smelter ferronikel, stainless steel, dan downstream stainless steel.
Sementara di Kalimantan, kawasan industri di Batulicin Kalsel (besi baja), Jorong Kalsel (hilirisasi sumber daya mineral (bauksit), kelapa sawit), Ketapang Kalbar (alumina) dan Landak Kalbar (karet, CPO). Di Pulau Sumatera, dikembangkan kawasan industri Kuala Tanjung Sumut (aluminium, CPO), Sei Mangke Sumut (pengolahan CPO), dan Tanggamus Lampung (industri maritim dan logistik).
Menteri Luar Negeri Finlandia, Timo Soini mengakui pihaknya melirik Indonesia karena potensi ekonomi yang luar biasa. Menurutnya, Indonesia yang sumber daya alam melimpah membutuhkan industri untuk pengembangan potensi serta konektivitas antarpulau.
“Investasi Finlandi di Indoensia sekitar setengah milar Euro. Kami ingin menggandakannya,” ujar Timo. Pihaknya tertarik dengan bisnis pulp dan kelapa sawit, selain investasi industri berbasis teknologi lainnya.
Direktur Jenderal Ketahanan dan Pengembangan Akses Industri Internasional, Achmad Sigit Dwiwahjono mengatakan, produk dan jasa teknologi Finlandia sudah dimanfaatkan oleh beberapa perusahaan swasta serta BUMN. “Di bidang pengolahan mineral dan logam, Krakatau Steel dan Antam sudah menggunakan teknologi Finlandia,” ujarnya.
Ekspor Indonesia ke negara tersebut, antara lain produk karet, alas kaki, mesin, boiler, buah-buahan, keramik dan kayu. Sebaliknya, Finlandia mengapalkan peralatan elektronik, kertas, produk baja, plastik, kapal dan kimia termasuk pewarna.
(dmd)