Ringgit Jatuh ke Level Terendah Enam Pekan

Senin, 16 November 2015 - 12:46 WIB
Ringgit Jatuh ke Level Terendah Enam Pekan
Ringgit Jatuh ke Level Terendah Enam Pekan
A A A
KUALA LUMPUR - Mata uang Malaysia, ringgit jatuh ke level terendah enam pekan, di tengah risk aversion setelah serangan teror Paris dan kekhawatiran ekonomi Malaysia akan terus melambat.

Laporan menunjukkan, produk domestik bruto (PDB) Malaysia meningkat sedikitnya dalam lebih dari dua tahun pada kuartal terakhir, dan Credit Suisse Group AG melihat moderasi lanjutan karena ringgit melemah karena pajak barang dan jasa melukai konsumsi. Minyak mentah Brent turun paling tajam dalam delapan bulan pada pekan lalu, menambah kesengsaraan eksportir minyak.

"Penghindaran risiko, kekhawatiran pertumbuhan dari data produk domestik bruto pekan lalu dan penurunan harga minyak alasan melemahnya ringgit. Serangan Paris meredam risk appetite pasar," kata Kepala Riset Valuta Asing di Malayan Banking Bhd Saktiandi Supaat, seperti dilansir dari Bloomberg, Senin (16/11/2015).

Ringgit melemah 0,4% menjadi 4,3905/USD pada pukul 09.51 di Kuala Lumpur dan siang ini berada pada 4,3910/USD. Mata uang Malaysia ntersebut turun ke 4,4005 sebelumnya, level terlemah sejak 5 Oktober, dan telah kehilangan 2,15 sepanjang bulan ini.

Sementara sepanjang tahun ini, ringgit telah terkoreksi sebesar 20% pada tahun 2015 adalah yang terburuk di antara negara-negara berkembang setelah peso Kolombia dan real Brasil.

Menurut laporan dari MIDF Amanah Investment Bank, investor luar negeri mencatat penjualan bersih 714 juta ringgit atau USD163 juta saham Malaysia pada pekan lalu. Itu membuat arus dana keluar tahun ini menjadi 18,2 miliar ringgit, dibandingkan sepanjang tahun lalu sebesar 6,9 miliar ringgit.

Ekonomi Malaysia meningkat 4,7% pada kuartal III, melemah dibanding kuartal sebelumnya. Gubernur Bank Negara Malaysia Zeti Akhtar Aziz mengatakan, ekonomi domestik diperkirakan tetap tenang. Ringgit tetap undervalued secara signifikan dan risiko terhadap pertumbuhan tidak mungkin terwujud karena ekspor masih kuat.

Penjualan luar negeri naik selama empat bulan hingga September. Namun, obligasi pemerintah jatuh, mendorong yield lima tahun naik satu basis poin menjadi 3,79%. Imbal hasil obligasi bertenor 10 naik satu basis poin menjadi 4,35%.

Baca:

Rupiah Siang Ini Terintimidasi, IHSG Kian Terkoreksi

Yuan Perpanjang Penurunan karena Serangan Paris
(rna)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.5247 seconds (0.1#10.140)