ITS Rekomendasikan Pengolahan Gas Laut di Blok Masela

Senin, 16 November 2015 - 21:34 WIB
ITS Rekomendasikan Pengolahan Gas Laut di Blok Masela
ITS Rekomendasikan Pengolahan Gas Laut di Blok Masela
A A A
SURABAYA - Sejumlah pakar Maritim dan Kelautan Institut teknologi Sepuluh November (ITS) Surabaya berkumpul mendiskusikan kajian keuntungan dan kelemahan terkait pembangunan pengolahan gas Lapangan Abadi, Blok Masela di Maluku Tenggara Barat.

Terdapat hal menarik dalam diskusi kajian bertajuk "Teknologi Pengelolaan Sumber Daya Minyak dan Gas Bumi" di Gedung Sidang Utama Rektorat, Kampus ITS Surabaya, Senin (16/11/2015).

Pakar Maritim dan Kelautan ITS, di antaranya Ketut Buda Artana, Eko Budi Djatmiko, Aries Sulisetyono, dan Kriyo Sambodho senada mengatakan, pembangunan pengolahan gas di laut (Floating LNG/FLNG) lebih laik dipertimbangkan oleh pemerintah daripada di darat (Onshore LNG/OLNG).

"Hasil kajian berbagai aspek baik teknis maupun ekonomis menunjukkan skema FLNG Masela masih lebih baik dibandingkan darat. Hasil kajian akan diserahkan kepada presiden dan Menteri ESDM Sudirman Said," kata Wakil Rektor IV ITS Surabaya, Ketut Buda Artana.

Menurut dia, terdapat dua aspek kenapa pihaknya merekomendasikan pengolahan gas di laut. Pertama aspek teknis yang meliputi keselamatan, olah gerak (seakeeping), penanganan dan proses gas, serta geoteknik dan bencana.
Sementara untuk aspek ekonomis mencakup waktu konstruksi, fleksibilitas operasi, investasi, pengaruh terhadap pertumbuhan wilayah dan industri, dan kandungan lokal.

Sedangkan dari aspek keselamatan, Ketut mengatakan, teknologi pengolahan gas di laut sudah memiliki tingkat keselamatan yang bisa diterima. Dia mengatakan, aspek keselamatan pengolahan gas di laut sudah dapat dipercaya.

"Kajian kuantitatif dan simulasi sudah jelas memberikan. Risiko tabrakan kapal saat proses ship to ship LNG sudah teruji dan terbukti aman," kata dia.

Dari aspek pembangunan kewilayahan dan pertumbuhan industri, Ketut Buda menambahkan, baik pengolahan gas laut maupun darat dapat memberikan dampak yang sama.

Sementara itu, Dosen Teknik Kelautan ITS Kriyo Sambodho mengatakan, daerah blok Masela merupakan daerah dengan risiko gempa dan tsunami yang tinggi. Pada periode 1900 hingga 2013, kara dia, telah terjadi 2.248 gempa di sekitar Masela.

"Jika menggunakan kilang darat dengan pipanisasi apalagi dengan panjang sampai 160 km atau 600 km maka akan berbahaya dengan ancaman gempa dan potensi tsunami. Artinya, dengan potensi gempa dan tsunami yang tinggi tersebut, maka opsi FLNG Masela akan lebih baik dibandingkan darat," katanya.

Sedangkan, Dekan Fakultas Teknologi Kelautan ITS Eko Budi Djatmiko mengatakan, pengolahan gas laut di blok Masela sudah didesain dengan asumsi risiko hingga ketinggian gelombang laut mencapai 10 meter, sehingga secara teknis, pengolahan gas laut lebih aman di banding di darat.

Guru Besar ITS ini juga mengatakan, perubahan kapasitas pengolahan gas laut dari 2,5 menjadi 7,5 juta ton LNG per tahun akan lebih baik, karena dengan volume kapal yang besar, maka akan memperkecil gerakan kapal. Serta, keberadaan teknologi penambatan (mooring) kapal yang terus berkembang yang memungkinkan gerakan kapal semakin stabil.

"Fasilitas FLNG akan berada dalam satu kesatuan dibandingkan darat yang terpisah-pisah, sehingga lebih aman di laut," ujarnya.
(rna)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.3321 seconds (0.1#10.140)