Harga Properti Residensial Terus Meningkat
A
A
A
SEMARANG - Kebijakan relaksasi loan to value (LTV) pada kredit properti yang diberlakukan pertengahan Juni 2015, mendorong pertumbuhan penjualan properti residensial di Jawa Tengah (Jateng), khususnya rumah tipe menengah.
Kepala Kantor BI Wilayah Jateng, Iskandar Simorangkir mengatakan, kondisi ini tercermin pada penjualan rumah tipe menengah pada triwulan III 2015 yang meningkat sebesar 13,53% (qtq).
Hal itu juga terlihat dari sisi pembiayaan, penyaluran kredit KPR untuk rumah tipe menengah mengalami peningkatan yang cukup besar pada Juli dan Agustus 2015, masing-masing sebesar 12,37% (yoy) dan 9,49% (yoy).
Dari sisi harga, Iskandar menyebutkan, harga properti di Jateng pada triwulan III tahun 2015 terpantau masih mengalami kenaikan. Di mana Indeks Harga Properti Residensial (IHPR) pada triwulan III 2015 tercatat sebesar 190,32 atau naik 11,80% (yoy), lebih tinggi dibandingkan dengan peningkatan indeks 11,03% (yoy) pada triwulan II 2015. Secara triwulanan, IHPR juga mengalami peningkatan, yaitu sebesar 1,92% (qtq) dibandingkan triwulan sebelumnya.
“Peningkatan indeks ini sejalan dengan IHPR nasional yang juga mengalami peningkatan sebesar 5,46% (yoy) menjadi 188,65 serta PDRB Provinsi Jawa Tengah untuk sektor konstruksi yang tumbuh sebesar 7,89% (yoy),” ujarnya, Jumat (20/11/2015).
Dia menjelaskan, peningkatan indeks harga tersebut terjadi di seluruh tipe rumah, dengan kenaikan indeks terbesar terjadi pada rumah tipe kecil 28,12% (yoy), diikuti rumah tipe menengah dan besar masing-masing meningkat 4,56% (yoy) dan 3,71% (yoy).
Menurutnya, jumlah unit rumah yang dibangun pada triwulan III 2015 secara umum tercatat mengalami peningkatan dibandingkan dengan persediaan pada triwulan II 2015 sebesar 10,12% (qtq).
“Peningkatan jumlah unit rumah yang dibangun sejalan dengan konsumsi semen Jawa Tengah yang juga meningkat di Triwulan III 2015. Peningkatan pasokan unit rumah terjadi untuk rumah tipe menengah dan kecil,” imbuhnya.
Pihaknya memprediksi IHPR pada triwulan IV 2015 masih akan meningkat di kisaran level 190,87. Hal ini diperkirakan didorong masih cukup tingginya permintaan masyarakat terhadap rumah yang merupakan kebutuhan dasar masyarakat, sementara lahan hunian terbatas, serta tingginya harga bahan bangunan dan upah pekerja di sektor bangunan.
Terpisah Ketua DPD REI Jateng MR Prijanto mengatakan, perumahan menengah ke atas di Kota Semarang, terus bergerak menuju ke arah yang lebih baik hal ini merupakah salah satu dampak penurunan uang muka menjadi 20%.
Dia mengatakan, dampak dari penurunan uang muka memberikan angin segar bagi para pengembang. Dengan uang muka yang ditetapkan pemerintah sebesar 20%, konsumen pun semakin berminat untuk membeli rumah.
“Kalau di Semarang justru sebagian besar adalah pembeli langsung dan ini yang membuat penjualan perumahan di Jateng terus membaik di tengah kondisi ekonomi yang kurang stabil,” katanya.
Progres yang cukup baik tersebut Prijanto optimis sampai akhir tahun setidaknya penjualan rumah khususnya untuk rumah menengah ke atas bisa naik 10%. “Dari Januari sampai September penjualan selama pameran sudah mencapai 400-500 unit, dan kami optimis akan naik terus,” ujarnya.
Di sisi lain, kata dia, kebijakan pemerintah yang memperbolehkan rumah indent membuat para pengembang bernafas lega. Para pengembang semakin antusias untuk melakukan pengembangan perumahan.
Kepala Kantor BI Wilayah Jateng, Iskandar Simorangkir mengatakan, kondisi ini tercermin pada penjualan rumah tipe menengah pada triwulan III 2015 yang meningkat sebesar 13,53% (qtq).
Hal itu juga terlihat dari sisi pembiayaan, penyaluran kredit KPR untuk rumah tipe menengah mengalami peningkatan yang cukup besar pada Juli dan Agustus 2015, masing-masing sebesar 12,37% (yoy) dan 9,49% (yoy).
Dari sisi harga, Iskandar menyebutkan, harga properti di Jateng pada triwulan III tahun 2015 terpantau masih mengalami kenaikan. Di mana Indeks Harga Properti Residensial (IHPR) pada triwulan III 2015 tercatat sebesar 190,32 atau naik 11,80% (yoy), lebih tinggi dibandingkan dengan peningkatan indeks 11,03% (yoy) pada triwulan II 2015. Secara triwulanan, IHPR juga mengalami peningkatan, yaitu sebesar 1,92% (qtq) dibandingkan triwulan sebelumnya.
“Peningkatan indeks ini sejalan dengan IHPR nasional yang juga mengalami peningkatan sebesar 5,46% (yoy) menjadi 188,65 serta PDRB Provinsi Jawa Tengah untuk sektor konstruksi yang tumbuh sebesar 7,89% (yoy),” ujarnya, Jumat (20/11/2015).
Dia menjelaskan, peningkatan indeks harga tersebut terjadi di seluruh tipe rumah, dengan kenaikan indeks terbesar terjadi pada rumah tipe kecil 28,12% (yoy), diikuti rumah tipe menengah dan besar masing-masing meningkat 4,56% (yoy) dan 3,71% (yoy).
Menurutnya, jumlah unit rumah yang dibangun pada triwulan III 2015 secara umum tercatat mengalami peningkatan dibandingkan dengan persediaan pada triwulan II 2015 sebesar 10,12% (qtq).
“Peningkatan jumlah unit rumah yang dibangun sejalan dengan konsumsi semen Jawa Tengah yang juga meningkat di Triwulan III 2015. Peningkatan pasokan unit rumah terjadi untuk rumah tipe menengah dan kecil,” imbuhnya.
Pihaknya memprediksi IHPR pada triwulan IV 2015 masih akan meningkat di kisaran level 190,87. Hal ini diperkirakan didorong masih cukup tingginya permintaan masyarakat terhadap rumah yang merupakan kebutuhan dasar masyarakat, sementara lahan hunian terbatas, serta tingginya harga bahan bangunan dan upah pekerja di sektor bangunan.
Terpisah Ketua DPD REI Jateng MR Prijanto mengatakan, perumahan menengah ke atas di Kota Semarang, terus bergerak menuju ke arah yang lebih baik hal ini merupakah salah satu dampak penurunan uang muka menjadi 20%.
Dia mengatakan, dampak dari penurunan uang muka memberikan angin segar bagi para pengembang. Dengan uang muka yang ditetapkan pemerintah sebesar 20%, konsumen pun semakin berminat untuk membeli rumah.
“Kalau di Semarang justru sebagian besar adalah pembeli langsung dan ini yang membuat penjualan perumahan di Jateng terus membaik di tengah kondisi ekonomi yang kurang stabil,” katanya.
Progres yang cukup baik tersebut Prijanto optimis sampai akhir tahun setidaknya penjualan rumah khususnya untuk rumah menengah ke atas bisa naik 10%. “Dari Januari sampai September penjualan selama pameran sudah mencapai 400-500 unit, dan kami optimis akan naik terus,” ujarnya.
Di sisi lain, kata dia, kebijakan pemerintah yang memperbolehkan rumah indent membuat para pengembang bernafas lega. Para pengembang semakin antusias untuk melakukan pengembangan perumahan.
(dmd)