Kawasan Priangan Timur Butuh Infrastruktur Tol

Senin, 07 Desember 2015 - 23:27 WIB
Kawasan Priangan Timur Butuh Infrastruktur Tol
Kawasan Priangan Timur Butuh Infrastruktur Tol
A A A
TASIKMALAYA - Kawasan Priangan Timur, Jawa Barat membutuhkan pembangunan infrastruktur tol secepatnya untuk menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA). Infrastruktur jalan sebagai akses pasar juga dibutuhkan untuk menekan inflasi daerah yang masih tinggi.

Inflasi daerah Priangan Timur, seperti Tasikmalaya sudah mencapai 5,38% per November 2015 lebih tinggi dari inflasi nasional 4,89% dan inflasi Jawa Barat 4,11%. Kawasan Priangan Timur tersebar dari Kota Tasikmalaya, Kabupaten Tasikmalaya, Kabupaten Ciamis, Kabupaten Garut, Kota Banjar, dan Kabupaten Pangandaran.

Pengamat ekonomi Unpad, Prof Rina Indiastuti mengingatkan kawasan Priangan Timur membutuhkan sinergi antar daerah secepatnya sehingga meningkatkan kapasitas ekonomi untuk pertumbuhan produk domestik regional bruto (PDRB) dan menekan inflasi. Infrastruktur transportasi sangat krusial untuk memperkuat daya saing dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Saat ini ada kesenjangan pertumbuhan yang cukup tinggi antara kawasan Priangan Timur dan kota lain di Jawa Barat.

“Ada disparitas tinggi di Jawa Barat sehingga strukturnya rapuh. Kota seperti Bekasi dan Bandung sangat mendominasi perekonomian. Dengan sinergi antar daerah yang sebanding maka kapasitasnya semakin tinggi. Ini akan menahan pebisnis besar lokal sehingga tidak beramai ramai ke Jakarta,” ujar Rina dalam diskusi Forum Komunikasi Pimpinan Daerah dan High Level Meeting TPID Priangan Timur di KPW BI Tasikmalaya, Jawa Barat, Senin (7/12/2015).

Sementara Kepala Kantor KPW BI Tasikmalaya Wahyu Purnama A mengatakan, pihaknya terus mengembangkan perekonomian daerah. Salah satu fokusnya ialah mengembangkan sektor ekonomi kreatif karena Tasikmalaya terkenal dengan kerajinan bordirnya. Sehingga sejak tahun 2014 pihaknya menginisiasi Tasikmalaya Creative Festival (TCF).

“Kami kembangkan perekonomian untuk menekan inflasi. Seperti memperkuat produksi sentra ayam ras pedaging dan distribusinya. Selain itu juga menggiatkan sektor ekonomi kreatif dengan festival rakyat TCF,” ujar Wahyu, dalam kesempatan yang sama.

Dia menjelaskan kegiatan TCF dilatarbelakangi keprihatinan karena belum adanya suatu kegiatan yang terfokus untuk mewadahi industri kreatif di daerah Priangan Timur dan telah lama vakumnya kegiatan festival yang diadakan pada era 90-an.

Pada karnaval kali ini juga dilakukan pemecahan rekor MURI selendang Bordir terpanjang, dengan panjang 201,83 meter. Pemecahan rekor selendang bordir ini bertujuan untuk menggiatkan kembali industri bordir di Tasikmalaya yang saat ini gaungnya meredup.

Selendang bordir terpanjang ini dibuat oleh wirausaha binaan Bank Indonesia Tasikmalaya, yaitu Rumah Kayu Bordir. Pengerjaan selendang bordir sepanjang 202 meter tersebut memakan waktu 1,5 bulan oleh 6 orang pekerja dengan menggunakan mesin konvensional atau semi manual. Selendang bordir terpanjang di dunia ini dibentangkan oleh 40 orang di Jalan HZ Mustofa.
(dmd)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.6157 seconds (0.1#10.140)