Akuisisi Mahal, 4 Bank BUMN Bikin Switching ATM Sendiri
A
A
A
JAKARTA - Empat bank BUMN, yaitu Bank Mandiri, BRI, BNI, dan BTN berpeluang membuat perusahaan switching Automatic Teller Machine (ATM) sendiri awal tahun depan akibat mahalnya nilai akuisisi Artajasa selaku operator ATM bersama.
Direktur Utama PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) Budi Gunadi Sadikin mengemukakan, peluang proses akuisisi Artajasa selaku operator ATM Bersama belum usai. (Baca: ATM 4 Bank BUMN Akhirnya Resmi Meluncur).
"Kita lihat, sama seperti belanja baju ingin dengan harga murah dan kualitas paling bagus. Kalau ternyata yang mau kita beli mahal, kita bikin sendiri," ujarnya di kawasan Tanah Abang, Jakarta, Senin (21/12/2015).
Menurutnya, keberadaan perusahaan switching yang sepenuhnya dimiliki empat bank pelat merah cukup krusial mengingat keempatnya sudah resmi menyatukan ATM.
"ATM ini supaya bisa jalan berempat, bersama, kita perlu ada switching company untuk melakukan kliring dan settlement antar keempat bank. Kita merasa empat bank bersatu, sekalian kliring dan settlement juga bersatu," katanya.
Sebagai contoh, Budi menginginkan bank milik pemerintah bisa membuat perusahaan sendiri dengan kapasitas internasional seperti Visa dan Mastercard. (Baca: ATM Bank BUMN Bersatu, Biaya Transaksi Hanya Gopek)
"Sama seperti Visa dan Mastercard tapi untuk ATM dan belanja global. Kita mau bikin seperti itu tapi di bawah kepemilikan lokal, dimiliki empat bank Himbara," tutur dia.
Selain itu, pria lulusan ITB ini ingin ada pengendalian secara penuh atas perusahaan yang mengelola jaringan empat bank BUMN ke depannya.
"Bisa seperti Artajasa sekarang cuma belum 100% dikontrol oleh kita. Bukan hanya switching tapi transaksi debit dan kredit semua terjadi di Indonesia," ujar dia.
Menurutnya, semua kegiatan yang berbasis kliring dan settlement di bank BUMN sebisa mungkin harus dimiliki perusahaan negara.
"Semua yang berbasis di Indonesia, kliring dan settlement di Indonesia. Kalau dari luar, orang luar sebal, jaringan kita dikunci, tidak bisa transaksi kredit dan debit," katanya.
Adapun, Bank Mandiri belum bisa memberikan kepastian jumlah dana yang akan dikeluarkan guna mengambil alih perusahaan switching atau membentuknya sendiri bersama tiga bank BUMN lainnya.
"Kecil, nilai investasinya tidak terlalu besar kalau dari kita, di bawah Rp1 triliun, sangat di bawah itu. Kita belum menawar, belum tahu siapin berapa," tandasnya.
Baca Juga:
Penyatuan ATM Bank BUMN Hemat Biaya hingga Rp30 Triliun
Direktur Utama PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) Budi Gunadi Sadikin mengemukakan, peluang proses akuisisi Artajasa selaku operator ATM Bersama belum usai. (Baca: ATM 4 Bank BUMN Akhirnya Resmi Meluncur).
"Kita lihat, sama seperti belanja baju ingin dengan harga murah dan kualitas paling bagus. Kalau ternyata yang mau kita beli mahal, kita bikin sendiri," ujarnya di kawasan Tanah Abang, Jakarta, Senin (21/12/2015).
Menurutnya, keberadaan perusahaan switching yang sepenuhnya dimiliki empat bank pelat merah cukup krusial mengingat keempatnya sudah resmi menyatukan ATM.
"ATM ini supaya bisa jalan berempat, bersama, kita perlu ada switching company untuk melakukan kliring dan settlement antar keempat bank. Kita merasa empat bank bersatu, sekalian kliring dan settlement juga bersatu," katanya.
Sebagai contoh, Budi menginginkan bank milik pemerintah bisa membuat perusahaan sendiri dengan kapasitas internasional seperti Visa dan Mastercard. (Baca: ATM Bank BUMN Bersatu, Biaya Transaksi Hanya Gopek)
"Sama seperti Visa dan Mastercard tapi untuk ATM dan belanja global. Kita mau bikin seperti itu tapi di bawah kepemilikan lokal, dimiliki empat bank Himbara," tutur dia.
Selain itu, pria lulusan ITB ini ingin ada pengendalian secara penuh atas perusahaan yang mengelola jaringan empat bank BUMN ke depannya.
"Bisa seperti Artajasa sekarang cuma belum 100% dikontrol oleh kita. Bukan hanya switching tapi transaksi debit dan kredit semua terjadi di Indonesia," ujar dia.
Menurutnya, semua kegiatan yang berbasis kliring dan settlement di bank BUMN sebisa mungkin harus dimiliki perusahaan negara.
"Semua yang berbasis di Indonesia, kliring dan settlement di Indonesia. Kalau dari luar, orang luar sebal, jaringan kita dikunci, tidak bisa transaksi kredit dan debit," katanya.
Adapun, Bank Mandiri belum bisa memberikan kepastian jumlah dana yang akan dikeluarkan guna mengambil alih perusahaan switching atau membentuknya sendiri bersama tiga bank BUMN lainnya.
"Kecil, nilai investasinya tidak terlalu besar kalau dari kita, di bawah Rp1 triliun, sangat di bawah itu. Kita belum menawar, belum tahu siapin berapa," tandasnya.
Baca Juga:
Penyatuan ATM Bank BUMN Hemat Biaya hingga Rp30 Triliun
(izz)