Kereta Cepat Dinilai Jadi Alat Diplomasi RI-China
A
A
A
JAKARTA - Proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung dinilai hanya menjadi alat diplomasi antara Indonesia dan China. Kerja sama dilakukan guna mengejar prospek bisnis yang lebih panjang.
Direktur Eksekutif Infrastructure Partnership & Knowledge Center (IPKC) Harun Alrasyid Lubis menilai, proyek kereta cepat buatan China bisa jadi pintu pembuka untuk proyek lainnya. Pembangunan itu diyakini sebatas komoditi dalam hubungan bilateral Indonesia-China.
"KA cepat sudah jadi bahan komoditi diplomasi antar negara. Ditambah kejar prospek bisnis ke depan sebagai alat diplomasi bilateral antar dua negara," ujarnya di Jakarta, Senin (11/1/2016).
Harun mengungkapkan, sebelum China resmi ditunjuk sebagai penggarap proyek tersebut, ada kompetisi dengan Jepang. Saat ini, negeri Tirai Bambu cukup besar menguasai pangsa pasar kereta cepat.
"Khusus china dan Jepang ceritanya lain, mereka sedang kompetisi, yang satu sudah pakai separuh 50 tahun, yang satu belum 10 tahun. Separuh jaringan kereta api cepat dunia dari China, 16.000 kilometer," kata dia.
Di sisi lain, melemahnya laju perekonomian China membuat adanya kelebihan kapasitas produksi. Mereka lalu mengirim konsultan ke beberapa negara untuk mengerjakan proyek infrastruktur.
"Dan suasana ekonomi menurun di China. Mereka punya kapasitas besar, produksi mereka, mereka kirim konsultan ke kita, lalu kontraktor sikat," pungkasnya.
Baca Juga:
Kereta Cepat Jakarta-Bandung Sedot Pasar Travel
Direktur Eksekutif Infrastructure Partnership & Knowledge Center (IPKC) Harun Alrasyid Lubis menilai, proyek kereta cepat buatan China bisa jadi pintu pembuka untuk proyek lainnya. Pembangunan itu diyakini sebatas komoditi dalam hubungan bilateral Indonesia-China.
"KA cepat sudah jadi bahan komoditi diplomasi antar negara. Ditambah kejar prospek bisnis ke depan sebagai alat diplomasi bilateral antar dua negara," ujarnya di Jakarta, Senin (11/1/2016).
Harun mengungkapkan, sebelum China resmi ditunjuk sebagai penggarap proyek tersebut, ada kompetisi dengan Jepang. Saat ini, negeri Tirai Bambu cukup besar menguasai pangsa pasar kereta cepat.
"Khusus china dan Jepang ceritanya lain, mereka sedang kompetisi, yang satu sudah pakai separuh 50 tahun, yang satu belum 10 tahun. Separuh jaringan kereta api cepat dunia dari China, 16.000 kilometer," kata dia.
Di sisi lain, melemahnya laju perekonomian China membuat adanya kelebihan kapasitas produksi. Mereka lalu mengirim konsultan ke beberapa negara untuk mengerjakan proyek infrastruktur.
"Dan suasana ekonomi menurun di China. Mereka punya kapasitas besar, produksi mereka, mereka kirim konsultan ke kita, lalu kontraktor sikat," pungkasnya.
Baca Juga:
Kereta Cepat Jakarta-Bandung Sedot Pasar Travel
(izz)