Menperin: Industri Garmen Agresif Produksi Bahan Baku

Minggu, 24 Januari 2016 - 01:33 WIB
Menperin: Industri Garmen Agresif Produksi Bahan Baku
Menperin: Industri Garmen Agresif Produksi Bahan Baku
A A A
SUKOHARJO - Industri tekstil dan produk tekstil Indonesia terus melakukan ekspansi ke produksi hulu yang memproduksi bahan baku. Langkah ini untuk mengurangi ketergantungan produk luar negeri dan menggantikan atau subsitusi impor.

Apalagi, bahan baku garmen berupa rayon yang diolah dari pulp dapat dihasilkan dari hutan tanaman industri eucalyptus di Indonesia. Selain itu, pelaku usaha garmen nasional telah memiliki modal dan jaringan usaha untuk mengoperasikan industri hulu itu.

"Selain dana yang kuat, perusahaan garmen punya passion yang kuat dan agresif untuk masuk ke hulu. Itu harus kita hargai dengan membantu dan mengawal mereka agar lekas terealisasi memproduksi bahan baku," kata Menteri Perindustrian (Menperin) Saleh Husin, saat mengunjungi pabrik garmen PT Sri Rejeki Isman Tbk (Sritex) dan proyek pembangunan pabrik rayon milik anak usaha Sritex, PT Rayon Utama Makmur di Sukoharjo, Jawa Tengah, Sabtu (23/1/2016).

Industri tekstil diakui sebagai industri strategis baik dari nilai ekonomi maupun penciptaan tenaga kerja massal. Sampai triwulan III tahun 2015, sektor TPT telah mencatat surlpus sebesar USD3,34 miliar dengan nilai ekspor mencapai USD9,27 miliar. Serapan tenaga kerja mencapai 1,5 juta orang dan angka ini terus bertambah.

Merujuk data BKPM, realisasi investasi 2015 mencapai Rp545 triliun naik 17,8% dari 2014. Dari capaian itu, investasi industri padat karya Rp55,5 triliun dan industri suibstitusi impor Rp53,5 triliun.

Saat ini Sritex tengah membangun pabrik rayon yang nantinya menghasilkan benang. "Saat ini, progress pabrik Rayon Utama Makmur mencapai 85%. Ditargetkan mulai produksi pada Juli-Agustus mendatang," kata Presiden Direktur Sritex Iwan Setiawan Lukminto. Fasilitas produksi terdiri dari 2 line dengan total kapasitas 80 ribu ton per tahun.

Pihaknya merangsek ke hulu lantaran ingin memperkuat kemandirian sandang nasional. "Kami bervisi jangka panjang, bukan untuk puluhan tahun tapi bahkan ratusan tahun. Sangat berbahaya jika kita tidak mencukupi kebutuhan bahan baku," ujarnya.

Pabrik rayon itu juga dilengkapi dengan pembangkit listrik tenaga uap 30 mega watt. Sritex juga turut membangun dan memperbaiki infrastruktur jalan di sekitar pabrik.

Total karyawan Sritex mencapai 53 ribu dan bakal bertambah seiring pengembangan usaha baik di lini garmen maupun rayon. Seperti anak usaha Sritex, Jaya Perkasa yang bakal membutuhkan sekitar 7.000 tenaga kerja.

"Setiap hari, ada 75-100 orang pelamar kerja datang ke kami. Itu wujud bahwa tekstil menciptakan lapangan kerja secara riil," kata Iwan sembari mengungkapkan pihaknya mendukung upaya pemerintah yang mendorong dan memberi kemudahan bagi industri yang menyerap tenaga kerja massal.

Ke depan, Sritex berencana mengembangkan industri terintegrasi di Kalimantan. Perseroan akan membuka Hutan Tanaman Industri untuk memasok bahan baku ke pabrik pulp dan selanjutnya memproduksi rayon dan muaranya menghasilkan benang.

"Proyeksi kapasitas mencapai 80-100 ribu ton per tahun. Ini bakal berkontribusi pada pemerataan industri di luar Jawa dan meningkatkan kualitas SDM," kata Presdir Rayon Utama Makmur, Pramono.

Menteri Saleh mengapresiasi rencana ini lantaran membangun industri yang dekat dengan sumber bahan baku, mendongkrak nilai tambah, dan memaksimalkan sumber daya nasional serta menumbuhkan ekonomi daerah.
(dmd)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.3522 seconds (0.1#10.140)