Perjanjian Dagang 'Kontroversi' Kemitraan Trans-Pasifik Diteken

Kamis, 04 Februari 2016 - 15:51 WIB
Perjanjian Dagang Kontroversi...
Perjanjian Dagang 'Kontroversi' Kemitraan Trans-Pasifik Diteken
A A A
NEW YORK - Kemitraan lintas pasifik (Trans-Pacific Partnership/TPP) yang masih menuai kontroversil karena masih banyaknya gelombang protes, hari ini ditandatangani oleh menteri dari 12 negara anggota di Selandia Baru. Meski masih menghadapi penolakan, namun dokumen salah satu perjanjian perdagangan multinasional terbesar itu dinyatakan sudah lengkap.

(Baca Juga: RI Masuk Anggota TPP Usai Pemilu AS)

Dilansir CNN Money, Kamis (4/2/2016) penandatanganan kerja sama tersebut diwarnai aksi ratusan pengunjuk rasa yang menyuarakan kemarahan mereka tentang pakta perdagangan yang dirasa kontroversial. Protes ini dikabarkan telah berlangsung dalam beberapa bulan terakhir hingga menjelang penandatanganan, jalanan di pusat bisnis Auckland terganggu oleh kelompok-kelompok yang menutup akses ke Auckland Harbour Bridge.

Dalam protes tersebut, polisi bentrok dengan beberapa demonstran yang mengklaim bahwa perjanjian ini hanya akan menguntungkan bisnis besar daripada pekerja. Meski begitu pihak keamanan menegaskan tidak terjadi penangkapan. Di tengah aksi protes, lusinan menteri dari 12 anggota tetap menyelesaikan dokumen ketika sebelumnya mencapai kesepakatan final pada Oktober lalu.

Perjanjian perdagangan ini akan memfasilitasi investasi antara 12 negara di Lingkar Luar Pasifik yang melibatkan AS, Jepang, Malaysia, Vietnam, Singapura, Brunei, Australia, Selandia Baru, Kanada, Meksiko, Cile dan Peru. Dua belas negara tersebut adalah 40% ekonomi dunia, dan kini mereka punya dua tahun untuk meratifikasi atau menolak pakta tersebut.

Sebelum mencapai kesepakatan, mereka telah melalui negosiasi yang alot selama bertahun-tahun dan berulang kali melewati tenggat waktu karena banyaknya aksi protes ddi dalam negeri negara-negara anggota. Di Jepang, para petani dan pelaku otomotif cemas kehilangan bisnis mereka jika barang murah impor dari Amerika Serikat membanjiri negara berjuluk Matahari Terbit tersebut.

Sementara domestik Australia memperingatkan kesepakatan TPP akan mengakibatkan harba obat menjadi lebih tinggi. Hal serupa juga terjadi di AS saat para kritikus berpendapat bahwa produk-produk buatan dalam negeri akan dipaksa bersaing dengan barang yang dihasilkan upah pekerja rendah luar negeri.

Pihak Amerika juga takut bahwa TPP berarti pekerjaan akan pindah dari AS ke negara berkembang. Namun di tengah polemik, kesepakatan TPP tetap ditandatangani oleh menteri dari 12 negara anggota. Sementara itu Indonesia sendiri menyatakan minatnya untuk bergabung dengan TPP.
(akr)
Berita Terkait
Bersama Jo Hyundai,...
Bersama Jo Hyundai, Rekind Lolos Tender Proyek TPPI Olefin Complex
Proses Lelang Kilang...
Proses Lelang Kilang Olefin Siap Ditelusuri Oleh BPK
CERI Soroti Kompetensi...
CERI Soroti Kompetensi Bidder Proyek Olefin TPPI di Tuban
Pak Ahok, Ada yang Minta...
Pak Ahok, Ada yang Minta Tolong Usut Kejanggalan Tender Kilang Olefin Nih
Proyek Olefin TPPI Punya...
Proyek Olefin TPPI Punya Dampak Ekonomi Besar, Bikin Sehat Neraca Dagang
Mencari Partnership...
Mencari Partnership Proyek Bandara
Berita Terkini
Kementerian BUMN Dorong...
Kementerian BUMN Dorong Penguatan Komunikasi Digital Lewat Workshop Media Sosial Berbasis AI
23 menit yang lalu
Kinerja Positif, Indonesia...
Kinerja Positif, Indonesia Re Catat Laba Konsolidasi Rp72,7 Miliar di 2024
46 menit yang lalu
19 Perusahaan Korsel...
19 Perusahaan Korsel Bakal Tambah Investasi Rp30 Triliun usai Bertemu Prabowo, Ini Daftarnya
1 jam yang lalu
Optimalkan Potensi KEK...
Optimalkan Potensi KEK Mandalika dengan Membangun Ekosistem Pariwisata Hijau
1 jam yang lalu
Penertiban Kawasan Hutan...
Penertiban Kawasan Hutan Diminta Utamakan Kepastian Hukum dan Data Valid
2 jam yang lalu
Mendorong Hilirisasi...
Mendorong Hilirisasi Industri Berbasis Sumber Daya Lokal di Maluku Utara
2 jam yang lalu
Infografis
AS Khawatir Kapalnya...
AS Khawatir Kapalnya di Pasifik Ditenggelamkan China
Copyright ©2025 SINDOnews.com All Rights Reserved