Menteri ESDM Kejar Pembangunan Kilang Bontang di 2017
A
A
A
JAKARTA - Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Sudirman Said menekankan bakal terus mengejar pembangunan kilang Bontang Kalimantan Timur yang ditargetkan bakal dimulai pada 2017. Keputusan ini disampaikan setelah Kementerian ESDM menggelar rapat koordinasi dengan Kemeterian Koordinator Perekonomian
pagi tadi.
Dia menambahkan dalam rapat koordinasi tersebut dibahas dua perpres yakni no 3 tahun 2016 dan soal infrastruktur strategis yang di dalamnya termasuk pembahasan pembangunan kilang minyak. "Baru selesai rapat yang dipimpin Menko perekonomian, soal percepatan pembangunan kilang yang masuk dalam skema infrastruktur strategis," jelasnya di kantor Kemenko Perekonomian, Jakarta, Selasa (9/2/2016).
"Jadi ada dua perpres yang dibahas tadi. Pertama perpres no 3 2016, satu lagi perpres soal infrastruktur strategis yang disana ada daftar soal kilang. Ini akan diarahkan ke Bontang, dan 2017 kita mudah-mudahan kita bisa mulai ground breakingnya," sambungnya.
Lanjut dia, keputusan ini dinilai penting karena merupakan eksekusi dari perpres yang sudah diputuskan, dan akan jadi proyek kilang terbesar nomor dua setelah Tuban. Menurutnya proses pembangunan dua kilang tersebut akan membuat kapasitas dalam negeri semakin besar untuk memenuhi permintaan yang diprediksi semakin besar dalam 10 tahun mendatang.
"Jadi dengan keputusan tadi, proyek-proyek yang berkaitan dengan kilang akan menjadi penolong bagi perputaran investasi dan ekonomi," lanjutnya.
Sementara Deputi Bidang Usaha Energi, Logistik Kementerian BUMN, Edwin Hidayat Abdullah mengatakan, investasi yang disiapkan untuk pembangunan kilang Bontang ini cukup besar yakni sebesar USD14 miliar karena terintegrasi dengan petrokimia.
"Jadi ini cukup masiv. Kita enggak mau juga berhenti sampai di BBM (Bahan Bakar Minyak) saja. Tapi sampai industri hilir. Karena value editnya disitu, di Petrokimia," pungkasnya.
pagi tadi.
Dia menambahkan dalam rapat koordinasi tersebut dibahas dua perpres yakni no 3 tahun 2016 dan soal infrastruktur strategis yang di dalamnya termasuk pembahasan pembangunan kilang minyak. "Baru selesai rapat yang dipimpin Menko perekonomian, soal percepatan pembangunan kilang yang masuk dalam skema infrastruktur strategis," jelasnya di kantor Kemenko Perekonomian, Jakarta, Selasa (9/2/2016).
"Jadi ada dua perpres yang dibahas tadi. Pertama perpres no 3 2016, satu lagi perpres soal infrastruktur strategis yang disana ada daftar soal kilang. Ini akan diarahkan ke Bontang, dan 2017 kita mudah-mudahan kita bisa mulai ground breakingnya," sambungnya.
Lanjut dia, keputusan ini dinilai penting karena merupakan eksekusi dari perpres yang sudah diputuskan, dan akan jadi proyek kilang terbesar nomor dua setelah Tuban. Menurutnya proses pembangunan dua kilang tersebut akan membuat kapasitas dalam negeri semakin besar untuk memenuhi permintaan yang diprediksi semakin besar dalam 10 tahun mendatang.
"Jadi dengan keputusan tadi, proyek-proyek yang berkaitan dengan kilang akan menjadi penolong bagi perputaran investasi dan ekonomi," lanjutnya.
Sementara Deputi Bidang Usaha Energi, Logistik Kementerian BUMN, Edwin Hidayat Abdullah mengatakan, investasi yang disiapkan untuk pembangunan kilang Bontang ini cukup besar yakni sebesar USD14 miliar karena terintegrasi dengan petrokimia.
"Jadi ini cukup masiv. Kita enggak mau juga berhenti sampai di BBM (Bahan Bakar Minyak) saja. Tapi sampai industri hilir. Karena value editnya disitu, di Petrokimia," pungkasnya.
(akr)