Kemenperin Dorong Industri Olahan Gambir

Senin, 22 Februari 2016 - 21:05 WIB
Kemenperin Dorong Industri...
Kemenperin Dorong Industri Olahan Gambir
A A A
JAKARTA - Kementerian Perindustrian (Kemenperin) terus mendorong industri pengolahan gambir untuk meningkatkan nilai tambah, menumbuhkan industri antara serta hilir. Pengembangan industri berbahan baku natural itu diharapkan mampu mendongkrak pendapatan petani gambir.

"Gambir punya potensi diolah lebih lanjut dan memasok ke banyak industri seperti kosmetik, farmasi, tekstil, cat, tinta dan penyamakan kulit. Tentu nilai tambahnya meningkat dibanding hanya dijual dalam bentuk mentah seperti selama ini," kata Menteri Perindustrian Saleh Husin saat menerima kunjungan tokoh masyarakat Sumatera Barat Andrinof Chaniago di Kementerian Perindustrian, Jakarta, Senin (22/2/2016).

Lanjut dia, Sumatera Barat merupakan sentra produksi gambir di Indonesia dan telah memasok komoditas ini ke pasar dunia. Setiap tahun, produksi gambir dari provinsi ini menembus 17 ribu ton.

Kemenperin, melalui Balai Riset dan Standardisasi Industri (Baristand) Padang, Sumbar juga mengembangkan buah gambir untuk menjadi tinta pemilu, tinta stempel, pewarna tekstil, penyamakan kulit dan antoksidan yang alami. Keunggulan stempel dan tinta dari gambir ini tahan rembes ketika digunakan pada media kertas. Produk ini telah dipakai di lingkungan Pemda Kabupaten Lima Puluh Kota.

Guna memacu pengolahan lebih lanjut, Kemenperin berencana memfasilitasi pertemuan pemangku kepentingan pengolahan gambir antara lain pengusaha, asosiasi industri, perusahaan farmasi, kosmetik, hingga petani dan pemerintah daerah.

"Pertemuan ini diharapkan mengakselerasi pengembangan. Apalagi di Indonesia banyak beroperasi perusahaan farmasi dan kosmetik seperti Mustika Ratu, Sari Ayu Martha Tilaar, Kimia Farma, Kalbe Farma dan perusahaan multinasional seperti Unilever, L'Oreal, P&G, dan Johnson & Johnson," ujar Dirjen Industri Kimia, Tekstil dan Aneka (IKTA) Kemenperin Harjanto.

Sementara Andrinof mengatakan, pengembangan gambir diarahkan memperluas ragam produksi dan menumbuhkan industri antara serta hilir. "Kita selama ini mengekspor gambir mentah ke Singapura, lalu oleh trader dibawa ke India untuk diolah menjadi bahan setengah jadi. Selanjutnya dikirim ke Eropa, memasok industri kosmetik, farmasi dan lain-lain," kata Andrinof yang merupakan mantan Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Bappenas dan kini menjabat Komisaris Utama PT Angkasa Pura I (persero).

Menurutnya, harga gambir di tingkat petani sebesar Rp 20 ribu per kilogram, sedangkan industri kosmetik mengimpor gambir yang telah diolah oleh pabrikan luar negeri dengan harga Rp 1 juta per 1 miligram. Turut hadir mantan Wakil Bupati Lima Puluh Kota, Asyirwan Yunus dan Guru Besar Universitas Andalas Profesor Werry Darta Taifur.
(akr)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.7891 seconds (0.1#10.140)