BI Ramal Harga Properti Meningkat di Triwulan I
A
A
A
SEMARANG - Harga Properti di Jawa Tengah pada triwulan I 2016 diperkirakan masih akan meningkat melihat tingginya permintaan masyarakat ketika lahan hunian terbatas, serta tingginya harga bahan bangunan dan upah pekerja di sektor bangunan.
Deputi kepala Perwakilan Bank Indonesia Wilayah Jateng Ananda Pulung mengatakan, pada triwulan I tahun ini Indeks Harga Properti Residensial (IHPR) diperkirakan berada pada level 191,93.
Dia menerangkan bercermin pada triwulan IV tahun 2015, yang IHPR mencapai 190,90 atau naik 10,90% (yoy). Peningkatan indeks ini sejalan dengan beberapa indikator ekonomi seperti pergerakan IHK sub kelompok biaya tempat tinggal yang juga meningkat di triwulan IV-2015 sebesar 1,20% (yoy).
Dijelaskannya, pada Triwulan IV tahun 2015 peningkatan IHPR terjadi di seluruh tipe rumah, dengan kenaikan indeks terbesar terjadi pada rumah tipe kecil 27,23% (yoy), diikuti rumah tipe menengah dan besar masing-masing meningkat 3,89% (yoy) dan 2,63% (yoy). ”Pada Triwulan I tahun ini komposisinya juga tidak akan jauh beda, akan terus terjadi peningkatan,” jelasnya, Jumat (26/2/2016).
Menurutnya, kebijakan Bank Indonesia melakukan relaksasi loan to value (LTV) terhadap kredit properti pada pertengahan Juni 2015 mendorong pertumbuhan penjualan properti residensial di Jawa Tengah, khususnya rumah tipe menengah dan besar.
“Kondisi ini tercermin pada penjualan rumah tipe menengah dan besar pada triwulan IV-2015 yang meningkat sebesar 3,83% (qtq) dan 2,76% (qtq) dengan kualitas kredit KPR masih cukup terjaga baik sebagaimana tercermin dari tingkat non performing loan (NPL) yang relatif rendah 2,12%,” ucapnya.
Sementara itu, Ketua DPR REI Jateng MR Prijanto mengaku, sampai saat ini belum ada kenaikan harga rumah di wilayah Jateng. Kalaupun ada kenaikan, masih cukup normal, dan tidak begitu dirasakan. “Kenaikan biasanya akan terjadi pada awal triwulan II, kalau sekarang belum begitu terasa dan masih banyak pengembang yang masih menggunakan harga lama,” katanya.
Dia berharap, kebijakan penurunan suku bunga yang diberlakukan Bank Indonesia memiliki dampak signifikan terhadap pertumbuhan penjualan perumahan di Jateng. “Kami berharap, perbankan juga ikut menurunkan suku bunga KPR untuk meningkatkan minat masyarakat,” tandasnya.
Deputi kepala Perwakilan Bank Indonesia Wilayah Jateng Ananda Pulung mengatakan, pada triwulan I tahun ini Indeks Harga Properti Residensial (IHPR) diperkirakan berada pada level 191,93.
Dia menerangkan bercermin pada triwulan IV tahun 2015, yang IHPR mencapai 190,90 atau naik 10,90% (yoy). Peningkatan indeks ini sejalan dengan beberapa indikator ekonomi seperti pergerakan IHK sub kelompok biaya tempat tinggal yang juga meningkat di triwulan IV-2015 sebesar 1,20% (yoy).
Dijelaskannya, pada Triwulan IV tahun 2015 peningkatan IHPR terjadi di seluruh tipe rumah, dengan kenaikan indeks terbesar terjadi pada rumah tipe kecil 27,23% (yoy), diikuti rumah tipe menengah dan besar masing-masing meningkat 3,89% (yoy) dan 2,63% (yoy). ”Pada Triwulan I tahun ini komposisinya juga tidak akan jauh beda, akan terus terjadi peningkatan,” jelasnya, Jumat (26/2/2016).
Menurutnya, kebijakan Bank Indonesia melakukan relaksasi loan to value (LTV) terhadap kredit properti pada pertengahan Juni 2015 mendorong pertumbuhan penjualan properti residensial di Jawa Tengah, khususnya rumah tipe menengah dan besar.
“Kondisi ini tercermin pada penjualan rumah tipe menengah dan besar pada triwulan IV-2015 yang meningkat sebesar 3,83% (qtq) dan 2,76% (qtq) dengan kualitas kredit KPR masih cukup terjaga baik sebagaimana tercermin dari tingkat non performing loan (NPL) yang relatif rendah 2,12%,” ucapnya.
Sementara itu, Ketua DPR REI Jateng MR Prijanto mengaku, sampai saat ini belum ada kenaikan harga rumah di wilayah Jateng. Kalaupun ada kenaikan, masih cukup normal, dan tidak begitu dirasakan. “Kenaikan biasanya akan terjadi pada awal triwulan II, kalau sekarang belum begitu terasa dan masih banyak pengembang yang masih menggunakan harga lama,” katanya.
Dia berharap, kebijakan penurunan suku bunga yang diberlakukan Bank Indonesia memiliki dampak signifikan terhadap pertumbuhan penjualan perumahan di Jateng. “Kami berharap, perbankan juga ikut menurunkan suku bunga KPR untuk meningkatkan minat masyarakat,” tandasnya.
(akr)