Suku Bunga KPR Turun, Penjualan Rumah Kembali Bergairah
A
A
A
SEMARANG - Penurunan suku bunga Kredit Perumahan Rakyat (KPR) oleh sejumlah perbankan seiring turunnya BI rate (suku bunga acuan) memberikan efek positif terhadap penjualan rumah. Hal ini terlihat dari pencapaian penjualan pada pameran REI Expo Jawa Tengah (Jateng) di Mal Ciputra Semarang.
Dalam pameran tersebut mereka sukses membukukan penjualan sebanyak 60 unit dari 28 pengembang. Hasil tersebut merupakan penjualan terbayak sepanjang pameran tahun ini.
Panitia REI Expo Jateng 2016, Juremi mengatakan, penurunan suku bunga KPR yang sebelumnya rata-rata 10% menjadi 9% cukup memberikan dampak terhadap penjualan rumah khusunya untuk rumah menengah ke atas.
“Penjualan pada pameran kali ini sangat baik, karena mampu mencapai 60 unit. Jumlah ini naik dari hasil pameran bulan sebelumnya yang hanya mencapai 51 unit,” katanya, Selasa (29/3/2016).
Dia optimistid, penurunan suku bunga KPR akan mampu menjadi pendorong peningkatan penjualan rumah di Jawa Tengah. “Penurunan suku bunga KPR sudah ditungu-tunggu konsumen,” ucapnya.
Dia menjelaskan, harga rumah dengan kisaran mulai Rp350 juta hingga Rp750 jutaan kini paling laris diburu konsumen. Sedangkan pembelian rumah dengan harga di atas Rp700 juta relatif lambat, karena biasanya konsumen lebih selektif.
"Untuk rumah di atas Rp700 jutaan biasanya transaksi terjadi setelah beberapa kali survei. Bahkan, bisa saja survei tahun ini tapi transaksi baru tahun depan. Apalagi, rata-rata konsumen di kelas tersebut membeli rumah hanya untuk investasi, karena sudah memiliki rumah tinggal sebelumnya," terangnya.
Wakil Ketua REI Jateng Bidang Tata Ruang, Joko Santoso menambahkan, penurunan suku bunga KPR 1% dianggap masih terlalu tinggi. Dia berharap perbankan bisa menurunkan suku bunga KPR sampai 8%.
Dia mengakui, penurunan suku bunga KPR memiliki dampak besar terhadap permintaan rumah. “Di tengah kondisi ekonomi yang kurang baik ini, penurunan suku bunga KPR akan sangat membantu,” ucapnya.
Menurutnya, kondisi penjualan perumahan sampai saat ini masih relatif stagnan, dan belum ada peningkatan yang signifikan. Hal itu karena kondisi ekonomi yang masih belum stabil.
Dalam pameran tersebut mereka sukses membukukan penjualan sebanyak 60 unit dari 28 pengembang. Hasil tersebut merupakan penjualan terbayak sepanjang pameran tahun ini.
Panitia REI Expo Jateng 2016, Juremi mengatakan, penurunan suku bunga KPR yang sebelumnya rata-rata 10% menjadi 9% cukup memberikan dampak terhadap penjualan rumah khusunya untuk rumah menengah ke atas.
“Penjualan pada pameran kali ini sangat baik, karena mampu mencapai 60 unit. Jumlah ini naik dari hasil pameran bulan sebelumnya yang hanya mencapai 51 unit,” katanya, Selasa (29/3/2016).
Dia optimistid, penurunan suku bunga KPR akan mampu menjadi pendorong peningkatan penjualan rumah di Jawa Tengah. “Penurunan suku bunga KPR sudah ditungu-tunggu konsumen,” ucapnya.
Dia menjelaskan, harga rumah dengan kisaran mulai Rp350 juta hingga Rp750 jutaan kini paling laris diburu konsumen. Sedangkan pembelian rumah dengan harga di atas Rp700 juta relatif lambat, karena biasanya konsumen lebih selektif.
"Untuk rumah di atas Rp700 jutaan biasanya transaksi terjadi setelah beberapa kali survei. Bahkan, bisa saja survei tahun ini tapi transaksi baru tahun depan. Apalagi, rata-rata konsumen di kelas tersebut membeli rumah hanya untuk investasi, karena sudah memiliki rumah tinggal sebelumnya," terangnya.
Wakil Ketua REI Jateng Bidang Tata Ruang, Joko Santoso menambahkan, penurunan suku bunga KPR 1% dianggap masih terlalu tinggi. Dia berharap perbankan bisa menurunkan suku bunga KPR sampai 8%.
Dia mengakui, penurunan suku bunga KPR memiliki dampak besar terhadap permintaan rumah. “Di tengah kondisi ekonomi yang kurang baik ini, penurunan suku bunga KPR akan sangat membantu,” ucapnya.
Menurutnya, kondisi penjualan perumahan sampai saat ini masih relatif stagnan, dan belum ada peningkatan yang signifikan. Hal itu karena kondisi ekonomi yang masih belum stabil.
(dmd)