Bank Dunia Prediksi Defisit Anggaran Indonesia Semakin Melebar

Senin, 04 April 2016 - 17:17 WIB
Bank Dunia Prediksi Defisit Anggaran Indonesia Semakin Melebar
Bank Dunia Prediksi Defisit Anggaran Indonesia Semakin Melebar
A A A
JAKARTA - Lampu kuning datang dari Bank Dunia (World Bank) kepada Pemerintah Indonesia. Laporan Bank Dunia dan IMF (International Monetary Fund) memprediksi defisit anggaran pemerintah pada tahun ini semakin melebar. Bank Dunia menyatakan bahwa defisit anggaran bisa mencapai 2,8% dari Pendapatan Domestik Bruto. Untuk itu, mereka menyarankan Pemerintah Indonesia menjaga defisit di bawah 3% dari PDB dengan mengurangi belanja pemerintah yang bukan prioritas alias tidak berhubungan dengan belanja infrastruktur.

Mereka menyarankan pemerintah harus segera melakukan reformasi belanja, baik dari sisi efektivitas maupun efisiensi. Sehingga dapat menekan semakin besarnya defisit anggaran seperti saat ini.

Menanggapi itu, Peneliti dari Center of Reform Economic (CORE Indonesia), Adhamaski Pangeran mengatakan harus dilakukan efektivitas, yaitu melakukan pemotongan belanja namun jangan sampai menciderai tujuan pembangunan. Sementara dari sisi efisiensi, kebijakan penghematan anggaran jangan sampai disusun “setengah-setengah”.

"Kita tahu, lemahnya realisasi pendapatan pajak pada dua bulan pertama 2016 dibandingkan pendapatan pajak selama dua tahun terakhir membuat defisit anggaran diprediksi semakin melebar. Apalagi, beleid pengampunan pajak masih menggantung di DPR dan belanja," ujarnya kepada Sindonews.com, dalam keterangan tertulis Senin (4/4/2016).

Selain itu, lanjut Adham, penerbitan obligasi juga memiliki peluang untuk membiayai defisit anggaran.

Sejak awal tahun hingga medio Maret kemarin, kepemilikan obligasi oleh masyarakat tumbuh 11% berbanding dengan kepemilikan asing yang hanya tumbuh 7%. Kendati demikian, porsi kepemilikan asing masih cukup besar, yaitu 39% dari total obligasi pemerintah.

Hanya saja, sambung Adham, sebanyak 85% dari obligasi yang dimiliki asing bertenor di atas 5 tahun. Sehingga volatilitas jangka pendek masih cukup terkendali.

Momentum lainnya, masuknya kembali aliran modal ke dalam negeri perlu dimanfaatkan maksimal untuk memperbaiki pasar obligasi Indonesia. Selama ini, bila dibandingkan dengan pasar obligasi di kawasan Asia, pasar obligasi kita masih sangat tertinggal.

"Masalahnya, tingginya imbal hasil juga disebabkan oleh proporsi obligasi bertenor jangka panjang yang menguasai 45% pasar obligasi Indonesia dan kurangnya banyaknya pasokan obligasi yang di tawarkan," paparnya. Dengan demikian, peluang pengembangan pasar obligasi ada pada penerbitan obligasi bertenor pendek.

Karena ruang untuk penerbitan obligasi bertenor jangka pendek di Indonesia masih besar, harapannya dengan penerbitan obligasi jangka pendek yang lebih banyak, imbal hasil dapat terkerek turun dan pembiayaan jangka pendek dan pasar obligasi di Indonesia semakin berkembang.
(dmd)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.7299 seconds (0.1#10.140)