Kebijakan Masih Reaktif, Stabilisasi Pangan Mutlak Diperlukan

Senin, 18 April 2016 - 22:05 WIB
Kebijakan Masih Reaktif,...
Kebijakan Masih Reaktif, Stabilisasi Pangan Mutlak Diperlukan
A A A
JAKARTA - Stabilisasi pangan mutlak diperlukan saat ini, lantaran menurut Deputi Bidang Koordinasi Pangan dan Pertanian Kementerian koordinator bidang Perekonomian Musdhalifah Machmud harga pangan tingkat konsumen sudah 70% di atas harga internasional. Menurutnya stabilisasi pangan memiliki dimensi keberpihakan pemerintah untuk melindungi petani di saat harga jatuh pada panen raya dan melindungi konsumen ketika harga harga pangan mengalami peningkatan.

Dia menambahkan peningkatan harga pangan yang tidak terkendali dapat mengakibatkan inflasi, menghambat pertumbuhan ekonomi dan mengancam ketahanan nasional. Dijelaskan juga kunci dari stabilisasi pangan ini tergantung pada kemampuan pemerintah dalam mengelola stok pangan, operasi pasar dan penyaluran beras untuk pelayanan publik.

“Stabilisasi pangan mutlak diperlukan, karena saat ini harga pangan di tingkat konsumen sudah 70% di atas harga internasional. Jelas ini merugikan konsumen, dan petani tidak mendapatkan keuntungan yang adil dari tingginya harga pangan tersebut," ujar dia dalam keterangan tertulis di Jakrta, Senin (18/4/2016).

Lanjut dia disarankan agar pemerintah berhasil melakukan stabilisasi harga pangan, maka instrumen pokoknya bukan di peningkatan produksi pangan melainkan kemampuan pemerintah untuk melakukan penyusunan sistem alokasi distribusi panen raya dan panen gadu.

"Maka nanti, pemerintah lebih fokus pada stabilisasi harga di tingkat petani dengan tujuan untuk meningkatkan pendapatan dan daya tawar petani," sambung dia.

Dalam rangka penyusunan sistem distribusi, menurutnya Bulog harus memiliki andil yang besar dalam melayani kebutuhan pokok masyarakat melalui pengembangan kerjasama dengan pelaku bisnis di pedesaan.

Produksi pangan di Indonesia, menurutnya sangat tergantung pada wilayah Pulau Jawa. Namun karena secara geografis, Pulau Jawa itu terletak diselatan khatulistiwa. Konsekuensinya, mudah terkena serangan elnino. Ancaman kekeringan tahun lalu telah mengakibatkan mundurnya musim tanam di tahun ini.

"Maka itu, jika ramalan BMKG benar, bahwa tahun ini musim kemarau akan berlangsung lebih cepat, maka produksi pangan kita terutama beras tidak akan mencapai target yang ditetapkan pemerintah. Jelas ini akan menyebabkan kelangkaan. Dalam keadaan seperti ini peran BULOG perlu dioptimalkan” tutupnya.
(akr)
Berita Terkait
Swasembada Beras 3 Tahun...
Swasembada Beras 3 Tahun Berturut-turut, Indonesia Raih Penghargaan
Sistem SP2KP untuk Pengendalian...
Sistem SP2KP untuk Pengendalian Harga Pangan
Bibit Ayam Broiler PPG...
Bibit Ayam Broiler PPG Siap Dukung Kedaulatan Pangan Nasional
Pengenalan Pangan Sehat...
Pengenalan Pangan Sehat ke Anak PAUD
Mendorong Diversifikasi...
Mendorong Diversifikasi Pangan, Intip Beragam Manfaat Ubi Jalar
Jaga Ketahanan Pangan,...
Jaga Ketahanan Pangan, Puspenerbal Gunakan Markasnya untuk Peternakan Kambing
Berita Terkini
Industri Hortikultura...
Industri Hortikultura Menjanjikan, EWINDO Bangun Fasilitas Penelitian & Pengembangan Baru
1 jam yang lalu
Hidupkan Kembali Ladang...
Hidupkan Kembali Ladang Minyak yang Mati 10 Tahun, Libya Raup Pendapatan Rp86,8 T
2 jam yang lalu
Pertemuan Presiden Prabowo...
Pertemuan Presiden Prabowo dan MBZ Sepakati 8 Kerjasama, Apa Saja?
4 jam yang lalu
Catat Tanggalnya! Cum...
Catat Tanggalnya! Cum Date Dividen BBRI 10 April 2025 dan Potensi Keuntungan Rp31,4 Triliun
5 jam yang lalu
Ekspansi Gemilang, BRI...
Ekspansi Gemilang, BRI Antarkan UMKM Aksesoris Fashion Raih Pasar Internasional
5 jam yang lalu
Berkat Pendampingan,...
Berkat Pendampingan, Panen Padi Kelompok Harapan Bersama Capai 38,5 Ton
6 jam yang lalu
Infografis
Elon Musk Mengkritik...
Elon Musk Mengkritik Jet Tempur Siluman F-35 yang Masih Berpilot
Copyright ©2025 SINDOnews.com All Rights Reserved