Kementerian PUPR Gunakan Konstruksi Dalam Negeri

Minggu, 24 April 2016 - 18:25 WIB
Kementerian PUPR Gunakan Konstruksi Dalam Negeri
Kementerian PUPR Gunakan Konstruksi Dalam Negeri
A A A
JAKARTA - Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) berencana memperbanyak penggunaan konstruksi dalam negeri. Salah satunya konstruksi sarang laba-laba sebagai produk karya anak bangsa untuk jalan-jalan dengan kondisi tanah ekstrem.

"Kami dari kalangan ahli konstruksi telah diundang kementerian PUPR dalam forum group discussion (FGD) untuk menyampaikan pendapat ilmiah mengenai konstruksi sarang laba-laba dalam berbagai aplikasi," ujar Guru Besar Teknik Sipil ITS Surabaya, Profesor Herman Wahyudi di Jakarta, Minggu (24/4/2016).

Dia menjelaskan, dirinya bersama dengan Helmy Darjanto, ahli sipil dari Universitas Narotama Surabaya telah diminta untuk menyampaikan pendapat ilmiah dalam FGD yang diselenggarakan Kementerian PUPR, yang dihadiri sejumlah BUMN Karya dan kalangan ahli.

Dalam pertemuan tersebut, kata Herman, Kementerian PUPR berencana memperbanyak penggunaan konstruksi yang patennya dipegang Katama, terutama pada tanah-tanah ekstrem, seperti kondisinya lunak, berawa-rawa dan sebagainya. Konstruksi ini sebelumnya telah teruji pada jalan di Bojonegoro, Jawa Timur dan Dumai Riau.

Dia menyebutkan perlakuan konstruksi sarang laba-laba untuk jalan samahalnya dengan perkerasan beton (rigid pavement) lainnya, hanya saja dengan penggunaan sirip-sirip segitiga yang terhubung menyerupai sarang laba-laba pada bagian bawah membuat konstruksi ini lebih kaku.

Sementara itu, Helmy mengatakan kalau karya anak bangsa seperti Sosrobahu bisa diadopsi di Manila Filipina, maka Sarang Laba-Laba juga memiliki potensi yang sama. Untuk itu, riset ilmiah terus dilakukan untuk melihat kekuatannya.

"Sayang penggunaan konstruksi ini untuk jalan belum meluas. Padahal, kalau melihat penggunaan sarang laba-laba untuk jalan di Dumai Riau dan Bojonegoro, Jawa Timur ternyata mampu memikul beban kendaraan berat di atasnya. Padahal seperti diketahui tanah di kedua daerah tersebut tergolong tidak stabil," katanya.
(dmd)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.6409 seconds (0.1#10.140)